Bab 14 : Fitnah

17 7 16
                                    

Tiga Minggu setelah tragedi yang mengejutkan satu sekolah, Savalas sudah bisa mengikuti pelajaran. Dia baru bisa sekolah di Minggu ke dua setelah pemulihan.

Sementara Reno baru bisa masuk di Minggu ke tiga, lantaran ia bertindak semena-mena pada teman sekelas.

"Gue harus balas dendam."

Tatapannya tajam, tangannya pun terkepal dengan kuat. Amarah masih menguasai dirinya.

"Tidak cukup kah kau membuat masalah dengan teman lamamu itu?! Di SMP, Ayah sudah diperingati untuk mendidik kamu! Apa alasan kamu membuatnya sekarat seperti itu, hah?! Reputasi Ayah sebagai kepala sekolah hampir terancam gara-gara tindakanmu yang tak senonoh!"

Reno yang masih diam tanpa mau bicara pada ayahnya, menatap beringas.

"Jawab!"

"RENO GAK SUKA ANAK ITU, AYAH! DIA PENGACAU!"

"Pengacau bagian mana, hn? Apa salah dia sampai kau gelap mata seperti ini?!"

Kepalan tangan Reno semakin kencang. Amarah dan dendam masih bergejolak dalam dadanya.

"Mati lo, Savalas," gumam Reno tanpa mempedulikan pertanyaan ayahnya.

BRAK!

PRANG!

"Bicara apa kamu?! Ngomong yang keras!"

Gebrakan meja yang ayahnya lakukan, sempat membuat Reno terkejut, bahkan mematung di sana. Terlihat sebuah pigura yang tersimpan di meja kerja ayahnya pecah begitu saja.

"RENO MAU BUAT DIA MATI! PUAS AYAH?!"

Terkejut dengan jawaban Reno yang penuh amarah, Farhan—ayah dari Reno bertanya.

"Apa yang buat kau berambisi untuk membunuhnya? Ayah tidak pernah mengajarkan kau untuk se_"

"AYAH EMANG GAK NGAJARIN RENO BUAT JADI PEMBUNUH, ATAU NGELAKUIN HAL JAHAT. TAPI AYAH SENDIRI ADALAH PEMBUNUH YANG NYATA!"

Kristal bening mengucur deras dari pelupuk matanya yang memperlihatkan percikan api kemarahan.

"Konyol. Memang Ayah membunuh siapa, hn? Ayah membiayai seluruh hidupmu hingga nanti kau bisa mencari pasangan, menyekolahkan mu, dan Ayah baik pada orang sekitar."

"Tidak pernah sekalipun Ayah mengotori tangan untuk membunuh nyawa orang tak bersalah. Ucapanmu keterlaluan, Reno. Cepat minta maaf!"

Mendengar itu, Reno terkekeh miris. Apa katanya? Minta maaf?

"Pembunuh mental seorang ANAK! AYAH GAK NYADAR KARENA AYAH YANG MELAKUKANNYA! AYAH NGERASA BENER UDAH NGEBEDAIN RENO SAMA SI ANAK PEMBAWA SIAL ITU!"

"AYAH KIRA RENO GAK TERTEKAN?! RENO UDAH BELAJAR TIAP HARI DEMI AYAH! DEMI BERBAKTI SAMA AYAH! TAPI KENAPA AYAH KAYAK GITU? APRESIASI!!! MANA APRESIASINYA?!"

Tertegun dengan kenyataan yang baru saja Reno katakan kepadanya, Farhan merenung sesaat. "Tapi bukan berarti kau bisa melakukan hal keji seperti ini."

"Kenapa?! Kenapa Ayah gak mau mengakui kesalahan Ayah?! Kenapa cuman Reno yang_"

"Ke kamarmu, Reno."

"Gak! Kenapa cuman Reno yang harus terus-terus mengakui kesalahan yang Reno lakuin, sementara Ayah enggak?! Kenapa?!"

"Ayah bilang ke kamar!"

"Reno gak mau! Akui dulu ke_"

BUGH!

"Bersyukur kau masih diberi tempat tinggal olehku dan istriku, anak pungut tidak tahu diri!"

BENANG MERAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang