13-

1.5K 196 26
                                    

Cinta terus tumbuh di antara Dira dan Ryan. Hubungan keduanya terus berkembang menjadi lebih dekat dan erat. Dira adalah wanita sederhana. Tak menginginkan apa pun selain hidup cukup dan ada lelaki itu di sampingnya. Suka dan duka mereka lalui bersama. Dira tetap setia menjalani kehidupannya sebagai istri. Menyiapkan makanan dengan bangun pagi-pagi sekali. Ĺalu dengan setia pula ia menunggu sang suami pulang. Cincin itu terus ia kenakan. Meskipun terkadang ia lepas saat mencuci pakaian.


Ini sudah bulan ketiga pernikahàn mereka. Tidak ada tanda-tanda lelaki itu mengingat akan masa lalunya. Hidupnya tenang seakan inilah memang kehidupan yang sebenarnya. Lelaki itu foķus bekerja mencari uang. Sisa gaji pertama dan keduanya belum cukup untuk mengajak Dira pergi jalan-jalan dan makan enak.

Di bulan ketiga ini akhirnya Ryan bisa mengajak sang istri pergi. Ia meminjam sepeda motor Pak Mahmud untuk pergi ke Kota. Ryan merasa ia memang bisa mengendarai sepeda motor di masa sebelumnya. Kareña ia langsung bisa mengendarai sepeda motor tersebut.

Seperti biasa, Ryan pulang pukul dua siang. Ia sudah mengendarai sepeda motor. Dira menyambutnya dengan senang. Suaminya itu menepati janji uñtuk mengajaknya pergi.

"Kau sudah bersiap-siap?"tanya Ryan turun dari sepeda motor dengan semringah.

"Sudah. Tapi, kamu harus istirahat dulu, kan?"

Ryan menggeleng."Tidak. Aku hanya perlu mandi dan ganti baju. Hari ini juga nggak terĺalu banyak pekerjaan."

"Ya sudah."

Ryan segera mandi dan berganti pakaian. Setelah selesai, mereka langsung berangkat ke Kota yang jaraknya lumayan jauh. Mereka harus menempuh perjalanan kurang lebih satu jam. Kota yang dimaksud adalah Kota kecil.

Pertama sekali, Ryan membawa Dira ke toko baju. Ia mempersilakan wanita itu memilih baju yang bagus. Sesekali ia memberikan saran jika menurutnya pakaian itu tidak cocok. Dira hanya memilih satu dress selutut dengan motif bunga bunga kecil. Ryan mengatakan kalau ia terlihat cantik dan manis saat mengenakannya. Setelah itu, Ryan mengajak Dira makan sekaligus menikmati pemandangan Kota kecil di hadapan mereka.

Dira tersenyum penuh arti. Ia jarang sekali melihat pemandangan seperti ini. Kendaraan berseliweran, lalu aktivitas di Kota yang padat. Ia menatap sang suami di sebelahnya,"terima kasih, ya. Kalau bukan karena kamu, aku nggaknakan bisa melihat gemerlap Kota. Aku hanya akan melihat hutan saja."

"Kamu senang, kan?"tanya Ryan yang sangat lega karena usahanya tidak sia-sia.

"Iya, aku sangat senang." Senyum Dira terus mengembang.

"Aku akan terus menabung, supaya kita bisa menyewa rumah di Kota. Lalu, aku akan mencari pekerjaan di sini. Supaya kamu tidak bosan di Hutan terus."

Dira menatap lurus ke depan,"sebenarnya, memang indah. Tapi, nggak harus tinggal di sini kok.  Kita cukup sesekali saja datang ke sini untuk hiburan."

"Baiklah, aku akan ikuti kemauan kamu. Tapi, suatu saat aku pasti akan mewujudkan keingananku itu,"balas Ryan.

Dira menatap Ryan dalam-dalam. Ternyata pria itu sangat ambisius dan selalu optimis.

"Wah, makanan sudah datang." Kepulan asap di atas makanan yang baru matang sangat mengugah selera. Keduanya makan dengan lahap. Ryan membawa Dira ke restoran seafood. Selama ini mereka hanya memakan telur, tahu, atau tempe sebagai sumber protein.

Keduanya selesai makan. Perut mereka sudah penuh oleh makanan. Malam mulai menjelang. Keduanya menatap perkotaan yang dipenuhi oleh cahaya lampu. Begitu indah dan menyenangkan. Hal sesederhana ini sudah membuat Dira sangat bahagia.

ISTRI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang