2- Menikahi Pria Amnesia

2.5K 267 4
                                    

Dira mematung dengan nampan di tangannya. Pria yang dinamakan Ryan itu sedang terbaring dengan mata terpejam. Dalam keadaan tidur seperti itu pun, ia terlihat tampan sekali. Sebenarnya ia sangat enggan memanggil dengan nama Ryan seperti nama mantan kekasihnya. Sayangnya ia sudah memberikan identitas mereka saat mendaftarkan pernikahan.

Dira meletakkan nampan dengan hati-hati. Ia duduk di sisi dipan untuk membangunkannya. Dira gemetaran, ia menyentuh kulit tangan Ryan yang sangat putih dan lembut."Ry~Ryan~bangun."

Mata Ryan terbuka dengan cepat. Tampaknya ia juga tak tidur dengan nyenyak."Hai~,"katanya dengan senyuman.

"Maaf membangunkanmu. Ayo makan."

Ryan bangkit dengan perlahan. Dira membantunya karena lelaki itu sedikit sempoyongan. Dira membantu Ryan duduk dikursi berbahan plastik yang tak jauh dari sana.

"Keadaanmu mengkhawatirkan sekali. Aku takut kau akan semakin parah besok."

Ryan tersenyum."Setelah makan dan minum keadaanku pasti membaik kok. Setelah ini aku akan istirahat dengan benar. Aku pasti sembuh besok."

"Silakan dimakan."

"Terima kasih. Oh, ya~bagaimana dengan orang tuaku? Atau orang tuamu?"

"Kita sama sama tidak memiliki orang tua. Hanya ada kita berdua. Itulah alasan kenapa kita bersama. Karena kita memang memiliki latar belakang yang sama. Aku akan menceritakannya nanti ketika kamu nggak pusing lagi. Sebaiknya jangan memikirkan apa pun sekarang,"kata Dira.

"Ah, benar...besok hari yang penting. Maafkan aku."

Dira tersenyum memerhatikan  lelaki itu makan. Sikapnya menunjukkan bahwa lelaki itu bukan orang sembarangan. Hati Dira kini bertanya-tanya darimana Lelaki ini berasal dan kenapa ia bisa ada di sungai. Mana mungkin Dira menanyakannya, dia saja tidak ingat apa pun.
Tetapi, lupakan mengenai hal itu. Dira harus menyelamatkan dirinya. Jika seandainya lelaki itu memiliki ingatannya kembali, ia akan menjelaskan alasannya.

"Kamu tidak makan?"tanya Ryan yang sadar sedang diperhatikan.

Dira menggeleng dengan wajah bersemu merah."Aku sudah makan sebelum kita pergi bersama di sungai."

"Ah, baiklah...aku mengerti."

Dira terdiam sembari memerhatikan Ryan makan dengan lahap. Suasana hatinya sedikit berubah mengingat mereka akan menikah besok. Entah akan terjadi atau tidak, Dira belum memikirkan bagaimana kelanjutannya. Bagaimana jika ia ketahuan berbohong. Ia pasti akan dikucilkan semua orang.

Ryan mendongak menatap Dira."Apa yang sesang kau pikirkan?"

Dira menggeleng."Tidak ada. Aku hanya cukup deg-degan untuk besok."

"Pasti ini adalah hal yang kita nantikan sejak lama, ya?"

"Bagaimana kamu bisa mengatakan demikian? Kamu tidak ingat apa pun, kan?"

Ryan tersenyum penuh arti."Meskipun aku tidak ingat apa pun, aku merasakan sesuatu di dalam hati. Perasaan yang sangat bahagia,yaitu cinta. Aku pasti sangat dicintai orang di sekitarku. Dan itu kamu. Lalu, aku juga pasti mencintai lebih dari kamu mencintaiku. Perasaan ini begitu tenang dan damai. Rasanya tidak ada keinginan lain selain hidup bersama dengan bahagia."

Ucapan Ryan terdengar begitu manis dan melelehkan hati Dira.

"Oh, ya~apa pekerjaanku?"

"Apa?" Dira tercekat. Pekerjaan Ryan selama ini adalah Petani. Tetapi, mana mungkin orang setampan lelaki itu ia sebut Petani di Desa. Terlebih lagi kulitnya mulus tanpa cela. Dira memutar otaknya,"sebenarnya kau punya usaha kios sembako. Tapi, seminggu lalu terbakar habis."

ISTRI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang