Bab 7 : Tuntutan

14 8 20
                                    

Belum selesai dengan masalah Savalas, kini urusan Sagara adalah Reno. Dia menemukan Reno yang sedang memakan bakso Malang dengan tenangnya.

Hei, di mana wajah bersalahnya? Dia dengan tenang memakan bakso Malang tanpa rasa bersalah telah membuat adiknya sekarat?

Dengan amarah yang masih membara, ada dorongan dalam dirinya yang membuat Sagara berjalan mendekati Reno, dan langsung menendang kursi yang diduduki olehnya.

Reno tersentak. Ia tersedak kuah panas, dan terjatuh dari kursi.

"Uhuk! Anjing lo! Sialan!! Uhuk! Uhuk!" Bangsat! Sakit tenggorokan gue!!!" sentak Reno langsung meneguk air putih.

Bugh!

Sagara langsung menonjok wajah Reno yang sedang meneguk segelas air tanpa bicara apa-apa.

Tak sempat menghindar, wajah Reno terkena pukulan Sagara hingga gelas tersebut pecah.

"Bangsat! Apa apan?! Datang-datang malah nyerang gue!! Mau apa lo?!!" Dengan rasa terkejutnya, Reno mencoba untuk memproses apa yang terjadi.

"Mana teman-teman lo yang lain, hah?! MANA BANGSAT?!" Sagara terus memukul wajah Reno tanpa ampun, amarah mengendalikan dirinya. "Sialan lo semua! BERANI BERANINYA LO PADA NGEHAJAR ADEK GUE! GAK SAYANG NYAWA LO PADA?!"

Tak terima harga dirinya diinjak-injak di depan teman-temannya, ia menyerang balik Sagara dengan serangan yang sama.

"SANTAI DONG! KENAPA EMANG?! GAK TERIMA LO?! SOK JADI PAHLAWAN? IYA?! ADEK LO AJA GAK NGANGGAP LO SAMA SI SHAGA TUH!"

Masih dikontrol emosi, Sagara mengambil kursi plastik berwarna biru dan melemparnya ke Reno agar ia diam.

"GUE GAK PEDULI, SIALAN! SEKARANG, KALIAN HARUS BERNASIB SAMA KAYAK ADEK GUE!"

"BERANI LO SAMA GUE?! NYARI MATI HAH?!" gertak Reno mengambil pecahan gelas, berniat membalas serangan Sagara.

"BERANI LAH BANGSAT! NGAPAIN GUE TAKUT SAMA BANCI KAYAK LO?!"

Sebelum sempat terkena wajahnya, Sagara sudah lebih dulu menghindar.

"SIAPA YANG LO SEBUT BANCI HAH?! NGACA GOBLOK, LO MAIN NYERANG ORANG SEKELAS GUE!! MAMPUS LO!"

"Elo! Tuli lo sampai gak bisa denger?! Memang lo siapa hah? Bahkan kalau lo anak presiden sekalipun, gue gak akan peduli! LO UDAH BERANI BERANINYA NYENTUH ADEK GUE!" Matanya memerah, Sagara mendorong kasar Reno ke belakang hingga kedua temannya tertimpa tubuh Reno.

"Shit!" umpat keduanya dalam hati.

"Terus?! Kenapa?! Lo pikir gue takut juga kalau lo mau nyerang gue?! ENGGAK!!" hardik Reno berdiri tanpa memikirkan kedua temannya.

"Miris amat sih, lo ngelindungin orang yang gak anggap lo. Buang-buang waktu tahu gak?!"

Sagara tertawa meremehkan.

"Lawak lo anjing! Lo lebih kelihatan miris. Bisanya cuman ngegangguin orang! Mana keroyokan lagi, kan kayak anjing!"

"Oh iya, lo kan emang anjing, ya. Pantes cocok buat anjing kecil kayak lo!"

Gelap mata, Reno menantang Sagara untuk berlawan satu sama lain. Ia tidak terima harga dirinya diinjak-injak oleh cecunguk rendahan seperti Sagara.

"BACOT LO BANGSAT! SINI MAJU! BY ONE KITA! LO PADA DIEM YA!" Jari telunjuk Reno mengarah tepat ke arah wajah Wasdi dan Abdul. "BIAR KITA LIAT, SIAPA YANG ANJING DI SINI!"

Reno melesatkan pukulan ke arah Sagara, akan tetapi Sagara berkelit, melesatkan tendangan depan.

"Sialan!"

BENANG MERAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang