Dira terdiam menatap pria-pria yang mengelilingi mereka. Sejak tadi, ia dan Ryan hanya disimpan di satu ruangan. Mereka diberi makanan dan minuman. Namun, situasi ini tetap tak menyenangkan bagi Dira.
"Sebenarnya apa yang akan mereka bicarakan sampai kita harus dikurung begini?"gerutu Dira pada suaminya.
"Tunggulah sebentar lagi. Makanlah supaya kamu nggak pusing."Ryan mengambilkan makanan untuk Dira.
"Aku nggak mau. Aku mau pulang,"rengèk Dira,"ini udah hampir siang. Kita masih saja ada di sini."
"Hmm~mereka tak mungkin menahan kita tanpa alasan. Apakah kamu telah berbuat sesuatu yang melanggar hukum? Atau mungkin kita berdua?"
Dira mengerucutkan bibir dan mencubit pinggang Ryan pelan."Satu-satunya kejahatanku adalah mencintaimu ."
Ryan terkekeh."Apa mencintaiku adalah kesalahan?"
"Iya. Makanya mereka akan menangkapku."
"Aku tak akan membiarkannya."
"Kita lihat saja nanti."
Keduanya berdebat dengan manis. Seolah-olah tidak ada masalah yang telah terjadi.
Pria berkacamata yang bernama Rayyan masuk dan tersenyum. Ia dùďuk di hadapan Ryan dan Dira."Karena sudah terbukti bahwa Ryan ini adalah Banyu, maka~kami akan membawa kamu pulang ke rumah."
Dira menatap Rayyan sembari bersedekap. "Rumah siapa? Rumahnya ada di sini. Apa yang membuktikan kalau dia adalah Banyu?"
Rayyan melihat jari Dira."Cincin itu dari mana? Di baliknya ada nama Banyu dan Nirmala."
Dira menyembunyikan tangannya dengan cepat.
Ryan memegang tangan Dira."Tunjukkan saja dan buktikan kalau tidak ada tulisan itu."
Dira mengeraskan tangannya, menolak permintaan Rayyan."Aku tidak bisa."
"Kenapa? Saya akan ganti rugi jika memang saya salah dan tidak terbukti bahwa Ryan adalah Banyu anak saya,"balas Rayyan.
"Tunjukkan saja,"kata Ryan yang memang dia tidak tahu bahwa ada tulisan di dalamnya.
"Tidak mau. Sudahlah, kenapa kita harus menuruti mereka. Ayo pergi dari sini?" Dira bangkit dan menarik tangan Ryan.
"Jika hasil penyelidikan ternyata Ryan adalah Banyu, maka Anda adalah tersangka. Anda dengan sengaja menyembunyikan korban kecelakaan dengan maksud tertentu. Bukti-bukti juga ditemukan dì rumah Anda. Jadi, menyerahlah sebelum kau menyesal. Kami sebagai orang tua bisa menuntutmu."
Ryan menarik napas panjang. Sementara Dira mematung tak percaya. Ryan mengambil cincin Dira dengan cepat dan memeriksanya. Ryan terpaku. Ia menjadi diam seribu bahasa.
"Bagaimana?"
"Itu~Banyu dan Nirmala,"jawab Ryan dengan hati terpukul. Hatinya terasa berdenyut.
"Saya mendapatkan cincin itu. Jadi, belum tentu dia ini Banyu, kan? Bisa saja saya hanya mendapatkan cincin dan anak Bapak entah ke mana." Dira masih saja berkilah.
"Kenapa kamu masih saja menghindar? Bukti sudah kuat."
"Anda semua berbohong!"balas Dira.
Ryan terdiam, memperhatikan Dira dan Rayyan berdebat. Pria itu memikirkan ulang setiap kejadian yang pernah mereka lakukan. Dira sama sekali tidak bisa menjelaskan tentang keluarganya secara detail. Lalu, banyak lagi pertanyaan yang tidak bisa Dira jawab.
"Ini adalah kamu dan calon istri kamu, Nirmala." Rayyan berusaha membuat ingatan Ryan kembali. Setidaknya puing-puing kenangan itu bisa sedikit kembali.
Ryan menatap wanìta di dalam foto. Pria itu benar-benar persis dengannya. Sementara Dira, ia hanya bisa menganga dengan kecantikan Nirmala. Wanita itu terlihat elegan dan memiliki karisma. Tapi, hatinya diliputi rasa cemburu karena suaminya ada di sebelah wanita itu. Tangan Dira mengepal dan menepis ponsel mahal tersebut. Rayyan dan Ryan terkejut. Telepon genggam itu terhempas ke lantai.
"Kenapa kamu bersikap tidak sopan?"bisik Ryan.
"Dia sudah berani menunjukkan foto itu!"Dira menggeram.
"Memangnya kenapa kau begitu marah? Aku saja tidak apa-apa. Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan?"tatap Ryan.
"Tidak ada. Aku hanya tidak suka dengan sikap ini. Mereka terlalu mengada-ada."
"Kuharap kamu tetap tenang agar prosesnya cepat selesai." Ryan menghela napas panjang. Ia menatap Rayyan yang baru memungut ponselnya."Maafkan kejadian tadi, Pak."
"Tidak apa-apa. Tetapi, itu tindakan yang tidak sopan, anak muda." Rayyan tersenyum dengan penuh luka. Betapa besar keinginannya untuk memeluk anaknya. Namun, semuanya tak bisa ia lakukan.
"Jadi, apa yang akan membuat kalian semua berhenti mengira saya adalah Banyu?"kata Ryan yang sudah lelah dan kasihan melihat Dira.
"Tes DNA. Itu akan akurat dan~jika memang sama, kamu harus kembali ke rumah. Karena kamu adalah anakku,"kata Rayyan dengan suara gemetar.
Ryan menelan ludahnya. Semua bukti mengarah bahwa ia memang mirip dengan pria itu. Lalu ada bukti pakaian di rumah Dira. Pencarian polisi bersamaan dengan tanggal pernikahan mereka. Ditemukan dirinya dalam keadaan amnesia bersamaan dengan hari kecelakaan. Ia menatap sang istri, apa yang sedang disembunyikan wanita itu. Kenapa selama ini ia tidak menceritakan apa pun padahal mereka begitu mesra.
"Baiklah kalau begitu."
"Ryan!" Dira menatap Ryan dengan kesal."Aku tidak akan pergi."
"Kalau begitu aku saja yang pergi. Aku harus menyelesaikan ini semua agar tidak ada yang mengganggu lagi. Lalu aku akan pulang membawa uang ganti rugi,"balas Ryan dengan tegas.
"Baik, mari ikut dengan kami dan lakukan tes darah." Rayyan sudah bernapas lega. Ia bisa mengabarkan pada sang istri. Mereka sudah bisa bertemu dengan anak laki-laki mereka.
"Kamu apa-apaan, sih?" Dira ingin menangis.
Melihat situasi tersebut, Rayyan memutuskan untuk pamit dan memberi tahu timnya untuk menyiapkan mobil.
Ryan memegang tangan Dira."Aku sudah bilang alasannya. Aku tidak mau . Aku akan turuti keinginan mereka dan akan membawa uang ganti ŕugi. Uangnya bisa kita belikan rumah. Kita akan tinggal di tempat yang lebih layak dan dekat dengan Kota."
"Aku nggak mau kamu ikut mereka. Memangnya kamu tahu jalan pulang!" Dira mulai marah.
"Kenapa kamu semarah ini? Memangnya ada apa? Jika kita tidak salah, kita tidak perlu takut, kan?"kata Ryan yang sudah sedikit lelah.
"Jadi, kamu menuduhku salah karena aku takut?" Dira mendecih.
"Aku akan pergi. Aku penasaran juga apakah aku ini memang anak mereka atau bukan." Ryan mulai melemahkan diri, tak mau berdebat lagi.
"Kamu~" Tubuh Dira lemas.
"Katakanlah jika kau punya sesuatu yang disembunyikan. Setidaknya kita bisa membela diri." Ryan mengingatkan.
Dira menggeleng. Ia tetap bersikeras menyembunyikan fakta. Wanita itu memilih diam karena ia juga merasa lelah. Satu jam kemudian mobil telah datang. Mau tak mau Dira pun ikut dan mereka pergi bersama rombongan tersebut.
Perjalanan cukup panjang sampai keduanya tertidur. Lalu, mereka berhenti untuk makan malam. Keduanya makan dengan lahap.
"Berapa lama lagi kami sampai?"tanya Dira.
"Kita sudah hampir sampai kok.Tapi, karena ini sudah malam, tidak bisa dilakukan sekarang. Kita harus menunggu besok, kalian bisa tinggal di rumah,"jelas Rayyan.
"Kaliañ ingin menipu, ya? Kembalikan kami!"amuk wanita itu.
Ryan memegang tangan istrinya, meminta wanita itu tetap tenang. "Sudahlah, jangan seperti itu. Kita sudah sangat jauh, tidak bisa pulang. Urusan harus selesai dan kita bisa pulang."
"Kamu terlalu baik!" Dira menggerutu, ia segera menghabiskan makanannya agar bisa segera sampai dan istirahat.
💜💜💜
Jangan lupa pantengin Karyakarsa malam ini untuk part 21+
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA
RomansSatu hari sebelum hari pernikahan, Ryan meninggalkan surat pembatalan penikahan untuk Dira. Merasa marah dan frustrasi, Dira ingin bunuh diri. Karena jika pernikahan ini gagal, ia akan dinikahkan paksa dengan Duda tua di Kampungnya. Saat ingin bunuh...