Chapter 38

11 2 0
                                    

Raka dan Riani kembali ke rumah mereka di Jepang. Tak ada yang mengira akan selama itu. Rumah itu ditinggalkan begitu saja. Dan saat pintu kembali dibuka, banyak debu berterbangan dari seluruh perabotannya.

Riani terbatuk-batuk ketika semakin masuk ke dalam rumah.

"Ri, nggak papa?"

"Kesedak debu."

Raka sedikit tertawa mendengarnya.

"Biar aku aja yang beresin."

"Beresin bareng lah." Bantah Riani.

"Nggak, nanti kamu kecapekan."

"Posesif banget sih, nggak suka."

Riani berjalan ke arah sofa dan duduk dengan wajah cemberut.

"Ri..."

Raka dihadapkan dengan keadaan yang paling sering ia hadapi. Riani yang cemberut.

Riani melihat sesuatu cukup berserakan di bawah meja. Ia menunduk dan mengambilnya. Itu adalah surat dan foto-foto Raka di akademi. Itu membuatnya mengingat kembali awal mula dari segalanya.

"Siniin." Raka mengambil semuanya.

"Mas—"

"Ini nggak penting." Raka merampas semuanya dan membuangnya ke tempat sampah.

"Aku udah cerita semuanya, kan." Ucap Raka dengan suara lembutnya.

Sebersit senyum yang sempat hilang dari wajah Raka itu kembali.

"Kamu bersihin kamar aja, biar aku yang bersihin di sini, kopernya nanti ku bawa ke atas kalau kamu udah selesai, ya."

Riani tak mau mendebat Raka lagi, ia memilih menurut saja dengan Raka. Riani berjalan menaiki tangga dengan Raka yang melihatnya dengan ekspresi yang tak mudah dimengerti.

Raka berjalan ke arah tempat sampah. Ia membuka dan mengambil surat dengan tulisan tangan yang membongkar segalanya tanpa seizinnya.

Melihatnya, ia sangat ingin marah, tapi disisi lain itu juga kesalahannya. Raka menghela napasnya. Ia berjalan ke arah dapur, menyalakan kompor, dan membakar surat bertuliskan tangan itu. Surat itu lenyap dengan cepat.

Setelah membersihkan seluruh ruangan dilantai satu, Raka menaiki tangga menuju kamarnya.

"Ri, udah selesai belum?" Ucap Raka sembari membuka pintu.

Dirinya melihat ruangan itu sudah bersih, tapi Riani tak kunjunga keluar. Riani tertidur sembarangan di tempat tidur dengan memeluk beruang putihnya.

"Manisnya..."

Raka menidurkan Riani degan benar, menyelimutinya agar tetap hangat.

Ia mengecup puncak kepala Riani dan meninggalkan kamar. Menutup pintu dengan pelan agar tak mengusik damai perempuannya.

"Gue harus pesan makanan atau gue pesan bahan makanan buat beberapa hari ke depan?"

Raka mulai berpikir untuk mengambil alih pekerjaan yang biasa dikerjakan Riani, selama Riani tertidur.

Hari berganti malam. Rumah sudah kembali bersih. Hingga gorden dan sarung bantal kursi pun sudah berganti yang baru. Berbagai makanan siap di meja.

Riani terlihat keluar kamar dan buru-buru turun.

"Mas" Panggilnya panik.

"Ya" Sambil melepas epronnya Raka menghampiri Riani.

"Maaf, aku ketiduran, bentar, ku masakin sesuatu, a, apa masih ada bahan makanan, ku beliin ya, Mas?"

White TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang