Seusai bermain di pantai, mereka bertiga tidur di kamar masing-masing dalam hitungan detik. Sementara Devian membawa laptop nya dan duduk di meja makan.
"Nadira, tolong buatin kopi," seru Devian.
Nadira yang saat itu sedang berada di posisi hampir saja tertidur di sofa panjang, refleks membuka matanya dan berjalan gontai.
"Hmm, bentar."
Meski mengantuk, Nadira berjalan menuju dapur dan membuatkan segelas kopi untuk Devian.
"Nih."
"Terima kasih, kamu habis tidur kah? Duduk sini dulu, ada hal yang ingin ku katakan denganmu," ucap Devian.
Nadira mengernyitkan keningnya, tumben sekali Devian seperti ini. Hal penting seperti apa yang ingin Devian katakan padanya? Meski begitu, Nadira menarik kursi ke belakang dan duduk.
"Anak-anak mana?"
"Tidur."
"Sebentar lagi aku ada urusan di kantor yang ada di kota ini, urusan kontrak terbaru. Aku harus mengurusnya karena ini penting dan mendadak sekali. Nanti malam pukul delapan, kamu bisa kan membawa anak-anak untuk datang ke tempat yang ada di alamat ini?" tanya Devian mengulurkan sebuah kertas.
"Untuk apa?"
"Ada deh. Ikut saja," jawab Devian meminum kopinya.
Meski sedikit penasaran, Nadira mengangguk. "Oke."
"Bangunkan anak-anak, sudah mau sore. Kalian juga harus siap-siap," tegur Devian.
"Oh iya, astaga kukira masih siang."
Nadira mengetuk satu-persatu pintu kamar putranya. Meski susah untuk dibangunkan, namun pada akhirnya mereka terbangun. Meski harus mendengar gumaman kesal dari mulut mereka.
"Mah, minta uang," pinta Shaga menggaruk pipinya.
"Untuk apa?" tanya Nadira.
"Beli cokelat," jawab Shaga dengan nada malas.
Nadira memutarkan bola matanya. "Haih, sudahlah. Sebaiknya kamu bersiap-siap sana, jangan cokelat terus. Nanti sakit."
"Iya," balas Shaga dengan penuh keterpaksaan.
~BENANG MERAH~
Seperti apa yang Devian katakan, mereka sudah sampai di alamat yang sudah diberikan.
Saat turun, mereka sudah disambut ramah oleh pelayan.
"Dengan Ibu Nadira, ya?"
"Iya."
"Tuan Devian memberi pesan agar saya mengantarkan Ibu pada lantai yang sudah dipesan. Mari," ucapnya memandu mereka.
Nadira dan anak-anaknya mengikuti panduan pelayan tersebut hingga langkahnya membawa mereka ke lantai paling atas.
"Silakan pilih tempat duduk yang sesuai, lantai ini sudah dipesan oleh Tuan Devian. Silakan menunggu karena beliau tengah dalam perjalanan kemari. Permisi."
Pelayan itu turun ke bawah untuk melayani pelanggan yang lain, sementara mereka berempat merasa takjub dengan pemandangan outdoor yang dihiasi langit malam.
"Wah!!!" Suara itu berasal dari Shaga yang exited dengan pemandangan yang sangat bagus.
"Selera Ayah bagus juga," gumam Sagara.
"Wah, momen langka ini. Harus diabadikan," ucap Savalas memasang pose cool.
Tak peduli seberapa banyak foto yang ia dapatkan. Melihat langit malam dengan hiasan bintang yang megah, adalah salah satu kesukaan Savalas sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENANG MERAH
Teen FictionSetiap tindakan, akan ada akibat yang harus ditanggung. Begitu juga dengan perceraian. Ketika sepasang kekasih yang sudah menikah memutuskan untuk bercerai, maka mereka harus sanggup menanggung akibatnya. Pertikaian yang terjadi antara Devian serta...