Walau Cassius merasa bahwa apa yang dikatakan Ryle adalah sebuah kebodohan, Cassius tak dapat menahan tubuhnya yang bergerak menuju istana pangeran. Cassius disapa beberapa pelayan, tetapi mengabaikannya dan mempercepat langkahnya.
Cassius tak sadar bahwa dia berlari menuju ke ruang kerja Ryle, saat menyadarinya, napas Cassius sudah terputus-putus. Mengabaikan betapa beratnya tarikan napasnya, Cassius membuka pintu ruang kerja, lalu memasukinya.
Ruangan yang Cassius buat berantakan dua hari lalu, telah kembali rapi, tetapi isi dari laci tersembunyi sama sekali tidak tersentuh. Dengan tangan gemetar, Cassius mengeluarkan seluruh carikan kertas yang menumpuk di dalam laci ke atas meja. Kebanyakan merupakan surat dari sang bunga kematian, tetapi Cassius tidak merasa yakin apabila surat tersebutlah yang dia cari.
Cassius melempar surat yang dia rasa tak berguna ke sembarang arah hingga dia mendapati satu surat dengan kertas merah muda, serta tulisan tangan familier yang tak pernah Cassius lupakan.
Dengan napas tercekat, diraihnya surat tersebut. "I-Ibu, ini tulisan Ibu."
Degup jantung Cassius berdebar di balik rongga dadanya hingga pria itu bisa mendengar setiap detaknya sendiri bertalu-talu mengisi keheningan yang menegangkan. Jemari yang bergetar dan berkeringat mulai menelusuri setiap abjad yang telah lama Cassius lenyapkan. Segala milik Cassidy di istananya sudah Cassius buang, tak terkecuali surat yang berisi tulisan tangan milik ibunya.
Rasa sakit di dadanya mengalahkan rasa kasih sayang yang rupanya masih tersisa dalam sanubarinya, bahkan melihat betapa familiernya guratan tinta di atas kertas, mampu menggetarkan hatinya dan mengaburkan pandangannya. Kala mengedip, satu-persatu air mata menetes.
Kepada Ryle Embrose,
Di sini Cassidy Embrose yang menulis untukmu. Maafkan aku, tetapi aku memiliki satu permohonan pertama dan terakhir padamu. Kumohon, jangan biarkan Cassius naik takhta, kumohon rebut gelar mahkotanya. Hanya kamu saja yang bisa aku andalkan saat ini, Ryle.
Cassius menahan erangan pedih yang keluar dari bibirnya kala membaca paragraf pertama surat dari Cassidy. Bukankah ini adalah permohonan yang membuat kehidupan Cassius berubah terbalik? Bukankah permohonan ini adalah awal dari luka yang menetap di dada Cassius? Lantas, apanya yang dapat membuat Cassius mengerti?
Menyiapkan mentalnya, Cassius membaca paragraf kedua.
Mungkin akan aneh bagimu, mengapa aku tidak mendukung putraku sendiri untuk menjadi seorang raja? Tentu karena aku menyayanginya, maka aku harus melindunginya. Kamu tahu, Ryle? Keluargaku, yaitu keluarga Laurence adalah keluarga bangsawan di sudut ibu kota. Meskipun berada di ibu kota, kami tidak terlalu dikenal karena kami bukanlah keluarga yang hebat. Laurence sering dikatakan sebagai keluarga yang tidak berguna, yakni menjadi seorang pemimpin wilayah, tetapi para rakyat tak dapat bergantung pada Laurence.
Laurence berakhir menjadi keluarga miskin. Beruntungnya, Laurence memiliki putri yang dapat menjadi ratu. Dengan memanfaatkan kehadiranku sebagai ratu, gelar Baron Laurence berubah menjadi Count Laurence. Ayah dan ibuku tidak lagi baik padaku, demi kekayaan pribadi, mereka mengontrol kehidupanku. Kehidupanku sangat bahagia sebelumnya, tetapi keserakahan mereka membuatku begitu tersiksa. Mereka yang mengontrolku membuatku menderita, hingga rasanya kematian lebih baik daripada apa yang mereka lakukan padaku.
Lalu, kehadiran Cassius membuat keserakahan orang tuaku semakin menjadi, mereka berencana menggunakan Cassius untuk kepentingan pribadi, yaitu menaikkan kasta dan harta yang mereka miliki. Dengan mengontrolku saja, aku sudah merasakan penderitaan tak terhingga. Aku tak mampu membayangkan apabila Cassius harus menjalani jalur yang sama denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Not Your Typical Protagonist
Ficção Histórica"Ketika asa seumur hidup yang dilalui lewat jalur iblis rupanya hanyalah tipuan manis." Putra Mahkota Cassius Embrose menghadapi teror dari serangkaian pembunuhan misterius yang mengguncang kerajaannya. Untuk memecahkan kasus ini, Cassius bekerja sa...