Chapter 11

24 2 0
                                    

Rian bergabung dengan Ana yang sedang menonton tv di ruang keluarga. Ia ikut mengambil cemilan yang ada ditangan Ana.

"Riani ikut kalian ke puncak?" Tanyanya.
"Enggak."
"Hmmm..."
"Kakaknya sakit, jadi Ria dari kemarin malam nginep di rumahnya. Terus hari ini katanya dia udah balik ke rumahnya Kak Raka. Tapi nggak enak juga sama keluarganya Kak Raka kalau keluar, kan dia baru aja tinggal disana. Dan, ada yang harus dibicarakan sama Kak Raka, jadi dia nggak bisa ikut nanti malam." Jelas Ana lengkap.

"Ribet ya rumah tangga." Bibir Ana berkedut geram mendengar ucapan playboy disampingnya.

"Serius gue nanya, lo beneran nggak tahu hubungan mereka sebelum Riani akhirnya nerima Raka?"
"Kagak Bang, dua rius deh, bahkan pernah kita nanya dan jawabannya Riani apa, 'gue nggak tahu Kak Raka, Kak Raka nggak tau gue' gitu." Jawab Ana dengan menirukan gaya bicara Riani.
"Gila, Raka-nya rapi banget nyembunyiin, si Riani misterius banget anaknya."

"Tapi gue nggak nyangka Abang juga andil dalam ini."

"Kita sebenarnya cuma dibilangin Raka, kalau ada cewek yang dia suka udah dari lima tahun yang lalu, tapi karena Raka nggak mau bilang siapa, ya udah, toh emang gitu orangnya. Terus, habis pulang dari Yogya dia bilang kalau mau ngelamar cewek itu, kita paksa dia ngomong karena itu udah ranah serius. Dan ya dia mau karena juga pengen denger tanggapan kita. Dan dia bilang itu Riani."

"Kaget nggak lo jadi gue. Si kulkas berjalan tiba-tiba ngomong mau serius sama anak orang, ada cewek cantik yang bolak balik nembak dia aja nggak dilirik sesenti pun."

"Kapan Kak Raka bilang dia suka Riani, Bang?"
"Habis dia ngabarin pengunduran dirinya dari akademi."
"Udah lama dong, gitu lo nggak bilang."
"Yeee, laki-laki yang dipegang omongannya, bego. Masalah, cerita diantara gue sama sahabat-sahabat gue itu rahasia. Ya cuman karena sekarang udah jelas aja mangkanya gue mau ngomong. Lagian apa gunanya gue ngomong ke lo, toh gue baru tau cewek itu Riani."

"Lo bilang ya kalau Riani nggak mau sama tentara mangkanya Kak Raka mundur?!" Desak Ana.

"Seriusan nggak sengaja gue waktu itu ngasih taunya, kirain Raka cuma nanya-nanya iseng. Dia nanya emang siapa sih Riani."
"Terus gue bilang 'Lo nggak usah coba deketin temen adek gue, apa lagi si Riani, nggak bakal mau dia sama lo, lo calon tentara' gitu doang."
"Diseriusin dong, dia keluar beneran dari akademi."

"Awalnya gue nggak ngeh, pas dia jelasin, cewek itu kayaknya nggak mau sama yang profesinya abdi negara. Gue sempet ngatain dia bucin."

"Tapi untung banget ada Riani yang jadi alasan sebenarnya Raka keluar dari akademi AL-nya. Kalau nggak gitu, dia juga bakal keluar tapi dalam kondisi cacat."

"Kenapa Bang?"

"Dia punya cedera dilutut 2 tahun terakhir, dan itu makin parah karena latihan militer jelas beratnya."

"Riani tahu?"
"Jelas tahu kalau tentang cederanya, yang waktu itu gue buru-buru ke rumah sakit, ya itu Raka ternyata operasi, dan waktu itu statusnya Raka udah ngelamar Riani secara pribadi, mangkanya Riani kayak kaget banget, karena Raka nggak ngasih kabar apapun ke dia, dan gue nggak berani ikut campur lebih jauh."

"Gue sama temen-temen lebih nggak tau apa-apa Bang, kita baru dikasih tahu waktu lamaran keluarganya Raka udah diterima sama Riani."
"Riani nggak bilang alasannya?"
"Nggak ada, lo tau sendiri, Riani tuh benar-benar menolak orang-orang yang nyatain cinta ke dia, kurang baik apa Bang, duta sekolah, ditolak sama si Riani."

Rian tersenyum, "Emang jodoh si, An, kalau gitu, si Raka bener-bener jaga dirinya, Riani juga, sekalinya Raka ketemu sama orang yang pas menurut dia, dia nggak main-main, langsung diseriusin. Riani juga anti banget main-main sama hubungan. Udah takdirnya."

White TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang