36

359 57 14
                                    

Kedua bola mata Cassius membulat. "Apa maksudmu, Nona Camery? Aku sama sekali tidak mengerti. Lagipula, mengapa kamu memanggilku sebagai bunga kematian?"

"Jangan bersikap bodoh, Yang Mulia. Saya tahu segalanya," balas Camery dengan cepat, lalu dia berdiri menghadap para tamu undangan. "Mengenai Anda yang rupanya telah memikirkan banyak rencana picik semenjak Anda masih remaja. Mengenai Anda yang diam-diam berhubungan dengan orang-orang yang mengelola budak dari Kerajaan Matria, mengenai Anda yang menghubungi Putra Mahkota Soleil."

Tiap suku kata yang diutarakan Camery membuat tubuh Cassius makin bergetar, kedua mata membulat, bahkan mulai berdiri dari atas takhtanya yang baru.

"Pengawal! Cepat tahan wanita ini!" teriak Cassius. Dia enggan mendengar omong kosong dari bibir Camery yang seakan dapat menghancurkan posisinya kapan saja.

Akan tetapi, setiap pengawal yang berjaga hanya bergeming. Mereka ragu setelah mendengarkan kalimat Camery, mereka ingin tahu lebih mengenai kebenaran yang disembunyikan oleh raja baru mereka, mereka ingin tahu rencana picik apa yang telah mempermainkan seluruh Kerajaan Embrose.

Camery tersenyum. "Percuma, Yang Mulia. Seluruh orang di sini ada di pihakku." Sudut mata Camery bisa melihat Nyvene yang ditahan oleh pengawal yang dibawanya dari kediaman Clairemont, mencegah supaya tidak mengganggu intervensinya lebih jauh lagi.

"Nona Camery! Kamu sudah keterlaluan! Apakah kamu pikir tindakanmu ini pantas untuk ditunjukkan di hadapan seorang raja?!"

Camery mengabaikan celotehan Cassius dan melanjutkan kalimatnya, "Saya tahu bagaimana pertama kalinya Anda membuat rencana menakjubkan ini. Meskipun sebuah rencana yang pada akhirnya akan menjadi pisau dua arah ini, Anda tetap menerima konsekuensinya. Pertama-tama, pelelangan budak yang pernah Anda serang bersama Duke Caelan."

Lucilius yang berdiri di sudut ruangan tanpa bisa menggerakkan tubuhnya karena syok langsung melebarkan matanya. Lucilius bukanlah pria yang bodoh, dia memahami apa yang hendak Camery ungkapkan bahkan jika kalimatnya terpotong-potong.

"Dalam pelelangan budak, Anda bekerja sama dengan Kerajaan Matria yang runtuh, lalu membeli banyak budak, membentuk organisasi di Kerajaan Embrose sebelum bisnis itu berkembang. Sebenarnya, bukan Anda yang mengotori tangan Anda dengan membentuk bisnis tersebut, melainkan Tuan Ryle.

"Anda mengirim surat dengan nama pena bunga kematian pada Tuan Ryle, meminta sang mantan pangeran untuk membentuk bisnis pelelangan budak, dan menggunakan dananya untuk membayar faksi suksesi takhta yang mendukung Tuan Ryle."

"Nona Camery!" Cassius kehilangan kesabaran. "Omong kosong apa ini?! Kata-katamu ini telah menodai prosesi penobatanku yang suci! Lagipula, jika memang aku adalah bunga kematian, di mana buktimu?!"

"Surat-surat yang Anda kirim."

"Surat? Omong kosong apa la—"

"Meskipun sulit untuk membedakan tulisannya karena ditulis menggunakan mesin, tetapi saya tahu satu hal yang bisa membuktikan bahwa Anda adalah pelakunya."

Cassius menatap Camery dengan sorot murka, kedua tangannya mengepal erat hingga buku jarinya memutih, bahkan kuku yang sedikit memanjang mulai menancap telapak tangannya hingga terluka.

"Kertas daur ulang."

Tiga kata dari Camery mampu membuat Cassius seakan kehilangan tenaga di kedua kakinya. Namun, Cassius langsung memasang topeng percaya diri di wajahnya, menghilangkan sorot paniknya, atau tubuhnya yang hampir bergetar.

"Apa itu kertas daur ulang, Nona Camery? Apakah kamu terlalu banyak bermain-main dengan misteri sehingga membuatmu mengatakan hal yang aneh?" Cassius terkekeh kecil.

END | Not Your Typical Protagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang