7- Lagi

2.7K 235 25
                                    

Yang mau baca duluan bisa ke karyakarsa,ya. Sudah sampai part 10.
(Note: Part 10 gratis)


Dira meringkuk di balik seĺimut usai percintaan selesai. Ia merasakan sakit di antara kedua pahanya. Ia juga merasa tidak enak badan.  Dira yakin dirinya baik-baik saja. Ia hanya belum terbiasa dengan situasi yang ada. Saat ini, pria yang telah menjadi suaminya itu tengah pergi ke belakang. Tampaknya mereka sama-sama kaget dengan apa yang terjadi. Keduanya terlihat sama sama belum terbiasa.

Setelah menenangkan diri, Ryan kembali masuk ke dalam rumah. Ia mencari Dira yang ternyata sedang terbaring."Ah, kamu~kenàpa?"

Dira menggeleng."Aku ~agak nggak enak badan."

Ryan menghampirinya dengan khawatir. Dira merapatkan selimut di tubuhnya karena merasa malu. Ia dan Ryan sudah melakukan adegan yang panas barusan. Setiap adegannya bahkan masih berputar di otaknya.

"Apa aku terlalu kasar? Maafkan aku."

"Nggak. Karena ini yang pertama untukku. Jadi, aku hanya sedikit kaget,"balas Dira dengan wajah merona.

"Baiklah, aku akan menemanimu di sini." Ryan duduk di sebelah Dira.

Dira mendongak,"kamu boleh melakukan apa pun. Tidak harus menungguku. Aku baik-baik saja."

"Memangnya kenapa kalau aku ingin di sini terus? Aku sudah bekerja besok. Jadi, aku ingin menghabiskan waktuku bersamamu hari ini."

"Ah iya~ngomong-ngomong, berapa jam kamu bekerja di kios Pak Mahmud?" Dira lupa menanyakan hal tersebut. Setidaknya ia bisa menyiapkan makanan untuk suaminya itu dengan tepat waktu.

"Dari pagi pukul tujuh sampai pukul dua siang saja. Karena~katanya siang hari sudah tidak ada pembeli,"jelas Ryan.

"Oh begitu, aku mengerti."

"Kapan-kapan bawa aku ke tempat-tempat yang aku kenal, ya?"ucap Ryan. Topik pembicaraan langsung berpindah.

"Maksudnya?"

"Bagaimana pun  aku ingin mengingat semuanya. Hidup dalam ketidak tahuan itu menyiksa. Aku ingin ingatanku kembali. Bisa saja, kan, kalau aku pergi ke tempat-tempat yang pernah kita kunjungi, aku jadi ingat semuanya." Ryan berkata dengan serius. Ia tidak mau hidup seperti ini. Mereka pasti punya kenangan indah yang nantinya bisa memupuk rasa cinta mereka.

Wajah Dira memucat. Ia bangkit dari posisinya dan duduk."Tap-tapi, tempat itu sudah jauh dari sini. Kita tidak mungkin kembali ke sana."

"Iya. Maksudku kapan-kapan saja. Saat kita sudah punya cukup uang,"balas Ryan, kemudian ia mengusap pundak Dira,"aku tidak memaksa kok. Jangan khawatir."

Dira tertawa kecil. Detik itu juga ia merasa lega."Ah, iya~yang terpenting adalah sekarang kita bersama. Di masa lalu, kita belum bersama. Oleh karena itu kita harus mengukir kehidupan ini dengan hal indah."

"Kata katamu bagus." Ryan tersenyum,"di jam seperti ini rasanya bingung harus berbuat apa."

"Apa kau bosan?"

Ryan menggeleng."Tidak."

"Kalau begitu tidur siang saja. Kau pasti lelah karena berjalan jauh." Dira menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan kalau aku tidur?"tanya Ryan.

"Memperhatikanmu tidur." Dira tertawa.

"Kenapa memperhatikanku." Ryan ikut tertawa. Kemudian ia melihat jemari Dira yang kosong. Ia meraih tangan wanita itu,"maaf,ya jemarimu kosong padahal kita sudah menikah. Aku akan mengisinýa dengan cincin yang bagus nanti."

ISTRI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang