Prolog

4.5K 336 28
                                    

Link untuk trailer di komen untuk langsung salin atau ini ya

https://vt.tiktok.com/ZSjdhBh49/

***

Seorang pria yang mengenakan jubah cokelatnya yang lusuh tampak menyeringai gila ketika mendekati seorang wanita yang menyeret tubuhnya di lantai dengan susah payah. Gang sempit dan sunyi yang menyudutkan si wanita tampaknya begitu merugikannya ketika punggungnya menyentuh tembok.

"T-Tolong, j-jangan bunuh saya!" tangis si wanita malang tersebut. Dalam hati merutuki dirinya sendiri yang mengabaikan nasihat sang suami untuk tidak keluar pada malam hari karena pelaku pembunuhan minggu lalu masih belum tertangkap.

"Berikan alasan mengapa aku tidak boleh membunuhmu?" seringai si pria berjubah cokelat. Di balik jubahnya yang panjang, terefleksi pedang oleh cahaya rembulan yang menguarkan kesan melankoli.

Si wanita tidak bisa berhenti terisak dan berusaha untuk menyeret tubuhnya yang lemas dari psikopat di hadapannya.

"S-Saya mohon! Saya punya dua putra yang masih kecil! Saya mohon-" Suaranya tercekat kala bayangan perak yang berpendar mulai diangkat oleh jemari lentik yang pucat. Menimbulkan getaran pada manik cokelat dan tubuh yang makin mendingin karena diliputi ketakutan.

Tidak membutuhkan waktu lama hingga bilah pedang akhirnya menusuk si wanita malang berkali-kali, meninggalkan jejak darah merah yang berceceran, dan membekas di jalanan yang sunyi. Bahkan si wanita tak mendapatkan kesempatan untuk menjerit kala lehernya ditusuk oleh bilah pedang. Darah yang tersembur mengenai wajah si psikopat, tetapi senyum gila tak meninggalkan wajahnya.

Sesekali, tawa terdengar dari bibir si psikopat. Tampak sekali bahwa dia sangat menikmati hal ini, rutinitasnya selama dua bulan terakhir. Meski telah melakukan tindakan yang tidak terpuji, si psikopat hanya terkekeh kecil dan mengusap darah di pipinya dengan saputangan putih.

"Sayang sekali, ya, kau langsung mati," gumamnya dengan pelan. "Terima kasih, ya. Menyenangkan juga."

Sekali lagi, seringaian gila terukir di bibirnya yang merona merah.

***

Keesokan harinya, tubuh si wanita malang ditemukan oleh tetangganya. Mendapat jeritan pertama dari wanita paruh baya yang akan menjemur pakaiannya.

Kondisi mayat itu cukup mengenaskan. Dengan luka tusukan pedang di berbagai inci tubuhnya, dengan leher berlubang, dan darah yang menggenangi ujung rambut hingga ujung kakinya. Wanita malang itu tenggelam di dalam darahnya sendiri, diwarnai oleh merah pekat yang memuakkan. Mengecualikan sebuah bunga anyelir putih yang separuh terciprat oleh darah, hingga bunga kematian tersebut memiliki warna yang kontras antara putih dan merah.

Keluarga dari si wanita malang menangis keras, menjerit, dan murka. Bahkan kedua putranya yang masih berusia empat hingga enam tahun, menangis tanpa ragu, menangisi kepergian ibunya yang meminta agar kedua putranya menjadi manusia yang kuat dan tangguh. Pun, suaminya yang tampaknya hanya menatap mayat sang istri dengan tatapan kosong, sorotnya nyaris menyiratkan bahwa ia telah mati dan menjadi mayat hidup. Kehilangan cinta dalam hidupnya begitu mematahkan hatinya.

Pada akhirnya, kasus pembunuhan yang kesepuluh mulai resmi dicetak dalam dokumen resmi sebagai pembunuhan tanpa motif yang jelas, pun tanpa meninggalkan bukti yang khas.

***

hello! it's me, Luna lagi. selamat datang untuk pembaca baru atau pembaca lama, selamat membaca, ya <3!

jadi, cerita ini memang fiksi sejarah, tapi bukan transmigrasi atau reinkarnasi. oke? jangan lupa komentar yang banyak, vote di tiap chapter, dan ajak temennya buat baca novel ini <3

anyway, kamu bisa follow akunku dan mampir ke ceritaku yang lain, ya. cuma pencet nama akunku di deskripsi cerita, gampang, kok.

5 Februari 2023

END | Not Your Typical Protagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang