Chapter 34

9 2 0
                                    

Riani mengerjap bangun. Ia tak menjumpai Raka saat pertama kali ia membuka mata. Bibirnya tersenyum tipis, sangat tipis.

Ia menyingkap selimutnya, lalu berdiri menghadap jendela. Hari sudah berganti sore.

Riani berjalan pelan menuruni tangga. Dan melihat Ivana sedang menemani Ayaka bermain, juga dengan Vico yang duduk di dekatnya sembari membaca buku. Pemandangan yang sudah lama tidak ia saksikan. Sangat menenangkan.

"Eh, kamu dah bangun, Ri?" Ivana menyadari kehadiran Riani.

Riani mengangguk. Pandangan matanya mengitari sudut rumah, mencari sosok yang tak kunjung tertangkap pupilnya.

"Mas Raka mana, Kak?"

"Tadi keluar, katanya beliin kamu makan, tapi nggak tau kenapa lama banget. Kamu minta apa, Dek? Kasihan loh, suamimu kan juga capek. Mending bilang Kakak aja."

Riani seketika menghentikan langkahnya. Tangannya berpegang erat pada pembatas tangga.

"Ria nggak minta apa-apa." Jawab Riani pelan.

Dan jawaban singkat itu langsung membuat keduanya terdiam tak percaya. Vico langsung berdiri, begitu pun Ivana.

"Adek" Vico mencoba tersenyum dan menghampiri Riani yang masih bergeming.

"Nanti pasti Raka pulang. Kamu istirahat aja lagi, ya, jangan capek-capek dulu. Ntar kalo Raka pulang, Mas langsung bilangin suruh temuin kamu." Bujuk Vico.

"Mas Raka pergi ya Mas?" Tanya Riani dengan suaranya yang bergetar.

"Enggak, nggak mungkin lah, dia pasti pulang kok. Dia cuma keluar sebentar-"

Riani tidak bisa tidak menjatuhkan dirinya pada dekapan kakak kesayangannya.

"Nggak Dek, Raka nggak bakal pergi ninggalin kamu. Mas percaya sama dia. Kamu juga harus percaya."

Saat Vico sedang sibuk menenangkan Riani. Ivana buru-buru menghubungi Sofia. Berharap Raka pergi untuk pulang ke rumahnya. Tetapi, nihil. Raka tak sekalipun menginjakkan kaki di rumahnya sendiri sejak malam panjang itu.

Sofia yang awalnya sedang duduk bersantai sembari melihat putrinya bermain itu juga buru-buru beranjak. Ia menuruni tangga dengan cepat. Seolah lupa bahwa ia sedang mengandung di usia kandungan yang tidak lagi muda.

Tingkah Sofia yang tertangkap oleh mata Gani itu langsung mendapat sorotan tajam dari sang suami.

"Sofia" Hentinya sembari berlari menghampiri.

"Kamu itu apa-apaan, udah berapa kali aku bilang, jangan lari-larian di tangga, kamu itu-"

"Mas ini lebih penting, Raka, Raka kabur."

Air muka Gani langsung berubah.
"Apa maksud kamu, Sofia?"

"Ivana telepon katanya Raka pamit pergi, tapi nggak pulang-pulang, dia kira Raka bakal pulang kesini, tapi-"

Pyar.

Gelas yang dibawa oleh Aji itu pecah berserakan.

"Papa!"

Gani langsung berlari menghampiri Aji yang sudah terlihat gemetar.

"Pa, Papa tenang, Pa." Gani mendudukkan Aji di sofa. Usia ayahnya itu tidak lagi muda dan memiliki riwayat penyakit jantung. Melihatnya terkejut seperti itu, Gani sendiri pun tidak bisa tenang.

"Cari, cari, Raka, cari adikmu."

"Iya, Pa. Papa tenang ya, Gani bakal cari Raka sampai ketemu. Raka nggak pernah pergi tanpa alasan. Dan dia juga selalu kembali. Gani percaya, kali ini juga seperti itu."

White TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang