Chapter 32

10 2 0
                                    

Lagi-lagi Vico tak membiarkan Raka bertemu dengan Riani.

"Sekarang kamu kenapa ada dipihak Raka, Rama?"

"Bang, Rama ngerti kekhawatiran Abang, tapi biarkan mereka berdua menyelesaikan masalahnya sendiri. Rama bisa jelasin masalahnya sama Abang, ini hanya kesalah pahaman."

"Raka mohon, Bang." Raka hingga berlutut dikaki Vico. Ia sudah sangat putus asa. Tak tahu harus apa. Ia sangat ingin bertemu dengan Riani. Apalagi setelah mengetahui Riani mengandung anaknya.

"Kalau Abang minta Raka buat tinggalin keluarga Raka, Raka siap, Bang. Raka akan disini, Papa tidak akan bisa menyakiti Riani, Abang bisa awasi Raka. Tapi izinkan Raka bertemu Riani, Bang."

"Maafin Raka, Bang, kalau Raka belum bisa melindungi Riani sepenuhnya, tapi tolong jangan pisahkan Riani dari Raka, Raka mohon."

Raka menjadi mudah menangis sejak masalah ini. Segala kekuatannya selama ini, seketika tidak berarti, ketika Riani diambil darinya.

"Raka cinta sama Riani, Bang, Raka pengen bahagiain Ria."

"Apa buktinya ha? Lihat kondisi Riani, kacau, karena ulahmu dan keluarga sialanmu itu!" Bentak Vico.

"Bang, udah Rama bilang, ini salah paham, dengerin Rama, Rama bisa jelasin." Rama mencoba menjelaskan.

"Kenapa kamu yang jelasin?"

"Karena ini ada hubungannya sama Rama, Bang."

"Seseorang menggunakan namaku untuk menghancurkan hubungan mereka." Jelas Rama cepat, membuat Vico terdiam.

Wajah Riani berubah pucat. Ia memegangi perutnya yang terasa sakit begitu kuat. Tangan kirinya mencengkeram sprei hingga kusut. Dengan kesadarannya yang masih bertahan, ia samar-samar mendengar suara Raka.

"Mas Raka" Batin Riani.

Suara seseorang membuka kunci pintu terdengar. Ivana diam-diam membuka kamar Riani yang terkunci dan terkejut melihat Riani yang kesakitan.

"Kak—" Riani tersenyum melihat Ivana yang berlari ke arahnya.

Uh.

Riani memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang semakin bertambah.

"Adek!" Teriak Ivana panik.

"Kak, sa-kit—" Rengek Riani. Tangisannya benar-benar pecah saat Ivana mendekatinya.

"Astagfirullah, apa yang sakit, Dek?"

"Sakit banget, Kak, pe-rutku, ini kenapa? A-ku kenapa?" Riani mencengkeram perutnya kuat.

Ivana terlihat panik.

"Kak, sakit—" Keluh Riani terus menerus.

"Ini nggak mungkin." Ivana tidak mau membenarkan isi pikirannya.

"Kak, bayiku baik-baik aja kan, Kak, tapi kenapa sesakit ini, Kak?" Badan Riani lemas seluruhnya. Ia tak pernah merasakan sakit sekuat ini.

Ivana memeluk Riani, menenangkannya.

"Mas, Mas Vico, Riani, Mas!" Teriak Ivana dengan suara keras.

Vico, Rama, bahkan Raka mendengar teriakan Ivana berkali-kali.

"Riani..." Raka langsung berdiri dan menerobos Vico tanpa perduli.

Vico dan Rama menyusulnya cepat.

Raka melihat Riani kesakitan dikamarnya, dengan cepat mendekat.

"Ri, kamu kenapa?"

Riani berpindah pada dekapan Raka.

White TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang