#26

4K 393 8
                                    

Pagi pertama musim panas dihabiskan Jaemin untuk bermain bersama Snowy di halaman belakang mansion. Awalnya ia berniat untuk pergi ke supermarket, membeli beberapa snack dan makanan untuk Snowy. Namun berita yang ia lihat pagi ini membuat si manis memutuskan untuk diam di rumah saja. Suasana hatinya tak terlalu baik makanya ia menyendiri untuk berenang dan bermain bermasa Snowy.

"Snowy ya, apakah menjadi dirimu menyenangkan?" Tanya Jaemin sembari mengusap lembut kaki Snowy. Saat ini si manis sedang bersandar di pinggiran kolam renang dan snowy duduk tenang di hadapannya. Serigala cantik itu tak protes sama sekali walaupun kakinya jadi basah akibat ulah Jaemin.

Setelah hampir empat jam berenang dan bermain, akhirnya Jaemin memutuskan untuk kembali ke kamar. Si manis memasukkan Snowy ke dalam kandangnya lagi sebelum beranjak untuk mengambil handuk yang tergeletak di kursi.

Mansion terlihat sepi karena kedua orang tua Jaemin sedang pergi ke kantor. Pemuda itu berjalan pelan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

"Ah kau disini Renjun ah."
Ucap Jaemin begitu membuka pintu kamar dan mendapati Renjun di dalamnya. Keduanya memang memiliki kamar masing-masing namun terkadang mereka memilih untuk tidur bersama.

Jaemin menyipitkan kedua matanya saat melihat tatapan Renjun. Pemuda asal Cina itu bahkan tidak tersenyum padanya seperti biasa.

"Kau kenapa?" Tanya Jaemin

"Siapa ayahnya?"

Bukannya menjawab, Renjun malah kembali bertanya.

"Huh?"

"Katakan siapa ayahnya, Kim Jaemin!" Tanya Renjun sekali lagi dengan suara rendah.

"Renjun ah apa maksudmu?"

Renjun mengulurkan kertas yang sedari tadi ia pegang, dan Jaemin dengan sigap langsung menerimanya.

"KAU DIAM SAJA BAHKAN SAAT KAU SEDANG HAMIL EMPAT BULAN." Teriak Renjun yang sudah tidak bisa menahan amarahnya.

"Renjun ah, aku-"

"Katakan padaku siapa ayahnya? Siapa ayah bayi yang kau kandung itu Kim Jaemin?"

Tubuh Jaemin melemas. Lidahnya kelu tak sanggup menjawab pertanyaan Renjun. Air mata sudah menggenang di kedua mata cantiknya. Sungguh ia tidak mengira Renjun akan tahu kehamilannya sebelum ia beri tahu sendiri.

---

Jaemin mengetahui jika dirinya hamil dua bulan yang lalu, sesaat setelah ia pulang dari rumah sakit. Saat itu ia mendadak sering lelah dan tidak nafsu makan. Awalnya ia tidak curiga sama sekali karena saat itu kondisinya juga sedang stress dan sering melupakan makan karena merasa bersalah pada Renjun.

Namun suatu pagi, Jaemin tiba-tiba terbangun di rumah sakit dengan Aiko yang menjaganya.

"Aiko nee." Lirih Jaemin, gadis Nakamura yang awalnya sibuk bermain ponsel itu langsung mendongak dan menghampiri Jaemin dengan wajah khawatirnya.

"Kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan?" Tanya Aiko bertubi-tubi.

"Pusing dan mual."

Aiko mengangguk lalu menggeret satu kursi ke dekat ranjang Jaemin untuk ia duduk.

"Minnie, katakan pada neechan apakah kau pernah berhubungan intim?"

Pertanyaan itu membuat Jaemin bingung. Kenapa kakak sepupunya ini tiba-tiba membicarakan hal itu.

"Kenapa bertanya begitu?"

Aiko menghela nafas.

"Kau sedang mengandung dua bulan."

Perkataan Aiko membuat Jaemin terkekeh.

"Tidak mungkin, aku laki-laki." Ucap Jaemin di sela tawanya.

Aiko beranjak mengambil tasnya lalu mengambil sebuah kertas dari sana. Gadis cantik itu membantu Jaemin duduk lalu menyerahkan kertas itu untuk dibaca.

Air mata Jaemin berjatuhan tanpa bisa di tahan begitu membaca isi kertas tersebut. Bahkan di sana ada foto polaroid hasil usg dengan namanya.

"Neechan tidak mungkin." Gumam Jaemin.

"Minnie sayang katakan pada neechan kau sudah berhubungan dengan siapa?"

Aiko berdiri, merengkuh tubuh Jaemin dalam pelukannya.

"Siapa ayahnya?" Tanya Aiko lagi setelah tangis Jaemin mereda.

"Aku hanya pernah berhubungan dengan Jeno. Dan itu hanya sekali."

Aiko menghela nafas, sedikit lega saat tau bayi yang sedang adiknya kandung adalah anak Jeno. Seluruh keluarga mereka mengenal Jeno dengan baik. Pemuda tampan itu pasti bisa menjaga adik kesayangannya dengan baik.

"Apakah ada yang tau selain neechan?"

"Tidak, neechan belum sempat mengabari yang lain. Saat tau kau hamil neechan menunggumu untuk bangun baru berniat mengabari yang lain."

Jaemin mendongak, menatap dalam netra Aiko yang sangat mirip dengannya.

"Neechan jangan katakan pada siapapun. Apalagi Jeno, aku mohon."

Permohonan Jaemin tentu saja membuat Aiko keheranan.

"Apa maksudmu?" Aiko melepas pelukannya dari tubuh Jaemin.

"Aku tidak ingin Jeno tahu."

"Kenapa?"

Jaemin hanya diam tanpa mau menjawab pertanyaan Aiko. Si cantik yang melihat itu hanya bisa menghela nafas lalu kembali memeluk adiknya.

---

"Kemarilah."

Jaemin menurut saat Renjun menarik lembut tangan nya. Pemuda Cina itu membawa Jaemin untuk duduk di pangkuannya. Awalnya si manis menolak, takut jika hal itu akan menyakiti Renjun tapi pemuda tampan itu tetap memaksa.

Tubuh Jaemin yang masih agak basah di rengkuh lembut oleh Renjun.
Tangan pemuda itu secara perlahan mengusap perut Jaemin yang terasa sedikit menonjol.

"Hallo sayang, ini baba. Maaf yaa baba selama ini tidak menyadari keberadaan mu."

Tangis Jaemin kembali pecah saat mendengar ucapan penuh sayang dari Renjun pada anaknya.

"Renjun ah, maafkan aku." Ucap Jaemin di sela isakan nya.

"Tidak masalah dear, kau bisa cerita padaku saat kau siap. Sudah jangan menangis kasihan baby nanti juga sedih."

Jaemin mengangguk, berusaha menghentikan tangisnya namun tidak bisa. Renjun yang melihat itu hanya tertawa dan membantu si manis mengusap air mata dan ingus di wajah cantiknya.

---

"Hyung, apakah aku tak salah dengar?"

Taeyong yang juga mendengar percakapan kedua adik asuhnya hanya bisa terdiam. Tubuhnya sudah lemas buka main. Mungkin ia akan jatuh jika saja Doyong tidak menahannya.

"Doyoung ah bagaimana ini?"

---

TBC

The Young Master and His Guard [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang