Ryan terbangun karena udara yang dingin. Dira sudah tak ada di sampingnya. Pria itu bangkit dan mengelilingi rumah. Semua jendela sudah dibuka. Dengan wajah khas bangun tidurnya, Ryan membuka pintu dan berdiri di teras rumah. Ia menatap ke sekeliling yang berkabut.
"Kamu butuh sesuatu?" Suara itu mengejutkan Ryan. Dira mendengar suara langkah dari dalam rumah. Wanita itu mencari, takut jika Ryan akan pergi jauh.
Ryan menoleh,"tidak. Aku hanya melihat-lihat. Kamu sudah bangun pagi-pagi sekali, ya?"
Dira mengangguk."Iya. Aku harus memasak."
Ryan memperhatikan penampilan Dira yang sangat sederhana. Entah kenapa ia bisa menilai bahwa penampilan wanita itu sederhana. Seakan-akan ia tahu akan banyak hal. Ingatannya memang sedang payah, ia tak bisa mengingat apa pun."Oh ya, di mana tempat kamu berbelanja kemarin?"
"Memàngnya kamu mau apa?"tanya Dira tercekat.
"Aku ingin mencari pekerjaan. Mungkin saja ada pekerjaan untukku di sana." Ryan mengatakan tujuannya dengan jujur dan apa adanya.
"Hmmm~" Dira mengigit bibirnya. Ia takut Ryan bertemu dengan orang yang mengenalnya. Tapi, apakah mungkin di tempat terpencil seperti ini ada yang mengenal lelaki itu.
"Kenapa? Aku hanya akan bekerja. Aku harus bertanggung jawab atas hidupmu, kan?"
Dira menelan ludahnya."Ah, iya. Sepertinya ada pekerjaan untukmu. Aku melihat ada tulisannya kemarin." Dira tak mau terjadi sesuatu pada lelaki itu. Tapi, ia juga tak mau Ryan bertanya-tanya kenapa ia melarangnya bekerja. Semua harus terlihat normal.
"Aku ingin mendaftarkan diri,"kata Ryan dengan semringah.
"Baiklah. Kita ke sana bersama-sama usai sarapan, ya?" Dira tak akan membiarkan Ryan pergi sendirian,"sambil menunggu masakan matang, kamu bisa mandi dan bersiap-siap?"
"Mandi? Dengan udara dingin seperti ini?" Ryan mengusap kedua lengannya.
Dira tersenyum penuh arti."Mandi pagi bagus untuk kesehatan. Memang dingin, tapi, lama kelamaan kamu akan terbiasa dan merasa segar."
"Baiklah,"kata Ryan menurut. Ia pergi mengambil handuk dan pergi ke pancuran di belakang rumah.
Jarak antara Dira dan Ryan yang sedang mandi sekitar sepuluh meter. Sambil menunggu nasi tanak, Dira melihat Ryan diam-diam. Ia menelan ludahnya. Tubuh Ryan sangat putih dan nersih. Ada sedikit otot yang membentuk di sana. Bulir air yang menempel di tubuh membuatnya terlihat seksi.
"Bukankah tubuh itu milikku?"ucap Dira dalam hati, lalu ia tersenyum dengan wajah merona.
Jantungnya berdegup kencang membayangkan dada bidang itu dalam dekapannya. Kapan lagi ia bisa berjodoh dengan pria tampan bagaikan dewa. Jika ia memiliki keturunan pasti akan sangat tampan dan cantik.Dira sibuk dengan lamunannya. Lalu ia tersadar saat melihat Ryan berjalan dengan cepat menuju rumah. Ia memeluk tubuhnya sendiri dengan bibir gemetar.
"Ka-kamu kenapa?"
"Dingin." Hanya itu yang Ryan ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA
RomanceSatu hari sebelum hari pernikahan, Ryan meninggalkan surat pembatalan penikahan untuk Dira. Merasa marah dan frustrasi, Dira ingin bunuh diri. Karena jika pernikahan ini gagal, ia akan dinikahkan paksa dengan Duda tua di Kampungnya. Saat ingin bunuh...