#22

4K 417 6
                                    

"Siapa yang akan menikah dengan siapa, hyung?"

Keempat pemuda yang masih berada di ruang TV langsung menoleh, mendapati sang maknae yang baru saja keluar dari kamarnya sembari mengusap kedua matanya beberapa kali. Sepertinya pemuda tampan itu baru bangun tidur.

"Kemarilah Jisung ah." Ucap Winwin. Pemuda asal Cina itu langsung mengarahkan Jisung untuk duduk di sebelahnya.

"Bagaimana bisa Jaemin minta dinikahkan dengan Renjun?" Tanya Taeyong yang masih terkejut dengan ucapan Haechan.

"Dia ingin merawat Renjun karena merasa bersalah."

Semua orang yang ada di sana menghela nafas kecuali Jeno yang hanya diam dengan tatapan menerawang entah kemana. Taeyong yang melihat itu langsung mengusap lembut lengan Jeno yang kebetulan duduk di sebelahnya, ingin memberi semangat pada pemuda yang pasti tengah dilanda gundah itu.

---

"Tidak Na, aku tidak mau."

Renjun menatap kesal pemuda manis di hadapannya. Ia mencintai Jaemin dan itu tidak perlu diragukan lagi, tapi jika si manis ingin menikah dengannya karena rasa bersalah, ia tidak akan setuju. Bukan hal seperti itu yang Renjun harapkan. Ia mencintai Jaemin dengan tulus dan akan selalu bahagia jika orang yang dicintainya bahagia walaupun tidak dengannya.

"Renjun ah, aku ingin hidup denganmu." Ujar Jaemin sembari menggenggam tangan Renjun. Saat ini ia sedang berada di rumah sakit, menemani Renjun untuk berkemas karena pemuda itu sudah boleh pulang.

"Jaemin ah, aku tau kau tidak mencintaiku. Aku tidak ingin kau menyesal nantinya."

Renjun coba menjelaskan dengan lembut.

"Kau tak mencintaiku?" Tanya Jaemin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Renjun menghela nafas, memberi kode Jaemin untuk mendekat ke ranjang.

Si manis menurut.

Renjun membawa tubuh Jaemin ke pelukannya. Pemuda itu menghirup aroma si manis yang selalu menjadi candu untuknya.

"Aku mencintaimu, kau tak perlu meragukannya. Tapi aku tidak mau melihat orang yang ku cintai sakit, apa lagi karena ku."

Jaemin melepas dekapan Renjun. Mata indahnya mengunci manik tajam Renjun.

"Cinta datang karena terbiasa Renjun ah, aku akan mencintaimu juga nanti. Saat ini cintamu saja sudah cukup. Aku tidak akan mengubah keputusanku."

Setelahnya Renjun hanya bisa menghela nafas dan kembali membawa tubuh Jaemin ke dalam pelukannya.

---

Jaemin kembali ke kediamannya setelah mengantar Renjun ke apartemen pribadi pemuda itu. Setibanya di rumah, sang ayang langsung menyuruhnya pergi ke ruang kerja karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan.

Disinilah Jaemin berada, duduk di sofa sembari menunggu sang ayah yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

Beberapa menit kemudian, tuan Kim menutup laptopnya, beranjak menghampiri Jaemin dengan sebotol wine dan gelas yang sebelumnya ia ambil dari lemari penyimpanan.

"Temani Daddy minum."

Jaemin mengangguk patuh, sebenarnya ia tak begitu menyukai minuman beralkohol. Namun saat ini sepertinya ia juga sedikit membutuhkan cairan merah itu.

"Bagaimana keadaan Renjun?" Tanya Tuan Kim setelah keduanya diam cukup lama.

"Keadaanya membaik, ia akan mulai terapi minggu depan."

Tuan Kim mengangguk sembari memutar gelas wine nya.

"Keputusan daddy tidak akan berubah".

Jaemin mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk. Melihat sang ayah yang masih memperhatikan gelas wine nya.

"Daddy, Nana mohon."

"Sayang, menikah tak semudah apa yang kau bayangkan. Daddy tidak mau kau menyesal suatu saat nanti."

"Daddy, Nana tidak akan menyesal."

"Bagaimana dengan Jeno?".

Bak diingatkan sesuatu yang sangat penting, Jaemin langsung mematung. Sungguh ia melupakan keberadaan pemuda itu karena terlalu tenggelam dengan rasa bersalahnya. Saat ini setelah sang ayah menyebut nama Jeno, lidah Jaemin langsung kelu. Entah kenapa, hatinya berdenyut nyeri membayangkan wajah kecewa Jeno saat tau dirinya memilih Renjun. Setetes air mata jatuh begitu saja di pipi gembil Jaemin. Tuan Kim yang melihat itu langsung beranjak, memeluk sang anak yang sudah menangis sesenggukan.

"Kau tak perlu melakukan itu sayang, kita jaga Renjun bersama hingga ia pulih seperti sedia kala."

Jaemin yang masih sesenggukan, melepaskan diri dari pelukan hangat sang ayah.

"Tidak daddy, keputusan Jaemin sudah bulat."

Tuan Kim menghela nafas kasar. Jaemin dengan sifat keras kepalanya adalah hal yang sedikit menyebalkan.

"Baiklah, daddy akan memberi waktu untukmu menjaga Renjun selama satu tahun. Jika setelah itu kau mencintai Renjun, daddy akan menikahkan kalian berdua."

Jaemin sudah akan protes namun tuan Kim lebih dulu menyela.

"Keputusan daddy sudah bulat."

Setelahnya tuan Kim pergi dengan membawa gelas wine miliknya yang masih terisi sedikit, meninggalkan Jaemin dengan berbagai pikiran di kepalanya.

---

Keesokan harinya Jaemin datang ke apartemen Renjun dengan dua koper besar. Hal itu tentu saja membuat Renjun, tuan Huang dan nyonya Huang terheran-heran.

"Kenapa membawa koper sebesar itu sayang?" Tanya nyonya Huang

"Mama kan akan pulang ke Cina, jadi Nana yang akan menjaga Renjun."

Renjun yang juga mendengar ucapan Jaemin hanya bisa menghela nafas. Jaemin memang keras kepala.

"Tidak perlu sampai pindah, mama dan baba sudah menyewa pelayan untuk Renjun." Jelas nyonya Huang.

"Tidak mama, Nana ingin merawat Renjun sendiri hingga sembuh."

"Baiklah, terimakasih sayang." Ucap Nyonya Huang sembari mengusap lembut surai Jaemin.

Lusa pasangan Huang itu memang harus pulang ke Cina karena sudah terlalu lama meninggalkan restoran mereka di sana. Rencana nya mereka akan membawa Renjun ikut serta sampai pemuda itu pulih namun Renjun menolak dan lebih memilih tinggal di apartemen pribadinya dan minta seorang pelayan untuk mendampingi.

"Jaemin ah kau tak perlu seperti ini." Ucap Renjun setelah kedua orang tuanya pamit untuk pergi sebentar.

"Kita sudah membahas ini, dan keputusanku sudah bulat, jadi dimana kamarku?".

Renjun hanya bisa pasrah.

"Letakkan barangmu di kamar ku dulu. Nanti kau bisa menggunakan kamar bekas orang tuaku."

Jaemin mengangguk lalu menyeret kedua kopernya ke dalam kamar Renjun sedangkan Renjun mengikuti di belakangnya dengan kursi roda.

"Letakkan kopermu di wardrobe. Kau tidur bersamaku dulu tidak masalah kan?"

Jaemin tersenyum lembut, menghampiri Renjun lalu berjongkok di hadapannya.

"Bukankah kita juga sering tidur bersama?"

Renjun mengangguk samar lalu mengusap lembut pipi Jaemin.

---

TBC

The Young Master and His Guard [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang