Bab 20 : Rasa percaya

19 6 8
                                    

23.20

Suasana di kamar inap Savalas terasa hening. Ketiganya saling diam dengan rutinitas mereka masing-masing.

Di sofa panjang, Sagara tengah sibuk memainkan ponselnya, ada juga Shaga yang menatap kakak dan adiknya secara bergantian di sebuah kursi yang berada di samping brankar Savalas, serta Savalas yang berusaha untuk tertidur.

"Hei, kalian lapar gak?" tanya Savalas.

"Enggak sih," jawab Shaga.

"Gak," jawab Sagara tanpa menoleh. "Kenapa? Lo laper?"

"Iya, pengen bakso."

Shaga menatap datar. "Jam segini? Emang masih ada?"

"Gak, makan tuh bubur benyek," tolak Sagara masih fokus pada ponsel.

"Mual," balas Savalas menatap datar.

Oh ayolah, percakapan macam apa ini? Ternyata berbaur dengan saudara kembar yang sudah lama terpisah tidaklah mudah.

"Makan buah aja. Orang sakit mana yang makan bakso Val, Val. Btw orang tua kalian ke mana? Tumben ngilang," sahut Sagara.

"Dia sakit juga karena jatuh dari lantai dua Kak, bukan sakit lambung," balas Shaga dengan nada datarnya.

"Mana gue tahu." Savalas mengupas buah apel yang berada di atas nakas. "Orang dari tadi gue tidur."

Sagara mendengus. "Hn, tetep aja, kan. Orang sakit gak boleh makan enak, nanti betah lagi."

Tak ada jawaban atau sahutan yang terdengar dari mulut kedua adiknya. Memang, tidak ada siapa pun yang berani membantah perkataannya.

Di sisi lain, Shaga menatap Savalas yang sedang menggigit buah apel. "Kamu habis apain mereka, Savalas?"

"Lah, gue gak ngapa-ngapain anjir," jawab Savalas di sela-sela mengunyahnya.

"Bahasanya, Val," tegur Sagara.

"Apa?" balas Savalas tak mengerti.

"Pikir sendiri. Kami ini kakakmu kalau kau lupa."

"Dih."

Malas meladeni, Savalas memilih untuk menghabiskan apel yang masih banyak tersisa. Tentunya, ditemani dengan musik dan earphone yang menjadi pelengkap hidupnya.

"Kok bisa akur keluar barengan gitu? Sebelumnya mereka udah kayak orang tawuran terus," sahut Shaga.

"Kelainan kali, mereka kan plin plan." Sagara menjawab dengan fokus pada ponselnya.

Mendengar jawaban Sagara, Shaga menghela napas gusar. "Ya, apa pun itu terserah. Aku gak mau tahu, aku pengen tidur."

"Makan, jangan tidur melulu." Sebelum Shaga benar-benar beranjak dari tempat duduk, Savalas sudah lebih dulu menyumpal sebuah apel yang baru saja ia kupas.

Uhuk!

"Wah, aku terserang dua kali."

Di tengah pertengkaran kecil adik-adiknya, Sagara kembali menghela napas panjang ketika sorot matanya tak sengaja menangkap Savalas masih dengan ponsel dan earphone-nya.

"Ck." Sagara berdecak sebal, ia berjalan menghampiri Savalas dan menyita ponsel serta earphone milik Savalas. "Istirahat, Val."

"Heh! Balikin sini!"

Savalas terperanjat dengan Sagara yang tiba-tiba saja melepaskan earphone serta mengambil ponsel miliknya. Ia melotot dan berusaha meraih ponsel tersebut.

Tidak dengan Shaga yang menatap mereka dengan malas.

"Hp ini gue sita sebelum lo sembuh. Ingat itu. Sekarang tidur sendiri atau mau gue yang buat lo tidur selamanya," ancam Sagara berjalan menjauh.

BENANG MERAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang