Bab 9 : Semakin renggang

25 8 38
                                    

Devian datang ke rumah sakit dengan pakaian rapi dan terlihat sedang menjawab panggilan seseorang di telepon.

"Ya, ya, sebentar lagi aku akan ke bandara. Aku ingin melihat keadaan Savalas dulu sebelum pergi ke Jepang. Oke, nanti ku sampaikan."

Setelah itu, Devian mematikan ponselnya dan berhenti di depan kamar Savalas, celingukan sesaat.

Menyadari adanya kehadiran seseorang, Shaga melirik Devian, namun ia tak peduli dan tetap membisu bersama Sagara.

"Aku lupa kamarnya di mana, haduh."

Devian yang merasa ada yang melihat, ia menoleh dan terkesiap sesaat.

"Savalas? Ngapain kamu di sini?"

"Aku bukan Savalas, Om. Savalas ada di dalem," jawab Shaga dengan raut yang sedikit terkejut.

Terdiam sesaat, dirinya kembali mengingat apa yang Savalas katakan padanya.

"Ada anak baru yang sekelas sama Savalas. Mereka berdua mirip kak Sagara sama kak Shaga. Sifat mereka sama persis."

"Kamu Sagara atau Shaga?"

"Shaga."

Sesaat, Devian teringat Nadira. Wanita yang memutuskan ikatan secara sepihak.

"Kalo kamu di sini, itu artinya pasti wanita itu ada di sini juga, ya?"

Shaga yang tidak mengerti apa yang Devian katakan padanya, tertegun. Namun ia tetap menjawab pertanyaan tersebut.

"Ya," jawab Shaga penuh keraguan.

"Hhh!" Devian menatap Shaga dari kaki sampai kepala. "Setidaknya anak ini tumbuh dengan sehat."

"Kenapa kamu di luar?"

"E-em, gak apa-apa. Kayaknya Savalas pengen ngobrol berdua sama m-mamah."

Devian mengangguk, namun merasakan ada sesuatu yang aneh dari anaknya.

"Kamu tadi manggil aku apa?"

Semua terasa asing bagi Shaga. Belum lagi Savalas yang marah besar dengan apa yang diucapkannya, ditambah Devian yang tiba-tiba saja mengajaknya bicara.

"Eh, em ... Om?" Nada Shaga terdengar ragu.

DEG!

"Aku ini ayahmu, Shaga. Kau tidak ingat?"

Dia tidak salah dengar? Pria tadi menyebut dirinya itu ayah? Jika dibuat terkejut terus seperti ini, bisa-bisa Shaga punya penyakit jantung.

"Em, i-itu ... Aku gak tahu. Soalnya Mamah_"

Ia mengepalkan tangannya, tak bisa berkata-kata begitu mengingat penjelasan yang terlontar dari mulut Nadira.

Hatinya sakit, dia seperti bukan anak kandung Nadira. Tak menyangka jika Nadira bisa melakukan hal setega itu padanya.

Melihat raut wajah Shaga yang berubah sangat cepat, Devian sudah bisa menebak jawabannya.

"Hhh! Sudah ku duga. Kau tunggu di sini."

Shaga mengangguk singkat, meski perasaannya sedikit gelisah. Manakala Devian berjalan masuk ke dalam, dan melihat Savalas tengah dipeluk Nadira.

"Sedang apa kau di sini?"

Mendengar pertanyaannya, wanita itu membalikkan tubuhnya dengan sangat kaku. Dan juga pupil matanya yang mengecil.

"D-devian?"

"M-maaf sudah memeluk anakmu sembarangan. Lain kali tolong perhatikan dia agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi padanya. Aku permisi."

Hendak ke luar dari ruangan tersebut, namun Devian berdiri di depan pintu, menghalangi jalan agar Nadira tidak bisa pergi.

BENANG MERAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang