Ryan terbangun ketika malam hampir tiba. Dira sudah menyalakan lampu dan obor di depan rumah. Pria itu melihat ke sekeliling yang sunyi. Ya, memang seperti itulah keadaan di sini. Ia bangkit untuk mencari keberadaan sang istri.
Dira baru saja dari belakang untuk buang air. Ia tersenyum melihat suaminya susah bangun."Kau sudah bangun~"
"Iya. Kau dari mana?"
"Dari belakang. Mau mandi?"
Ryan menggeleng,"sudah terlalu gelap. Lagi pula aku sudah mandi sepulanh kerja tadi."
Dira menuju teras tempat Ryan tidur siang tadi. Ia merapikan alas tidur dan menyimpannya ke kamar."Aku sudah menyiapkan makan malam dan cemilan."
"Kapan kau memasaknya?"tanya Ryan heran.
"Saat kamu tidur. Kamu mau langsung makan atau mau ngemil dulu?"
"Aku belum begitu ingin makan. Aku mau makanan kecil saja,"balas Ryan yang kemudian duduk di ruang tamu. Ia menunggu Dira mengambilkan makanan dan menyajikannya.
"Ini." Dira menyajikan makanan kecil dan air hangat pada Ryan. Wanita itu duduk berdekatan dengan sang suami.
Ryan menatap wajah lelah Dira. Ryan merasa wanita di dekatnya itu sangat hebat. Ia harus bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan makanan untuknya. Lalu, setelah itu melakukan banyak pekerjaan rumah dan tidak mengeluhkan rasa lelah."Jika uang tabungan kita sudah banyak, sebaiknya kita pindah saja. Kita bisa menyewa rumah. Di tempat yang jalannya sudah bagus dan dekat dengan perkotaan."
Dira tersentak, tapi, ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Ia mulai berpikir kalau sebenarnya lelaki itu mulai mengingat hal-hal kecil."Kenapa? Di sini juga nyaman."
Ryan menggeleng."Di sini tidak ada listrik. Dengan listrik, pekerjaan rumah akan terasa lebih ringan. Lalu, kau di rumah seharian saat aku bekerja. Kau pasti bosan. Jika rumah kita dekat perkotaan, aku bisa mengajakmu jalan-jalan."
"Kau memikirkanku begitu detail. Padahal aku tidak apa-apa." Dira tidak siap untuk pindah sekali pun saran Ryan memang benar. Hidup di dekat perkotaan memang lebih menyenangkan. Tapi, ada hal menakutkan yang tak berani Dira bayangkan.
"Aku hanya memikirkan yang terbaik untukmu. Sesekali kita pasti merasa bosan di rumah terus. Tidak ada hiburan dan tidak tahu apa uang harus dilakukan sampai mengantuk sendiri." Ryan berusaha meyakinkan Dira. Ia hanya ingin mrmbuat kehidupan mereka terasa nyaman. Bukan tinggal di tempat yang terpencil seperti ini.
Dira mengangguk ragu. Ia takut tapi ia tak mungkin menolak rencana baik tersebut."Hmm baiklah, terserah kau saja. Tapi, hidup seperti itu membutuhkan biaya yang besar."
Ryan tersenyum dan menepuk pundak Dira pelan."Biar aku yang memikirkannya. Oke?"
Bagaimana Dira tak semakin jatuh cinta jika sikap lelaki itu terlalu manis. Bisa dikatakan lelaki itu memiliki sifat yang langka. Tak semua lelaki bisa punya sikap seperti itu."Bagaimana tidurmu? Apa mimpi lagi?"
"Iya aku bermimpi. Tapi, bukan orang itu. Aku bahkan tak bisa mengingat dengan jelas mimpi apa itu. Yang pasti aku merasa bahagia saat bangun tidur." Ryan tersenyum penuh arti.
Dira sama sekali tidak bisa menebaknya. Ia tak mau membahas perihal mimpi lagi. Mungkin saja Ryan memimpikan orang-orang yang ada di masa lalunya."
"Jadi, apa yang akan kau lakukan besok?"tanya Ryan pada Dira.
Dira mengangkat wajahnya dengan ekspresi bingung."Maksudnya? Apa yang akan kulakukan besok? Tentu saja aku belum tahu. Karena hari besok belum terjadi. Aku akan memikirkannya besok."
"Kau harus merencanakannya agar kegiatanmu tersusun rapi. Jadi, ketika bangun tidur kau tidak bingung harus melakukan apa,"kata Ryan yang membuat Dira menganga. Ternyata hidup Ryan dienuhi dengan rencana-rencana.
"Aku tidak punya rencana. Yang kulakukan hanyalah bangun pagi, membersihkan rumah, dan memasak. Aku rasa tidak perlu rencana apa pun. Memangnya apa, tidak ada yang bisa kulakukan di sini,"balas Dira.
"Ah,iya juga."
"Apakah ketika ingatan kamu kembali, kamu akan melupakan apa yang kita lakukan sejak menikah?"tanya Dira dengan kelu.
"Bagaimana aku bisa melupakan kenangan bersama istriku?" Ryan terbelalak,"jika ingatanku kembali, itu hanyalah situasi di mana aku mengingat apa yang sudah terjadi sebelum aku hilang ingatan. Kejadian saat ini, terntu saja nggak mungkin bisa hilang."
Dira mengigit bibirnya."Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya takut hari itu terjadi. Kau melupakan hal-hal indah yang kita lewati saat ini."
"Jika ingatanku kembali ternyata membuatku melupakan kenangan indah kita, lebih baik aku terus hilang ingatan, Dira. Aku hanya ingin mengingat hal-hal indah dan menyenangkan. Mungkin saja aku punya masalah dan kisah sedih di masa lalu yang tak ingin kuingat." Ryan menata Dira,"jadi, jangan takut. Aku akan selalu bersamamu. Apa pun yang terjadi, aku akan menjagamu."
Dira tersenyum lirih. Ia tak memasukkan kalimat manis itu ke dalam hatinya. Karena itu belum tentu sesuai dengan kenyataan jika ingatanya kembali. Itu mungkin akan menjadi mimpi terburuk dalam hidup Dira. Saat ini ia terjebak dalam mimpi indah, ia tak ingin bangun sedetik pun.
Ryan menyentuh dagu Dira agar wanota itu melihatnya."Kenapa kamu takut kalau ingatanku kembali? Apa aku pernah menyakitimu?"
Dira menggeleng cepat, ia panik karena ketakutannya justru menimbulkan rasa curiga."Ah nggak gitu. Tap-tapi~"
"Tapi, kenapa?"tatap Ryan.
"Kamu hanya lebih manis saat ini. Du-dulu, kamu sangat cuek dan dingin. O-oleh ka-karena itu aku lebih menyukaimu yang sekarang,"jawab Dira dengan debaran jantung yang tak karuan.
Ryan memegang dadanya,"benarkah aku seperti itu? Aku orang yang sering mengabaikanmu dulu? Ah, aku sangat jahat." Ryan merengkuh tubuh Dira,"maafkan aku, ya. Aku sama sekali tidak tahu dan juga tìdak bisa mengingatnya. Aku minta maaf karena sudah membiatmu trauma."
Dirà mengangguk dalam pelukan Ryan.
"Kalau begitu, mari kita berdoa agar ingatanku tak kembali. Mari memulai hidup yang baru dengan sifatku yang baru." Lelakì itu terus menenangkan Dira.
Dira tertawa dalam pelukan Ryan. Demi apa pun, ia sungguh mengatakan bahwa Ryan adalah pria yang sempurna.
Ryan melepaskan pelukannya, menangkup wajah Dira dan menatapnya dalam-dalam."Jangan berpikir yang tidak-tidak, ya? Sebagai pasangan kita harus saling percaya. Aku sangat percaya padamu, kau harus menjaga kepercayaanku. Begitu juga sebaliknya. Aku akan menjaga kepercayaanmu. Aku berjanji akan selalu bersamamu."
Entah kenapa tangis Dira ingin pecah saat mendengarnya. Lalu, kali ini ia merasa bersalah karena lelaki itu sudah mempercayainya. Tapi, ternyata hidup yang mereka jalàni saat ini adalah kebohongan. Dira tak ingin mengakhirinya.
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA
RomanceSatu hari sebelum hari pernikahan, Ryan meninggalkan surat pembatalan penikahan untuk Dira. Merasa marah dan frustrasi, Dira ingin bunuh diri. Karena jika pernikahan ini gagal, ia akan dinikahkan paksa dengan Duda tua di Kampungnya. Saat ingin bunuh...