25

1.9K 164 12
                                    


Banyu mendorong tubuh Dira hingga rapat ke dinding. Ia memperdalam ciumannya, Akhirnya ia dan Dira punya waktu bersama. Sejak mereka datang ke tempat ini, pikiran mereka telah terisi oleh semua masalah dan tekanan. Perasaan pun tidak enak dan Hasrat itu tak ingin muncul.

Banyu menggenggam dua gundukan kenyal milik Dira sambil terus memperdalam ciumannya. Napas keduanya memburu. Milik mereka sudah tak sabar ingin bertemu. Banyu menyingkap pakaian Dira dan menyentuh permukaan tubuhnya yang hangat. Dira melepaskan ciuman dan membuka kemeja Banyu dengan perlahan. Jantungnya berdebar kencang karena mereka sudah lama tak melakukannya. Setelah pakaian Banyu terlepas, ia memeluk lelaki itu erat dan dengan senyuman Bahagia.  Banyu mengangkat Dira ke atas tempat tidur. Lalu, melucuti pakaian Dira satu persatu. Keduanya bertatapan lembut dan lalu saling tersipu malu.

"Aku sangat rindu,"bisik Banyu.
Dira mengangguk dengan wajah merah."Aku juga~"

Banyu mengecup bibir Dira, lalu kecupannya berpindah ke lekukan leher dan dada. Dira langsung tenggelam dalam kenikmatan. Dira memeluk kepala Banyu erat-erat saat bibir Banyu menyentuh puncak dadanya. Sesekali ia meremas rambut hitam lelaki itu. Tubuhnya melengkung, memberikan seluruh tubuhnya untuk pria yang dicintainya itu.

Dira mendesah dan mengerang. Miliknya terus berkedut dan basah. Ia tak sabar ingin segera dimasuki. Namun, ia tak ingin permainan ini berakhir dalam waktu yang singkat.

Dira menghentikan Gerakan Banyu."Aku ingin mencoba sesuatu,"ucap Dira dengan malu-malu.

"Apa itu?"tanya Banyu bingung.
Dira mendorong tubuh Banyu agar berbaring dengan miliknya yang sudah menegang. Dira menggenggam milik Banyu dan mengusap-usapnya pelan. Mata Banyu terpejam Ketika miliknya dimanjakan oleh tangan halus itu. Dira terus mengusapmnya dengan lembut. Wajahnya mendekat ke sana perlahan dan ia membuka mulutnya.

Banyu terbelalak saat merasakan sesuatu yang hangat dan basah menyentuh miliknya. Ternyata Dira tengah mengulum miliknya.

"Di-Dira, apa itu nggak apa-apa?"tanyanya panik.

Dira menggeleng dengan mulut penuh. Banyu hanya menyaksikan miliknya tenggelam dalam mulut Wanita itu dengan diam. Sesaat kemudian ia merasakan miliknya berkedut karena untaian lidah Dira. Banyu menikmatinya dengan tenang. Tangannya meremas rambut Dira yang terurai.  Sesekali Banyu mendesah. Suara itu membuat semangat Dira semakin membara. Ia ingin memuaskan suaminya.

"Ah, sayang~" Banyu semakin menggila. Ia menarik Dira dan melumat bibir Wanita itu. Tangannya meremas dada Dira dengan cukup erat.

Dira melenguh manja. Ia menenggelamkan wajahnya ke lekukan leher Banyu. Ia mencumbu tubuh lelaki itu. Ia hanya sedang mengikuti instingnya saja. Dan Banyu terlihat sangat menyukainya. Dira sedang berada dalam pangkuan Banyu. Ia bangkit dan menyatukan miliknya dengan Banyu secara hati-hati. Setelah amsuk, ia menekannya secara pelan.

Banyu mengerang."Ah, ini sangat nikmat." Miliknya dihimpit begitu keras.

"Aku juga merasakannya,"balas Dira,"kita tidak melakukannya dalam waktu yang lama. Aku tak ingin berakhir dengan cepat."

Banyu tersenyum dan memeluk Dira,"Aku lebih tak ingin semua berakhir dengan cepat. Aku akan melakukannya lagi nanti, dan nanti. Siapkan saja tenagamu untuk menghadapiku."

Dira tersenyum mengejek."Aku tidak bisa percaya."

"Ah, kau sedang menantangku ya?" Banyu langsung membalikkan posisi hingga Dira berada di bawahnya. Ia menatap Dira dengan penuh cinta. Ia menekan miliknya dengan keras. Dira mendesah nikmat. Saat itulah Banyu mengambil kesempatan dengan menghunjani Dira dengan hunjaman-hunjaman keras.

Dira meremas sprei karena hunjaman Banyu sangat keras. Namun, ia sangat menyukainya. Ia berharap setelah ini, Banyu akan tetap memperlakukannya seperti ini. Karena mereka tidak melakukannya dalam waktu yang lumayan lama, maka Banyu menyemburkan cairannya dengan wakru yang lebih singkat dari biasanya. Namun, tidak masalah bagi Wanita itu. AKrena ia akan selalu ebrsama Banyu mulai sekarang.

Keduanya berbaring setelah membersihkan diri. Dira tidur di lengan Banyu dan bersandar di sana dengan nyaman tanpa mengenakan pakaian. Keduanya bersembunyi di dalam selimut."Setelah ini kita pindah ke kamar yang ada di rumah utama. Aku sudah bilang ke Mama."

Dira menggeleng,"aku tidak mau. Aku tidak mau harus melihat orang tuamu setiap hari. Mereka sangat menyeramkan."

Banyu mengusap puncak kepala Dira dengan sabar dan lembut."Aku mengerti, sayang, tapi, kita harus pindah ke dalam. Paviliun ini bukan difungsikan untuk ruang tidur dalam waktu yang lama."

Dira menggeleng dan menatap Banyu dengan memohon. Ia tidak mau berada dalam rumah yang sama dengan orang yang tak disukai.

Banyu mengeratkan lengannya hingga Dira masuk ke dalam pelukannya."Aku sudah mengatakan pada mereka. Tidak ada yang boleh menyakitimu. Jika itu terjadi, maka aku yang akan menghadapinya langsung. Aku akan terus melindungimu."

"Bolehkah aku meminta sesuatu?"tanya Dira dengan mata yang membesar.

"Dia terlihat mengegmaskan,"ucap Banyu dalam hati."Katakan saja."

"Berhenti meminum obat yang mereka beri. Aku tidak mau kau melupakanku."Dira merasa resah akan hal ini. Ia ingin mengambil dan membuang obat itu, tetapi, entah dimana obat itu disimpan. Atau mungkin Banyu memang tidak diberi obat sama sekali."

Banyu tersenyum tipis,"iya-iya, aku jarang meminumnya kok. Lagi pula aku ini sehat, jadi, nggak perlu minum obat."

Dira tersenyum lega, setidaknya ia bisa bertahan dalam keadaan ini dengan hati yang tenang. Yang ia butuhkan hanyalah dukungan dari Banyu. Ia tak perlu yang lainnya."Oh, ya, terapinya juga~"

"Oke,"balas Banyu tanpa banyak tanya. Ia akan mengiyakan apa pun yang diinginkan Dira."Jadi, kita pindah ke kamar di dalam, ya. Tempatnya lebih nyaman dan luas. Kamu bisa beraktivitas di dalam kamar saja. Fasilitasnya juga lengkap. Aku tidak mau kamu terus-terusan ada di kamar ini."

Dira mendongak menatap suaminya,"tapi aku masih takut. Lagi pula~bagiku~kamar ini sangat mewah. Bahkan lebih besar dari rumah yang kumiliki sebelum bertemu dengan kamu."

"Percayalah padaku."

Dira menarik napas Panjang."I-iya~lalu kapan kita akan pindah ke kamar yang baru?"

"Nanti saja, aku masih malas untuk bangkit  dan meninggalkan suasana menyenangkan ini." Banyu memberikan kecupan di bibir Dira.

Hati Dira menghangat, ia sempat berpikir kalau belakangan ini Banyu sudah mulai mengabaikannya. Namun, melihat sikap Banyu saat ini, ia yakin bahwa Banyu memang mencintainya. Dira harus menjaga perasaan Banyu agar tetap bersikap baik dan manis padanya. Dira menenggelamkan dirinya lebih dalam lagi ke pelukan Banyu.

"Aku mencintaimu, sayang,"bisik Dira.
Wajah Banyu merah seketika. Ini pertama kalinya ia mendengar Dira memanggilnya dengan sebutan seperti itu.

"Aku lebih mencintaimu,"balas Banyu dengan perasaan bahagia.
 
 

ISTRI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang