Dira termenung di teras belakang. Ia sudah bosan dan terus kepikiran Banyu. Kemana suaminya itu pergi. Katanya hendak menemui Nirmala untuk suatu keperluan. Wanita itu tidak mau datang untuk mencapai sebuah kesepakatan. Namun, selama ingatan Banyu tak kembali, ia masih bisa tenang menunggu di sini.
Dira memejamkan matanya. Ia berharap hasil pemeriksaan kesehatannya segera keluar. Lalu, ia bisa tinggal dalam satu kamar bersama Banyu.Seorang wanita paruh baya melintas di dekatnya. Dira memanggil wanita tersebut,"permisi~"
Wanita paruh baya itu menghampiri."Iya, Ada yang bisa saya bantu?"
Dira memperhatikan penampilannya dengan detail. Dari seragam yang dipakai, sangat jelas terlihat wanita itu asisten rumah tangga. Tetapi, wanita itu terlihat sangat bersih dan rapi."Anda ini siapa?"
"Saya kepala Asisten rumah tangga di sini. Nama saya Badriah." Wanita paruh baya itu tersenyum hangat saat memperkenalkan diri.
"Oh, asisten rumah tangga. Jadi, apakah aku bisa meminta sesuatu?"
"Iya?" Badriah sedikit bingung.
Dira mengangguk."Ambilkan aku air!"
"Maaf saya tidak bisa karena itu bukan tugas saya. Saya akan panggilkan yang lain~"
"Apa bedanya dengan yang lain? Kalian sama-sama asisten rumah tangga di sini. Sama saja, kan?"Dira merasa ucapannya tidak salah.
Badriah tersenyum."Anda harus menjaga etika selama di sini. Ada aturan di rumah ini."
Dira melirik sebal."Memangnya aku kenapa? Aku hanya haus. Kalian kan asisten rumah tangga. Ditugaskan untuk melayani tuan rumah. Ambilkan aku air. Aku sedang hamil."
"Apakah Anda tuan rumah di sini? Belum dinyatakan secara resmi. Kami bahkan belum dikenalkan dengan Anda oleh Nyonya." Badriah berusaha tetap tersenyum. Majikannya saja tidak pernah memperlakukannya sekasar itu. Meskipun mereka adalah Bos Badriah, mereka selalu memperlakukannya dengan baik dan dengan bahasa yang sopan.
"Aku sedang mengandung anak Banyu. Jadi, aku pasti akan menjadi tuan rumah ini,"balas Dira dengan tatapan sinis.
Badriah tetap terlihat tenang. Ia sudah menghadapi banyak orang dengan berbagai karakter. Ketenangan adalah kunci dalam menghadapi pekerjaannya ini."Jangan terlalu percaya diri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan."
"Kau akan menyesal jika ucapanmu tidak benar. Maka, apa yang akan kau lakukan saat itu?"
Badriah menarik napas berat. Belum apa-apa Wanita itu sudah mengancamnya, "Saya akan tetap menghormati dan melayani siapa pun yang menjadi atasan saya."
Satu orang wanita dengan seragam yang sama datang melihat kegaduhan itu. "Mbak, sudah. Mbak masuk saja, biar saya yang hadapi." Wanita yang baru datang itu terlihat lebih tua dari Badriah. Namun, Badriah lebih dihormati karena posisinya di sini.
Badriah mengangguk,"kuserahkan padamu,Mbak Minah."
"Iya, Mbak." Minah tersenyum dan menatap Badriah pergi. Kini, tinggallah Minah dan Dira."Aďa yang bisa saya bantu, Bu?"
"Aku haus. Tolong ambilkan air minum,"kata Dira.
"Baik,mohon ditunggu sebentar." Wanita itu dengan sigap mengambilkannya. Tak hanya sekadar minuman, ia juga mengambilkan makanan kecil dan juga buah potong.
"Terima kasih." Dira tersenyum semringah.
Minah mengangguk. Ia duduk tak jauh dari Dira. Mereka memang tengah duduk di lantai yang bersih dan nyaman.
"Hanya Ibu yañg baik padaku di sini,"ucap Dira sembari menikmati cemilan.
"Semua orang di sini baik." Minah mengatakan hal yang sebenarnya. Majikannya juga sangat baik dan dermawan. Mungkin ada sesuatu yang menyebabkan sikap majikannya itu tidak baik pada Dira. Tak akan ada asap tanpa api.
Dira menggeleng."Mamanya Banyu, Papanya~dan semua keluarganya mengabaikanku. Mereka tidak menganggapku sama sekali."
"Tentu saja sulit menerima kenyataan sèperti ini. Apa lagi, ini semua atas kendalimu. Kau seharusnya bisa mèncegah masalah ini terjadi. Tapi, apa yang kau lakukan? Kau mengubah situasi. Namun, itulah yang disebut takdir." Minah turut sedih atas kejadian yang menimpa keluarga ini. Ia masih ingat betapa pilunya tangisan Chesta setiap malam karena kehilangan anak laki-lakinya. Lalu, setèlah kembali, situasinya sudah berbeda.
"Itu artinya, mereka tak bisa menerima takdir Tuhan."
"Tindakanmu sungguh nekat, Nak." Minah berkata pelan.
Dira menatap Minah dengan kening berkerut. "Nekat bagaimana? Aku hanya menolong Banyu dan menolong diriku sendiri."
"Kita ini orang biasa. Akan sulit masuk ke lingkaran mereka. Jika pun pada akhirnya kau bisa masuk, hatimu akan banyak terluka,"kata Minah menasehati,"kau bisa menghindari semua ini. Tapi, kau memilih mengambil risiko."
"Memangnya aku punya pilihan? Aku rasa tidak." Dira tersenyum kecut,"keadaanku juga sulit saat itu. Aku tidak bisa membiarkan hidupku direnggut oleh pria yang tak kucintai. Ibu tidak akan mengerti."
"Aku sudah mendengar kisah kalian dengan lengkap. Seharusnya, setelah menikah dan pindah, kau bisa mengakui apa yang sebenarnya. Lalu memanggil polisi dan Banyu kembali ke sini. Kau bisa meminta hadiah uang yang besar. Tanpa kau minta pun mereka akan memberi. Dengan uang itu, kau bisa memulai hidup baru. Tapi, kau memilih jalan lain."
"Itu karena aku mencìntainya. Aku jatuh cinta padanya, Bu,"kata Dira. Ia hanya jatuh cinta. Tetapi, siapa sangka ia disalahkan atas cintanya.
Minah tersenyum kecil. Ia tidak bisa berkata apa-apa perkara cinta. Yang ia tahu dalam situasi ini ada hati yang sangat terluka,yaitu Nirmala. Ia harus rela calon suaminya direnggut wanita lain. Sementara di sisi lain, Dira justru merasa tersakiti karena Banyu harus Kembali ke keluarganya. PAdahal semua itu disebabkan olehnya. Siapa yang salah di sini?
"Mereka itu bukan manusia. Meletakkanku di rumah belakang sendirian. Memeriksakan kesehatanku seolah-olah aku ini manusia kotor,"lanjut Dira mengeluarkan uneg-unegnya.
"Menurutku, pikiranmu yang sangat kotor. Itu memang sudah aturan dalam keluarga ini. Siapa pun yang akan tinggal atau menikah atau akan menjadi bagian dari keluarga ini, wajib melakukan pemeriksaan kesehatan lengkap. Termasuk suami Kakaknya Mas Banyu. Mereka juga menjalaninya. Kau saja yang berlebihan. Harusnya kau senang, itu adalah petanda kau diterima di keluarga ini. Aku tidak berpihak pada siapa pun di sini. Aku hanya bekerja sesuai tugasku. Tapi, kalau ada yang salah prasangka, aku akan meluruskannya,"kata Minah panjang.
"Bagiku ini sangat aneh. Aku dan suamiku harus dipisahkan dalam beberapa hari. Ini juga aku tidak tahu ke mana mereka pergi." Dira cukup kecewa atas posisinya saat ini.
"Kalian belum mènikah. Kami semua tahu hahwa kau sedang mengandung anaknya. Tapi, ingatlah bahwa caramu datang dengan salah dan tidak baik. Jalanmu akan berliku. Semoga kau bisa tetap kuat." Minah hanya bisa mendoakan yang terbaik. Semoga saja Dira bisa kuat melewati masalah-masalah yang akan timbul. Itu sudah risikonya.
"Jika mereka tidak meneŕimaku. Aku yang akan membawa pergi anak mereka,"balas Dira dengan tatapan geram.
"Kau harus hati-hati dengan ucapanmu. Jika kau menganggap hubungan kalian sudah sah, suami istri. Kau tahu artinya? Dia adalah mertuamu." Minah bangkit,"saya permisi dulu. Jika butuh apa-apa, siĺakan pencet nomor 6 di telepon yang ada di kamar." Minah hanya akan mengingatkan sekadarnya. Ia juga kasihan dengan Dira, tetapi, hidup adalah pilihan, hidup penuh risiko.
Dira menelan ludahnya. Kata-kata Minah cukup kuat menampar hatinya, perasaannya mulai tak enak. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia ingin bertemu dengan Banyu. Tetapi, dimana suaminya itu dan sedang apa. Bagaimana caranya ia bisa menghubungi Banyu?
💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA
RomanceSatu hari sebelum hari pernikahan, Ryan meninggalkan surat pembatalan penikahan untuk Dira. Merasa marah dan frustrasi, Dira ingin bunuh diri. Karena jika pernikahan ini gagal, ia akan dinikahkan paksa dengan Duda tua di Kampungnya. Saat ingin bunuh...