9 - Mimpi Masa Lalu

1.7K 214 41
                                    


Happy reading!

Waktu berputar begitu lama bagi Dira. Ia sudah melakukan banyak hal, tapi waktu begitu lambat. Ia tak sabar menantikan suaminya pulang dari bekerja. Ia sudah membersihkan kamar dan juga seisi rumah. Ia sudah mencuci pakaian, mengisi tong air, dan membersihkan pekarangan. Tapi, waktu yang ia tunggu tak kunjung tìba. Dira menghela napas berat. Lalu is pergi ke kamar dan membongkar tasnya. Ia mengambil sebuah kotak dari dasar tas. Ia membuka kotak dengan tertegun. Benda itu berkilau dengan cantik. Tanpa sadar, Dira mengambil dan mengenakannya. Cincin itu sangat pas di jari manisnya. Cincin itu pasti sangat mahal, pikir Dira. Kepada siapa cincin itu akan diberikan. Apakah di kehidupan sebelumnya lelaki itu sudah punya pacar atau ia berniat melamar kekasihnya lalu mengalami kecelakaan.

Dira terduduk lemas memikirkan hal tersebut. Ia memeluk cincin tèrsebut. Tiba-tiba ia merasa takut ingatan Ryan datang kembali. Lalu, meninggalkan segala kenangan bersamanya di sini. Dira menggeleng kuat. Ia baru saja merasakan kebahagiaan. Ia tak mau semua itu sirna karena ingatan Ryan kembali. Lagi pula ia sudah bercinta denganannya. Lelaki itu tak akan bisa melupakannya.

Meskipun sudah menenangkan diri, otak Dira kembali memikirkan hal negatif. Bagaimana jika ada orang yang mengenali Ryan di pasar sana."Ah, tidak mungkin. Dia pasti berasal dari tempat yang jauh. Lalu, aku juga sudah menjauhkannya dari lokasi di mana ia ditemukan."

Dira berperang dengan pikirannya sendiri. Jika Banyu setampan dan sekaya itu, bagaimana dengan sosok pasangannya. Pasangannya pasti cantik bukan? Wanita itu menjadi cemas.

"Dira!" Suara Ryan memanggil dari depan.

Dira kaget setengah mati. Ia melepas cincinnya dengan cepat. Lalu mengèmbalikan ke kotaknya dan menyimpannya dengan cepat. Ia membuka pintu dengan tergopoh -gopoh, menyambut suaminy dengan senyuman."Ah, kamu sudah pulang. Aku baru saja masuk karena menunggumu tak kunjung tiba."

"Kau menungguku?" Ryan mengusap kepala Dira,"aku sudah datang sekarang. Apa yang akan kaulakukan?"

"Tentu saja memelukmu!"dira memeluk Ryan dengan erat dan bahagia,lalu mengambil alih kotak bekal yang ia bawakan tadi pagi.

"Udara hari ini sangat panas. Bolehkah aku mandi?"tanya Ryan.

Dira mengangguk kuat. "Iya mandi dan istirahat. Kamu pasti lelah."

Lelaki itu segera mandi karena tubuhnya basah karena keringat. Ia juga banyak beraktivitas di Kios karena ini hari pertamanya bekerja. Dira menunggu di teras dengan segelas air minum. Teras rumah itu memiliki dinding setinggi satu meter yang terbuat dari bambu. Di saat siang seperti ini enak bersantai di depan sana. Dira berbaring dengan santai. Ryan datang dan duduk. Ia menepuk paha Dira.

Wanita itu pun duduk."Bagaimana hari pertamamu bekerja?"

"Aku masih butuh banyak penyesuaian. Tapi, aku bisa melaksanakan tugas dengan baik,"jelas Ryan yang kemudian meneguk air minumnya.

"Apa ada yang mengenalmu di sana?"tanya Dira khawatir. Di kepalanya masih berputar perihal jati diri Ryan.

"Tidak ada. Aku, kan orang baru. Mana mungkin ada yang mengenalku,"sahut Ryan.

"Oh~"

"Tapi, beberapa orang mengatakan aku sangat tampan. Lebih baik aku menjadi model saja daripada bekerja di pasar." Ryan terkekeh mengingat beberapa celotehan tetangga kios Pak Mahmud. Ia ingin mengakui kalau ia memang tampan. Tapi, ia tak mau terlalu percaya diri. Pada kenyataannya ia adalah orang biasa yang harus bekerja keras mencari nafkah.

ISTRI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang