27

4K 179 25
                                    

Mereka telah selesai makan. Sudah waktunya bagi Banyu untuk Kembali ke kamar menemui Dira.

"Kakak, apa aku boleh kenalan dengan Kak Dira?"tanya Brisia.

Banyu terdiam sejenak. Ia tak yakin apakah Dira akan menerimanya atau tidak."Kamu ingin kenalan?"

Brisia mengangguk,"aku bawa hadiah untuknya."

"Oke, boleh."

"Aku ambil hadiahnya dulu, ya." Brisia berlari kecil ke tempat di mana ia menyimpan hadiahnya. Ia Kembali dengan boneka kanguru yang ia beli."Lihat, lucu, kan? Anggap saja aku memberi hadiah ini untuk calon anak Kakak."

Hati Banyu menghangat, lalu mengangguk,"ayo kita ke kamar."

Banyu dan Brisia berjalan ke lantai tiga, tempat di mana Dira berada. Banyu masuk dan menyapa Dira yang masih makan."Sayang~"

Dira langsung bangkit karena terkejut. Ia melihat orang lain di sini. Hatinya berdenyut dan harus mempersiapkan diri. Wanita mana lagi yang akan dikenalkan Banyu padanya."Oh, kamu sudah selesai?"

"Iya. Brisia ingin ketemu kamu."

"Brisia?" Dira mengatakannya dengan nada tanya. Ia memperhatikan gadis muda itu dengan intens.

"Ini Adikku. Namanya Brisia. Dia ingin ketemu kamu, katanya da hadiah yang ingin diberikan."

Brisia tersenyum,"halo, kak. Aku Brisia adik Kak Banyu. Senang bertemu dengan Kakak." Gadis itu mengulurkan tangan.

Dira membalas uluran tangan Brisia. Ternyata Wanita itu adik Banyu. Syukurlah ia tak perlu berpikir yang tidak-tidak seperti yang ia lakukan pada Prisca."Halo,Brisia."

"Selamat datang di rumah ini, Kak. Oh ya aku punya hadiah untuk Kakak,"kata Brisia sembari menyerahkan boneka itu pada Dira.

"Terima kasih, Brisia. Aku akan menyimpannya dengan baik,"balas Dira dengan hati yang menghangat. Akhirnya ada satu anggota keluarga yang mau bersikap baik padanya.

"Apa kamu ikut ke acara besok?"

Tiba-tiba saja Banyu teringat dengan jadwal besok. Mungkin saja kedatangan Brisia adalah untuk ikut serta dalam kegiatan besok.

"Kak Dira nggak ikut, kan? Biarkan aku menemani Kakak di sini. DIa pasti kesepian dan membutuhkan teman,"kata Brisia.
 
Wajah Dira terlihat antusias dengan ucapan Brisia."Benarkah?"

Brisia mengangguk,"Kakak nggak keberatan, kan?"

"Aku sangat senang. Terima kasih,"balas Dira haru.

"Kalau begitu, aku titipkan Dira padamu, ya, Brisia. Aku senang mendengarnya." Banyu mengusap puncak kepala Brisia.

Brisa tersenyum,"kalau begitu aku Kembali ke kamarku, ya, Kak. Selamat istirahat."

"Terima kasih, Brisia."

Gadis itu pun menghilang di balik pintu. Dira menatap suaminya."Dia gadis yang manis. Syukurlah dia sangat manis dan berpihak padaku."

"Iya, aku sangat menyukai sikapnya. Sayangnya aku tak bisa mengingat adikku yang manis itu,"kata Banyu dengan sedih.

"Yang terpenting kamu tahu bahwa dia adalah adik kamu."

"Kamu sudah selesai makan?" Banyu menatap meja yang penuh dengan piring.

Dira menggeleng,"aku habiskan dulu makananku, ya. Ini sangat enakl. Mereka sangat baik padaku."

"Iya, makanlah yang banyak. Aku ke toilet dulu."

Dira menghabiskan semua makanan yang disajikan. Setelah itu ia memanggil asisten rumah tangga untuk mengambil piringnya Kembali. Dira menutup semua tirai karena ini sudah malam dan waktunya untuk istirahat.

"Tadi ada yang mengantarkan jas untuk dipakai besok,"kata Dira setelah Banyu selesai dari toilet.

"iya, aku sudah melihatnya."

"Kamu pasti terlihat sangat tampan dan gagah kalau pakai itu,"kata Dira yang sejak tadi sudah membayangkannya.
Banyu duduk di sisi tempat tidur,"kamu tidak berpikir macam-macam, kan?"

"Hmm~tentu saja aku berpikir banyak hal. Semua orang akan melihatmu besok. Selain itu, kamu akan berdampingan dengan Wanita lain di sana. Kalian pasti akan disebut sebagai pasangan serasi," Dira membayangkan pasangan itu di sana. Lalu semua orang akan mengatakan bahwa mereka adalah pasangan yang serasi. Dira merasakan api cemburu sedang membakar pikirannya, 

"Jangan bahas itu. Aku tak suka. Kamulah satu-satunya Wanita di hatiku,"balas Banyu yang kemudian berbaring.

Dira ikut berbaring dan memeluk Banyu."Anak kamu sama sekali tidak rewel. Tampaknya dia senang tinggal di sini."

Banyu mengusap perut Dira."Syukurkah dia baik-baik saja. Hasil pemeriksaannya juga baik. Kamu harus makan makanan yang bergizi. Kamu minta apa saja yang kamu inginkan pada asisten rumah tangga."

"Iya, Ibu Minah yang melayaniku. Awalnya aku tidak suka karena dia menasehatiku. Tapi, dia sangat perhatian sampai menanyakan apakah aku mual atau tidak saat mengantar makan malam tadi."

"Semua orang akan baik sama kamu kok. Kita hanya perlu bersabar."
Dira mengangguk setuju, setelah pindah ke kamar ini, semua orang bersikap baik dan hangat padanya.

Wanita itu menatap wajah suaminya yang tampan, lalu mengecup pipinya.
Banyu tersenyum, kecupan itu memercikkan gairah. Banyu membalas kecupan pipi itu dengan kecupan di bibir.  Dira membalasnya dengan penuh gairah. Tangannya memegang milik Banyu dan mengusap-usapnya. Milik Banyu mengeras secara perlahan. Sepertinya akan terajdi percintaan yang panas lagi di antara keduanya. Banyu menindih tubuh Dira dan mencumbu tubuh Wanita itu. 

Satu persatu pakaian Dira terlepas dan terlempar begitu saja. Banyu mencumbu dua gundukan kenyal yang semakin hari semakin besar ukurannya. Mungkin karena pengaruh hormon atau karena ia sering memegangnya. Dira merasa sangat bergairah, ia membusungkan dadanya dan menggeliat. Ciuman Banyu turun ke perut dan kedua paha Wanita itu. Dira menggeliat dengan hebat.

Tubuhnya tengkurap untuk menghindari ciuman Banyu yang semakin menggila. Namun, Banyu tak memaksakan harus mencium area bagian depan. Ia Kembali menindih tubuh Dira dan mencium punggung Wanita itu.

Dira melenguh, suasana semakin terasa romantis dan panas. Ia merasakan kejantanan Banyu yang mengeras menempel di bokongnya. Dira melenguh karena Banyu meremas dadanya dari belakang. Lalu sesekali ia merasakan milik Banyu menekan miliknya dari belakang. Dira memegang ujung bantal dengan sangat terangsang. Miliknya mulai terasa basah dan berkedut hebat. 
Banyu berbaring di sebelah Dira, menarik Dira agar membelakanginya. Ia mengangkat satu kaki Dira hingga kedua pahanya terbuka. Ia memegang miliknya dan menggesekkannya pada milik Dira dari belakang. Lalu secara perlahan ia memasukinya sembari memegang dua gundukan kenyal Dira dari belakang Dira merasa dirinya sangat penuh. Banyu juga sedikit sulit menggerakkan miliknya. Dira berpegangan erat agar Banyu bisa menggerakkan pinggulnya. Secara perlahan, Banyu berhasil menghunjam dan merasakan kelembutan daging lembut milik Dira. Napas keduanya memburu. Desahan keduanya memenuhi kamar. Namun, mereka tak perlu khawatir karena suara mereka tak akan terdengar ke kamar lainnya. Kamar ini cukup besar untuk menampung suara keduanya.

"Ah, sayang~" Banyu mulai merasakan miliknya yang berkedut. Ia bangkit dan membuat posisi Dira menungging. Ia menyatukan kembali milik mereka lalu menghunjam dengan keras dan cepat. Dira melenguh Panjang saat hunjaman Banyu sangat cepat tanpa jeda. Meskipun begitu, ia sangat menikmatinya, apa lagi dengan pria yang sangat ia cintai.

Banyu telah pelepasan, lalu keduanya membersihkan diri dan berbaring Kembali sembari berpelukan.

"Hmmm~Papa memanggilku,"kata Banyu setelah memeriksa ponselnya.
Dira mengerucutkan bibirnya."Kenapa dipanggil?Kamu nggak boleh tidur sekamar denganku?"

"Bukan, kita mau ngomongin kerjaan kok. Jangan khawatir, aku sudah bilang sama Mama kalau nggak ada yang boleh gangguin kamu. Pokoknya kamu aman,"kata Banyu menenangkan Dira.

"Ya sudah, cepat Kembali, ya?"
Banyu mengecup bibir Dira,"aku akan segera Kembali. Selamat istirahat, sayang."

Dira menarik selimutnya dengan perasaan yang hangat dan berseri-seri. 
 

❤❤❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ISTRI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang