"Semangatlah, Yang Mulia. Saya tahu semuanya sangat berat untuk Anda," ujar Nyvene dengan wajah datar andalannya.
Cassius yang tertimbun oleh dokumen-dokumen kerjanya hanya tertawa renyah. "Wah, aku sangat berterima kasih atas dukungan tidak murni darimu," sarkasnya.
Duk. Cassius merebahkan dahinya di atas tumpukan dokumennya, tak memedulikan tinta basah yang bisa mengotori kulitnya yang putih.
"Yang Mulia, tolong jangan membuat saya repot dengan harus membersihkan dahi Anda dari tinta basah," keluh Nyvene. Laki-laki yang bertugas untuk terus berada di samping sang putra mahkota itu tampak sebal, meski sorot wajah yang ditampilkannya tetap minim gurat ekspresi.
"Kau hanya memedulikan pekerjaanmu, hah?" Cassius menegakkan tubuhnya dan menatap langsung pada manik cokelat Nyvene, sedikit kesal pada teman bermainnya semenjak kecil yang hanya mementingkan pekerjaan pribadinya untuk melayani sang putra mahkota, dibandingkan membantu dan tenggelam dengan dokumen berisi kasus memusingkan mengenai pembunuhan yang baru-baru ini terjadi.
"Selamat untuk Yang Mulia, Anda benar." Nyvene bertepuk tangan.
Cassius menepuk dahinya, kembali membenarkan posisi tubuhnya dan menyandarkan punggung kakunya pada sandaran beludru merah. Maniknya yang berwarna emas menerawang pada langit-langit ruang kerjanya yang berwarna putih.
Benaknya memutarkan segala macam keresahan yang terjadi selama dua bulan terakhir. Telah ada sepuluh kasus pembunuhan yang mengirim rasa teror di hati seluruh rakyat kerajaannya, rakyat yang akan dia pimpin di masa depan. Maka dari itu, sudah sepantasnya bagi Cassius sebagai Putra Mahkota Kerajaan Embrose untuk menyelesaikan kasus ini dan kembali mengirim rasa damai serta tentam di hati para rakyat.
"Nyvene," panggil Cassius, masih menatap langit-langit ruang kerjanya.
"Ya, Yang Mulia?"
"Apakah kau sama sekali tidak memiliki ide atas kasus ini?" Cassius menghela napas. Tampaknya telah merasa buntu atas bukti yang tidak jelas.
Nyvene ikut menghela napas. "Saya tidak pernah mau memikirkannya karena memikirkan kasus pembunuhan ini sangat merepotkan, jadi saya tidak tahu."
"Kau ini, Nyve, bagaimana jika pelaku pembunuhannya mengincar keluargamu? Maka kau akan bertindak tidak peduli seperti ini dan tetap menganggap semuanya merepotkan?"
"Siapa yang akan mengincar keluarga saya?"
Cassius mengangkat alis. "Count Salvador memang berperan besar dalam keberlangsungan Kerajaan Embrose di bidang keamanan, tetapi karena itu, ayahmu-lah yang memiliki peluang tinggi untuk menjadi korban pembunuhan."
"Saya sadar diri bahwa banyak yang mengincar nyawa ayah saya, tetapi Anda tidak perlu khawatir. Penjagaan di county sangat ketat."
Cassius hanya tertawa kaku. Merasa bahwa opini Nyvene benar. Untuk keluar masuk county, memang sangatlah ketat. Tak terkecuali keluarga kerajaan yang harus memiliki izin tertulis untuk mengunjungi tanah Salvador. Keluar dan masuk secara ilegal di dalam wilayah Salvador, jelas cepat atau lambat seolah tengah mengirimkan kepala pada alat pemenggalan.
Cassius menjadi ingat ketika dia pertama kali mengunjungi Salvador, harga dirinya sebagai putra mahkota yang agung tidak dipertimbangkan. Cassius digeledah di pintu masuk Salvador dan hanya diberikan ekspresi tegas, seolah sebuah rasa hormat pada putra mahkota tak ada artinya lagi. Di saat Count Salvador menunjukkan wajahnya, Cassius jadi bisa tahu bahwa yang dihormati rakyatnya di wilayah Salvador hanyalah Count seorang, terbukti dari bagaimana mereka menyorot Count dengan sepasang mata yang berbinar.
"Tidak ada salahnya dengan khawatir." Cassius mengibaskan tangannya.
"Terima kasih, Yang Mulia."
Cassius menghela napas berat, meraih secarik dokumen dengan malas. Karena merasa buntu dengan kasus pembunuhan, Cassius setidaknya harus mengurusi urusan lain mengenai kerajaannya. Terkadang politik membuat Cassius muak, tetapi Cassius berpegang teguh pada gelar putra mahkota yang terhormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Not Your Typical Protagonist
Historical Fiction"Ketika asa seumur hidup yang dilalui lewat jalur iblis rupanya hanyalah tipuan manis." Putra Mahkota Cassius Embrose menghadapi teror dari serangkaian pembunuhan misterius yang mengguncang kerajaannya. Untuk memecahkan kasus ini, Cassius bekerja sa...