Cerita ini sudah tamat di karyakarsa dan google play book (link bisa cek di profile)
Warning 21+
❤
Dira memperhatikan wajah Ryan sepanjang perjalanan pulang. Perjalanan terasa lebih singkat dibandingkan saat mereka pergi tadi.
"Apa kau benar-benar bahagia setelah mendapatkan pekerjaan?"tanya Dira.
"Iya." Ryan mengangguk senang,"aku berjanji akan memperbaiki kehidupan kita. Àku akan bekerja keras untuk mendapatkan uang yang banyak. Aku akan membawamu ke tempat yang layak. Setidaknya punya listrik dan kau tidak perlu memasak dengan tungku."
"Begini saja sudah cukup kok. Yang penting ada kamu di samping aku,"balas Dira sambil teyap tenang berjalan. Mereka hampir sampai.
"Walaupun di sini udaranya dingin, berjalan seperti ini berkeringat juga. Aku ingin mandi." Ryan merasakan tubuhnya panas usai mendengar ucapan Dira.
Dira tertawa."Padahal kamu sangat kedinginan tadi pagi. Sekarang malah kepanasan."
"Kita sampai. Aku langsung mandi saja,"kata Ryan.
"Oh, oke."
"Ayo!"kata Ryan mengajak wanita itu langsung ke area belakañg rumah.
"Ma-mau apa?" Dira tergagap.
"Temani aku."
"Ah, mana mungkin. Aku malu,"ucap Dira spontan.
Ryan menggeleng tak mengerti. Ia menarik tangan Dira menuju belakang rumah. Begitu tiba di tepi sungai, Ryan membuka bajunya. Dira menutup matanya dengan spontan.
"Ah!"
Ryan mengernyit."Kenapa kau menutupinya? Bukankah kita ini sudah menikah?"
Wajah Dira merah."Ah, iya~aku hanya belum terbiasa." Ia memperhatikan tubuh bagian atas Ryan. Terlihahat sangat halus. Sayang sekali jika tubuh itu harus bekerja di pasar. Ia memang lebih cocok bekerja di gedung-gedung tinggi.
Pria itu menatap Dira serius."Apa saat kita pacaran, kita sama sekali tidak dekat?"
"Maksudnya?" Kening Dira berkerut.
"Kita sangat canggung, bukan? Seingatku, pengantin baru itu sangat bersemangat dengan kehidupan barunya. Tapi, kita~seakan-akan orang asing yang dipaksa menikah."
Dira terdiam. Apa yang dikatakan pria itu tepat sekali. Memang itu yang terjadi.
"Maaf kalau kata'kataku barusan membuatmu sedih." Tangan dingin Ryan memegang tangan Dira.
"Ah, itu~tidak apa-apa. Aku bisa mengerti karena kau tidak ingat apa pun. Bagaimana hubungan kita dulu~tentunya sangat dekat. Oleh karena itu kau memintaku untuk segera menikah. Tapi, sayangnya semua tak sesuai rencana. Ada musibah yang menimpa kita." Dira tersenyum kecut.
"Kalau begitu, maafkan aku."
"Aku maafkan." Dira tersenyum lebar.
"Kalau begitu, ayo kita bermain air. " Ryan menarik Dira agar ikut masuk ke dalam sungai.
Dira turun dengan hati-hati. Ia ingin menolak karena merasa malu. Tapi, ia tak mau membuat pria itu semakin curiga. Pakaian bagian bawahnya sudah mulai basah. Tentu saja airnya dingin. Tapi, perasaan Dira menghangat karena lelaki itu. Jadi, semua rasa dingin tertutupi oleh keadaan.
"Airnya dingin, kan? Ah, bukan dingin~tapi, segar,"kata Ryan.
"Iya." Dira tercekat. Tangannya masih dipegamg oleh lelaki itu,"apa sungai ini aman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA
RomanceSatu hari sebelum hari pernikahan, Ryan meninggalkan surat pembatalan penikahan untuk Dira. Merasa marah dan frustrasi, Dira ingin bunuh diri. Karena jika pernikahan ini gagal, ia akan dinikahkan paksa dengan Duda tua di Kampungnya. Saat ingin bunuh...