Bab 15 : Pembelaan

16 7 25
                                    

Keesokan harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya

"Sudah tahu kenapa saya memanggil Anda?"

Nadira menatap dingin dan tajam kepala sekolah yang memanggilnya. Di samping kiri Farhan, terdapat Reno dengan wajahnya yang dibaluti plester serta perban.

"Pelaporan atas tuduhan bahwa anak saya mendorong Savalas dari lantai dua," jawab Nadira.

Di samping kiri Nadira, sudah ada Shaga yang duduk manis tanpa ada raut ketakutan. Manakala Sagara berada di samping kanannya.

"Mampus kalian bangsat," gumam Reno.

"Tuduhan? Anak saya sendiri yang bilang jika Shaga yang mendorong saudaranya. Bahkan Ariana dan guru-guru yang lain pun melihatnya dengan jelas."

Dahi Nadira berkerut. Dengan tegas, dia menjawab.

"Apa Anda punya bukti? Omongan tidak cukup untuk menjadi bukti, Pak. Saya tegaskan itu!"

"Bu, Ibu gatau apa-apa karena Ibu gak ada di sana. Shaga bahkan mau mendorong saya, Bu! U-untung saja guru-guru datang di waktu yang tepat," sanggah Reno membuat wajah takut.

"Drama, anjing," gumam Shaga menahan amarahnya.

"Kau masih kecil, Nak. Jangan drama. Saya tahu siapa yang bohong, siapa yang tidak," jawab Nadira.

Farhan mencondongkan tubuhnya ke depan dengan kedua tangan yang menangkup dagu. "Mengapa Anda membela anak Anda yang bersalah? Didik anak dengan be_"

"Sudah menuduh anak saya yang tidak-tidak, sekarang Anda menceramahi saya tentang cara saya mendidik? Sepertinya Anda yang salah mendidik anak Anda. Meski saya belum sempurna, tapi saya mendidiknya untuk jadi anak yang senantiasa jujur dan apa adanya!" tegas Nadira.

Ia tidak suka ada orang yang menyinggung caranya mendidik. Karena itu akan membuat rasa bersalahnya semakin dalam.

"Ibu harusnya tidak menyekolahkan Shaga di sini! Dia itu punya kelainan jiwa bu! U-untung saja dia begitu hanya padaku. Coba kalau pada anak anak yg lain? Ugh, aku tidak bisa membayangkannya," ucap Reno dengan kedua tangan yang gemetar.

Sejak tadi, Shaga memperhatikan cecunguk menyedihkan itu dengan menahan diri agar ia tidak lepas kendali.

DEG!

Anak itu. Nadira mendelik tajam Reno dari atas hingga bawah. Ucapan Reno sangat menyakiti hati Nadira sebagai ibunya, sekaligus mengingatkannya pada kesalahan terbesar yang ia perbuat.

"Sepertinya kau yang memiliki kelainan jiwa. Perlu saya tegaskan. Anak saya tidak memiliki kelainan jiwa. Sebaiknya jujur saja sebelum Tuhan sendiri yang turun tangan memberikan azab," ucap Nadira menepuk pundak Reno.

Dengan amarah yang memuncak, Reno menepis kasar tangan Nadira yang berada di pundaknya.

"Ayah! Denger apa yang dikatakan Tante ini?! Reno sakit hati, Yah! Padahal sudah jelas anaknya yang gila! Ayah harus mengeluarkan Shaga dari sekolah ini! Dia bisa membahayakan anak yang lain. Nanti gimana kalau Shaga_"

BENANG MERAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang