21

1.7K 214 15
                                    

Setelah dua jam diperiksa, Dira dipersilakan menemui Banyu. Sejak tadi, Banyu mencari keberadaan Dira. Dira tampak senang. Ia tak melihat sosok Nirmala di sekitar ruangan itu. Akhirnya ia bisa bersama suaminya lagi.

"Sayang~" Dira menatap Banyu dengan haru. Ia sangat lega melihat suaminya sudah membuka mata. Ia menghambur ke dalam pelukan suaminya dan menangis.

Banyu mengusap punggung Dira."Jangan menangis."

"Aku sangat takut~aku sendirian menghadapi orang-orang itu. Aku seperti penjahat!"adu Dira.

Banyu tersenyum."Maafkan aku, ya. Aku sudah membawamu ke dalam situasi sulit. Ini semua di luar kuasaku."

Dira melepaskan pelukan Banyu dan menatapnya sedih."Setelah kamu sembuh, kamu harus tegas. Kita harus pergi dari sini."

Banyu menarik napas berat."Aku melihat rekaman pembicaraanmu dengan Polisi. Kau membuat pengakuan."

Dira terperanjat."A-apa? Itu karena aku ada dalam tekanan. Aku menceritakan kebohongan pada mereka."

"Sampai kapan kamu berbohong untuk menutupi kebohongan lainnya?"

Dira menggeleng kuat "Bukan begitu, kamu percaya akan hal itu?"

"Aku tidak tahu situasi apa ini, Dira. Tapi, semuanya sudah jelas. Aku memang anak keluarga ini. Kamu pun sudah mengakuinya bukan?"tatap Banyu.

"Memangnya hasil tesnya sudah keluar?"

Banyu menggeleng."Belum. Tapi, semua bukti sudah menjelaskan bahwa aku adalah anak keluarga ini. Kau tidak tahu?"

"Aku~tidak tahu kalau kau anak mereka. Aku hanya menemukanmu tanpa identitas." Dira mukai terisak perlahan.

Banyu tersenyum lirih. Ternyata faktanya cukup menyakitkan. Semua yang diceritakan Chesta adalah benar. Dira lah yang selama ini membohonginya. "Aku mengerti kalau kamu memang tidak tahu. Tapi, yang sangat disayangkan adalah~kenapa kau mengatakan kalau kita adalah sepasang kekasih. Itu tidak benar, kan? Karena aku punya calon istri di sini. Kami bahkan akan menikah."

Dira terdiam dengan segala kesalahannya. Ia tidak tahu harus bagaimana. Kebohongannya sudah terbongkar. Lelaki itu sudah bertemu dengan keluarga dan calon istrinya. Bagaimana dengan nasibnya sekarang, padahal ia tengah mengandung.

Banyu memegang tangan Dira."Dira~aku minta kamu ceŕitakan hal yang sebenarnya. Aku tidak akan meninggalkanmu. Meskipun kau juga salah atas kejadian ini, kamu telah merawatku. Jujurlah padaku,Dira. Ceritakan semuanya."

"Aku memang menemukanmu di sungai saat aku ingin bunuh diri~" Dira memulai ceritanya.

"Kenapa kau ingin mengakhiri hidupmu?"

"Karena hari itu, kekasihku yang bernama Ryan memutuskan hubungan kami melalui surat. Ia pergi tanpa menemuiku. Di sisi lain, ada pria tua yang terus mengejarku. Itu membuatku takut. Jika ia tahu pernikahanku dan Ryan batal. Ia pasti akan memaksaku menikah dengannya. Apa lagi aku tak punya tempat untuk berlindung. Saat melihatmu, itulah yang terbesit di pikiranku. Aku~mengaku pada warga kalau kamu adalah calon suamiku."

"Kau melalui hari yang berat, ya? Peluklah aku terlebih dahulu." Banyu merentangkan tangannya dan Dira jatuh dalam pelukan lelaki itu. Rasanya ingin menangis histeris, tetapi, ia tak mau menarik perhatian orang tua Banyu.

Dira melepaskan pelukannya."Dan setelah kita menikah, ada polisi dan tim SAR yang sedang mencarimu di lokasi aku menemukanmu. Karena takut kehilangan kamu, akhirnya aku membawamu pergi ke tempat di mana kita akhirnya tinggal. Aku menemukan uang dan kotak cincin di saku celanamu. Aku memakai uang itu untuk kita memulai hidup baru."

Banyu terdiam setelah mendengarkan semuanya."Sebenarnya~pernikahan kita tidak sah, bukan? Karena aku menggunakan nama Ryan."

Dira meremas ujung dresnya."Iya." Hatinya berdenyut seakan-akan sebentar lagi datang berita yang buruk,"apakah pertanyaanmu itu~ingin menunjukkan bahwa kita ini bukanlah siapa-siapa?"

"Tidak. Maksudku~posisimu sedang sulit saat ini. Kau bisa saja dipenjara karena sudah menyembunyikanku dengan sengaja. Polisi menemukan barang bukti di rumah lamamu. Pakaianku ada di sana. Hal ini semakin menguatkan kalau aku memanglah Banyu."

"Apakah itu sebuah kesalahan yang besar? Sampai mereka ingin memasukkanku ke penjara?" Dira meremas dadanya.

Banyu memegang tangan Dira."Aku akan melindungimu sesuai janjiku. Tapi, bagaimana pun kau tetaplah bersalah, Dira. Kau harus mengakui bahwa kau salah. Aku tak akan membiarkanmu masuk penjara."

"Aku kan punya alasan~" Dira terus berkilah.

"Jika kau memakai diriku untuk melindungi diri itu tidak apa-apa. Tetapi, setelah pindah dan menjauh dari orang itu, kau bisa mengatakan yang sebenarnya, kan. Kau akan lebih dihargai karena hal itu. Kau lebih memilih menyembunyikanku."

Dira terisak, ia merasa ketakutan sekarang."Aku ingin pulang saja. Ayo kita pergi dari sini."

"Mau pergi ke mana? Ini keluargaku. Ini rumahku,"tolak Banyu yang sudah sadar bahwa ia benar-benar bagian dari keluarga ini.

Dira menatap Banyu tak percaya."Ke-kenapa tiba-tiba? Apa karena perempuan itu?"

"Astaga~"Banyu menghela napas berat."Aku sama sekali tidak mengingatnya. Ini tentang kita."

Dira terisak."Jika begitu, ayo kita pergi."

"Tidak, kita akan tinggal di sini. Kita harus memeriksakan kandunganmu di dokter terbaik. Itu hanya didapatkan di Kota seperti ini. Fasilitas kesehatannya juga bagus. Aku tidak mau kembali ke sana yang penuh dengan risiko."

"Aku tidak butuh itu semua."

"Kau sangat egois." Banyu menatap Dira kecewa,"apakah kau tidak memikirkan anak di dalam kandunganmu?"

"Aku memikirkannya. Hanya saja, aku tidak suka ada di tempat ini. Mereka semua pasti membenciku. Apa kau tidak mengerti apa maksudku? Di sini bukan tempatku!"balas Dira setengah berteriak. Kekesalannya sudah memuncak,"mereka bahkan memanggil Polisi. Mereka akan memenjarakanku. Apa kau berharap aku akan masuk penjara dan kau bisa kembali pada wanita itu?"

"Ah, kenapa membahas wanita itu? Aku sama sekali tidak membahasnya. Ini tentang kita. Jangan melibatkan orang lain untuk membenarkan prilakumu." Banyu menghela napas berat. Ini pertama kalinya ia dan Dira bertengkar. Kepalanya terasa sakit karena sepertinya serpihan-serpihan ingatannya mulai tersusun kembali. Meskipun dokter mengatakan akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan ingatan Banyu.

"Kenapa kau tiba-tiba berubah? Kau tidak seperti pria yang kukenal,"tatap Dira sedih.

"Kau mengenalku tiga bulan. Tentu saja banyak hal yang belum kau ketahui." Banyu mulai lelah karena terlalu banyak berpikir.

"Lalu apa maumu?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Sesuai janjiku, aku akan tetap melindungimu dengan caraku. Kita akan tetap bersama sampai kapan pun. Sudahlah, jangan terlalu banyak dipikirkan." Banyu mulai meredakan emosi di dalam dirinya.

Dira menangis tersedu-sedu. Ia sadar atas kesalahannya. Namun, ia tetap ingin bersama Banyu, menjadi istri dan satu-satunya wanita di hatinya. Ia benar-benar tak mau kehilangan lelaki itu.

"Jangan sedih, aku akan memegang janjiku,"ucap Banyu menenangkan.

"Itu hanya akan jadi omong kosong kalau ingatanmu kembali,"ucap Dira lirih.

Banyu tak menjawab. Jika ingatannya kembali dan ia tak mengingat Dira, bukankah itu sudah menjadi risiko? Ia pun tak mau semua ini terjadi. Banyu kembali memeluk Dira untuk menenangkan wanita itu."Maafkan aku~"

"Aku tak punya siapa pun di sini. Berani-beraninya kau membuat keadaanku tersudut?" Isak Dira sembari memukuli dada Banyu.

"Maafkan aku, maaf~" Banyu ingin mengatakan banyak hal. Namun, Dira tak ingin menerima kesalahannya begitu saja. Percuma saja ia melakukan perdebatan, Dira tetap bertahan dengan pendapatnya saja. Ia akan mencari cara lain agar Dira mau tinggal di sini. Semua Banyu lakukan bukan karena ia ingin menjadi orang kaya kembali. Ia hanya ingin istri dan anaknya nanti akan hidup lebih layak.

💜💜💜

ISTRI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang