9

541 91 6
                                    

Camery menghentakkan kakinya di lorong raksasa istana putra mahkota dengan perasaan campur aduk dan pikiran berantakan. Bagaimana mungkin dirinya, seorang detektif profesional,  tidak mengetahui rumor yang menyebar mengenai dirinya sendiri pasca pesta dansa usai? Malahan, Camery mengetahui rumor tersebut di pagi harinya, lewat pelayannya untuk mengonfirmasi apakah Camery benar-benar merupakan kekasih dari Cassius.

Camery menarik napas, lalu mengembuskannya, lalu menyiapkan senyuman paksa di bibirnya. Tangannya naik, kemudian mengetuk pintu ruang kerja Cassius sebanyak tiga kali.

Tak lama, pintu dengan ukiran rumit dari ketelatenan pengukir serta dibubuhi emas asli, terbuka. Di sana, Nyvene mempersilakan Camery masuk.

Di dalam pula, Cassius sudah duduk di kursinya. Tea set dan kudapan sudah disediakan di atas meja. Tempat yang sama dengan diskusi keduanya tempo hari.

"Yang Mulia," panggil Camery.

"Oh?" Cassius tersenyum segar, dia bangkit dari sofa, dan mempersilakan Camery untuk duduk. Setelah Camery duduk di hadapannya, laki-laki itu kembali duduk di sofanya. "Ada alasan apa Nona Camery datang kemari sebenarnya?"

Camery tertawa kesal. "Anda seolah tidak mengetahui kedatangan saya, tetapi sudah menyiapkan kudapan di sini. Sikap Anda ini cukup menyebalkan, ya."

Cassius terkekeh pelan. "Apakah aku benar-benar menyebalkan, Nona Camery?"

"Yang Mulia, bukankah topeng Anda di hadapan saya tidak diperlukan?"

Cassius menghela napas. "Kamu tidak seru, ya, Nona Camery."

"Tidak ada gunanya untuk menunjukkan topeng Anda di hadapan saya, Yang Mulia. Saya tidak akan tertipu." Camery menyeringai kecil, mengangkat cangkir teh di atas meja yang seolah-olah telah lebih dulu dihidangkan untuknya sebelum Camery bahkan tiba. "Lagipula, saya yakin Anda tahu saya akan datang cepat atau lambat, tetapi saya tidak mengira bahwa Anda telah menyiapkan jamuan untuk saya."

"Nona Camery, aku tidak tahu sama sekali kalau kamu akan datang."

"Anda sangat cerdas, ya, Yang Mulia. Namun, Anda tetap meminta bantuan dari saya untuk menangkap pelaku pembunuhan dibandingkan dengan mengandalkan otak Anda saja. Mengapa?"

Cassius mengerutkan dahi. "Karena aku merasa bahwa pelaku pembunuhan berada di luar jangkauanku, Nona Camery. Jika aku bisa menangkapnya sendiri, maka aku tidak akan meminta bantuanmu."

Camery menyesap tehnya, lalu meletakkannya di atas tatakan. "Kalau begitu, ada dua hal yang ingin saya diskusikan dengan Anda, Yang Mulia. Karena Anda sangat cerdas, Anda pasti bisa menebak apa yang ingin saya diskusikan, bukan?"

Cassius tersenyum seolah kalimat yang Camery ucapkan telah diketahuinya walau Camery belum mengutarakannya.

"Tentu saja, Nona Camery. Tentu kamu akan membicarakan mengenai kesimpulan dari para tersangka pembunuhan." Jeda, Cassius sengaja memberi jeda untuk melihat ekspresi Camery yang terlihat begitu menyegarkan pikirannya yang berantakan. "Dan sebuah rumor yang menyebar di Kerajaan Embrose."

Camery mendengus. "Saya meminta penjelasan mengenai rumor tersebut, Yang Mulia. Mengapa saya adalah kekasih Anda? Saya bukanlah kekasih Anda!"

"Ketika kamu menyangkal dengan keras seperti itu, aku merasa dilukai, Nona Camery. Mau bagaimanapun, aku adalah pria yang dikagumi banyak wanita. Denganmu yang menolakku seperti ini ...." Cassius menghela napas.

Camery mengepalkan kedua tangannya erat. "Apa maksud Anda dengan dikagumi banyak wanita? Bukankah Anda sampai saat ini bahkan belum pernah memiliki tunangan?"

Cassius menyembunyikan wajah kesalnya, tetapi gagal jika itu berada di hadapan Camery. "Kasar sekali, Nona Camery."

"Heh." Camery mendengus geli. "Anda hanya dikagumi karena wajah Anda yang tampan. Namun, posisi Anda saat inilah yang membuat Anda tidak memiliki tunangan."

END | Not Your Typical Protagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang