"Ya?"
Lucilius mengerjapkan matanya ketika Cassius menanyakan mengenai ksatria yang dibunuh di kediamannya. Setelah mengucap sumpah ksatria beberapa menit yang lalu, Lucilius kembali duduk di kursinya, tetapi dengan perasaan lega di dadanya.
"Tuan Lucilius, sebenarnya aku tengah mencari pelaku pembunuhan itu," ungkap Cassius, masih dengan sorot seriusnya.
"Oh? Ya Tuhan, itu pasti sangat berat bagi Anda, Yang Mulia."
Cassius hanya tersenyum lembut. "Tuan Lucilius, aku memercayaimu. Makanya, aku akan mengatakan hal ini padamu. Maka dari itu, kamu harus memercayaiku dan tidak boleh sekali pun menusuk punggungku."
"Yang Mulia, saya sudah bersumpah setia pada Anda. Bagi seorang ksatria untuk mematahkan sumpahnya, mereka tidak akan diterima Dewa Matahari di sisinya dan akan jatuh ke neraka yang paling dasar."
"Terima kasih banyak, Tuan Lucilius." Cassius menunjukkan sorot yang tenang, berbeda dengan detak jantungnya yang bertalu-talu karena antusias yang menyebar di pembuluh darahnya akibat sumpah ksatria yang disebutkan barusan. "Kalau begitu, kamu sudah tahu, bukan, mengenai aku yang memiliki pengaruh bahkan tidak seperempat dari Kerajaan Embrose?"
Lucilius menggigit bibirnya sesaat, lantas mengerutkan dahinya sedih. "Ya, saya tahu, Yang Mulia."
"Karena itulah, aku ingin menyelesaikan kasus pembunuhan ini supaya banyak dari pihak rakyat yang mulai memihakku." Jeda. "Aku meminta bantuan dari Clairemont atas kasus ini."
"Oh, dari kekasih Anda itu?"
Cassius tersentak. Dia benar-benar melupakan Camery selama dia berada di sini dengan Lucilius. Fokusnya hanya tertuju untuk menarik Caelan menuju sisinya, sehingga Cassius kini melupakan segalanya kecuali tujuannya.
"... Ya, Tuan Lucilius."
"Indahnya masa muda, Yang Mulia. Bisa bekerja sama sambil menghabiskan waktu berdua."
Cassius hanya tersenyum kaku, mengabaikan kalimat Lucilius, dan kembali pada topik yang diperbincangkan. "Maka dari itu, aku tengah mengevaluasi para tersangka pembunuhan. Untungnya, beberapa dari para tersangka telah dieliminasi sehingga mempersempit tersangka. Menyisakan Count Artemio, Marquis Eleyya, Ryle, dan ... Duke Caelan."
"Saya?" Lucilius mengerjapkan matanya, bingung.
"Maafkan aku karena memasukkanmu ke dalam daftar tersangka. Hanya saja, ksatria yang dibunuh pernah bekerja di kediamanmu. Dan setelah mengevaluasi seluruh korban pembunuhan, mereka pernah dipecat dari kediaman bangsawan tempat mereka bekerja."
Lucilius tampaknya langsung mengerti siapa yang Cassius perbincangkan sehingga dia langsung menganggukkan kepalanya. "Saya masih ingat mengenai Marvin dengan sangat jelas, Yang Mulia."
"Benarkah?" Sorot Cassius berubah cerah. "Kalau begitu, tolong beri tahu aku semuanya mengenai Sir Marvin."
"Saya dan Marvin pernah menjadi dekat karena beberapa misi, tetapi saya perlu memecatnya karena dia mulai tidak kompeten. Pada awalnya, performa kerjanya sangat bagus sehingga dia bahkan selalu bekerja di sisi saya. Namun, akhir-akhir ini, Marvin seolah kehilangan fokusnya dan tidak bisa berhenti mengacau. Ada suatu insiden di mana Marvin menghancurkan misi dan membuat kami kehilangan delapan ksatria. Jika performa kerja Marvin terus menurun, dia akan terus-menerus menghancurkan misi sehingga saya mulai menurunkan peringkatnya. Namun, Marvin berakhir dipecat karena dia bahkan tidak mempelajari kesalahannya."
Cassius mengerutkan dahi, menangkap suatu hal yang janggal dari kalimat Lucilius. "Kamu bilang, dia kehilangan fokus?"
"Ya, Yang Mulia."
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Not Your Typical Protagonist
Historical Fiction"Ketika asa seumur hidup yang dilalui lewat jalur iblis rupanya hanyalah tipuan manis." Putra Mahkota Cassius Embrose menghadapi teror dari serangkaian pembunuhan misterius yang mengguncang kerajaannya. Untuk memecahkan kasus ini, Cassius bekerja sa...