Chapter 14

18 2 0
                                    

Riani masuk ke apartemennya. Setelah 1 bulan lamanya ia pulang ke rumahnya ia kini harus kembali pada aktivitasnya sebagai mahasiswa di negeri orang. Tinggal seorang diri, tidak kenal siapapun, perbedaan budaya, dan lain-lainnya.

Riani melepas sepatu dan menggantungkan jaketnya. Sesuatu jatuh dari kantong jaketnya. Sebuah amplop berwarna merah. Riani membukanya itu berisi foto pernikahannya, walaupun ia tidak tahu kapan fotografer mengambilnya kala itu. Riani membalik foto itu dan menemukan pesan singkat ditulis di belakangnya.

"Ri, ku berikan satu untukmu, siapa tahu nanti kamu berencana melihatku -Raka"

Riani tersenyum melihatnya. Ia menyandingkan foto itu bersama foto lainnya. Yang mana salah satunya, ada foto Rama bersamanya. Riani membiarkannya. Ia hanya ingin selesai dengan masa lalunya, bukan ingin membuangnya. Segalanya punya sisi berharganya masing-masing. Raka yang mengajarkan itu padanya.

Hari-hari berjalan seperti biasa. Hanya menjadi lebih sibuk untuk Riani. Riani menggunakan earphone-nya dan berjalan sambil membawa buku-bukunya.

"Ini jalan pulang, Mas."

"Tidak, jalan kaki aja, sekalian mau mampir buat belanja."

"Stok makanan, sama sesuatu buat di masak, kemarin-kemarin belum sempetkan."

"Udah, aku dah ke sana tadi."

"Bentar doang, tapi aku juga nggak ingat buat telepon Mas."

"Karena Mas Raka belum bisa menggeser keindahan Tokyo Tower di dihatiku." Riani mengucapkannya sembari tertawa pelan.

"Iya, kutunggu Mas Raka berhasil melakukannya, semangat bersaing dengan tower."

"Semangat kerjanya."

"Terima kasih"

"Iya, iya bercanda."

"Iya ulang."

"Love you too, Mas."

"Wa'alaikumussalam."

Raka. Menjadi satu-satunya yang bisa membuka pintu hati Riani yang sudah ditutupnya bertahun-tahun. Sangat sulit untuk Riani selesai dengan masa lalunya. Tapi Raka mengajarkan Riani untuk menerima segalanya dan menjadikannya bagian dari perjalanan hidupnya. Semuanya yang dimulai, akan pula berakhir. Raka tak meminta Riani melupakan masa lalunya atupun berhenti memikirnya. Yang ia lakukan menerima Riani dengan segalanya tentang Riani. Riani tak menemukan itu di setiap orang yang pernah ingin memilikinya. Tak perlu waktu lama, untuk Raka berhasil membuatnya jatuh cinta. Raka benar-benar membuktikan kata-katanya sekali lagi. Pernyataannya ia adalah orang yang tidak mudah menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya adalah benar adanya.

Dan tak perlu waktu lama pula, Riani akhirnya telah menjatuhkan hatinya kembali pada seseorang dengan kesederhanaan dan ketulusannya. Raka benar-benar menggambil tempat luas di hatinya. Segalanya dimulai saat dirinya tak ingin Raka meragukannya, tak ingin kehilangan Raka-nya. Cintanya masih terhitung dini, dibandingkan Raka. Tapi, Riani sudah berencana untuk mencintai Raka lebih dan lebih. Tidak peduli apa yang akan terjadi.

"Night, Ri" Raka memandangi Ipad-nya dengan senyum. Riani dengan matanya yang begitu lelah telah berbaring di tempat tidurnya sembari melakukan video call bersama Raka.

"Night, Mas"

"Jangan matiin dulu, tidur aja dulu, nanti aku yang matiin."

Perbedaan waktu 2 jam membuat Raka harus mengatur waktu, mengerjakan semua pekerjaannya sebelum terlalu larut. Agar ia bisa menghubungi Riani menyesuaikan waktu malam disana.

"Di sini udah mau jam 11, Mas Raka disana juga cepet tidur, jangan kerja sampai larut. Aku gak disana, nanti kerja terus nggak pakek istirahat." Dengan matanya yang sangat menahan kantuk, Riani masih sempat-sempatnya menasehati Raka.

White TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang