Chapter 21

16 2 0
                                    

Riani terus melangkah mundur, rasanya ia tak ingin berada di tempat itu. Tapi Raka menahannya. Sambil tersenyum ia berkata, "Nggak papa."

Laki-laki itu mendekat. Ya, Riani tidak akan salah. Ia mengenalinya dengan sangat baik.

"Hai" Sapa Raka memulai pembicaraan, sembari menjulurkan tangannya.

"Raka, suaminya Riani." Raka memperkenalkan dirinya tanpa ragu-ragu. Senyum ramah yang tak untuk semua orang itu mengembang sempurna.

Seseorang itu menyambut tangan Raka.

"Rama, sahabatnya Riani dari kecil."

Riani dibuat semakin terkejut mendengarkan cara Rama memperkenalkan dirinya. Riani mengeratkan pegangan tangannya pada Raka, dan melihat ke arah Raka. Dari samping Raka nampak tetap tersenyum. Matanya terus menatap ke arah Rama yang terlihat tidak suka dengan kehadirannya di dekat Riani.

Rama, yang menatap Raka dengan tatapan tajam itu adalah orang yang sama. Kafi. Orang yang dikenal Riani sebagai Haru tanpa disadarinya hingga sekarang.

Seseorang lainnya menghampiri ke arah mereka bertiga.

"Rama, tadi katanya tunggu di depan kafe, kok di si—"

Perkataannya terhenti saat melihat ada orang lain yang bersama Rama.

Bukan lagi orang lain setelah ia menyadari siapa perempuan yang ada di antara dua laki-laki saling diam itu.

"Ria—" Ucapnya pelan terkejut ketika melihat Riani.

Riani sudah jengah, rasanya ingin lari saja, tapi langkahnya tertahan. Di tempat itu, hanya Raka yang mencoba mencairkan suasana.

"Halo juga." Ucapnya dengan mengangkat rendah tangannya menyapa. Tanpa menjulurkan tangan.

"Raka, suaminya Riani." Kenalnya sekali lagi.

Perempuan dihadapannya itu semakin terkejut mendengar Raka memperkenalkan dirinya.

"Fa-fasyah." Perempuan itu memperkenalkan dirinya dengan ragu.

"Sepertinya ini jadi reuni teman lama ya, gimana kalau kita ngobrolnya sambil minum santai di kafe." Raka menyarankan untuk mencairkan suasana.

Riani menoleh ke arah Raka tanda tidak setuju. Tapi Raka hanya membalasnya dengan senyum.

Keempatnya duduk di sebuah kafe. Lebih tepatnya di kafe yang biasa dikunjungi Riani.

Karena ia tak pergi sendiri, kali ini ia duduk di tempat yang berbeda. Dengan meja untuk empat orang di dekat jendela. Seperti biasa, ia akan memilih tempat di dekat jendela. Sedangkan, Rama ada dihadapannya.

"Biar aku yang pesan, kalian berdua mau minum apa?"

"Samakan saja." Jawab Fasyah, ketika Rama tak menggubris pertanyaan Raka. Ia hanya melihat Riani yang terus mengindari pandangannya. Rama sama sekali tidak peduli walaupun disitu ada Raka.

"Oke." Raka berdiri dari kursinya.

"Bagaimana dengan Riani?" Tanya Fasyah.

"Aku sudah tahu kesukaannya." Jawab Raka santai. Ia berjalan menuju tempat pemesanan.

Fasyah berada disuasana canggung yang begitu hebat. Keadaan sudah sangat berbeda dengan masa kecilnya dulu.

"Ram, aku ke toilet sebentar." Izinnya pada Rama. Itu pun tak di pedulikan Rama. Bagi Rama sekarang hanya Riani yang penting.

Saat hanya tertinggal dirinya dan Riani, Rama membuka suaranya.

"Ri, aku minta maaf—"
"Udah ku maafin." Jawab Riani cepat tanpa menatap Rama sedikit pun.
"Jadi jangan berpikir untuk datang lagi, kalau hanya untuk mengganggu hidup bahagiaku." Lanjutnya.

White TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang