Chapter 30

17 2 0
                                    

Riani terduduk lemas dengan mata terpejam. Ditangannya tergenggam foto seorang laki-laki berseragam gagah. Surat-surat dan lembaran foto lainnya berserakan di meja.

Suara pintu terdengar terbuka.

"Assalamualaikum, Ri, aku pulang."

Suara Raka terdengar nyaring ditelinga Riani. Ia menghela napasnya berat.

"Ri" Raka bersikap seperti biasanya setiap kali pulang. Mencari Riani.

"Aku ada kabar bagus buat kamu, aku dapat—" Melihat Riani dengan ekspresi serius menatapnya, Raka menghentikan kalimatnya.

"Ada apa Ri?" Tanya Raka heran.

"Seberapa banyak yang kamu sembunyikan dari aku, Mas?"

Raka dibuat terkejut dengan nada bicara Riani yang berubah.

"Maksud kamu apa?"

Riani menunjukan foto ditangannya. Raka tak tahu bagaimana fotonya selama di akademi bisa berada ditangan Riani. Ia bahkan sudah membuang semuanya.

"Ri, a-aku—"

Riani mengambil semua yang ada diatas meja dan melemparkannya pada Raka. Foto dan surat-surat itu semuanya berserakan di lantai.

"Pura-pura polos kamu."

"Kurang apa aku? Aku cerita semuanya, bahkan hingga ke masa laluku, supaya diantara kita nggak ada saling curiga, gak ada saling salah paham. Kamu selalu bilang untuk tidak saling menyembunyikan apapun. Tapi apa, pembohong!"

"Kamu menyembunyikan hal sebesar ini dari aku, Mas? Sebesar ini? Kita udah satu tahun lebih nikah. Rapi banget kamu, Mas."

Raka hanya terdiam, hal yang ia sembunyikan selama ini telah terbongkar sebelum ia memiliki keberanian untuk mengatakannya.

"Ini bukan hanya tentang kamu yang mengundurkan diri dari akademi militer, Mas. Alasan kamu mengundurkan diri itu karena aku kan? KARENA AKU KAN, MAS, JAWAB!" Teriak Riani.

"Dan kamu sembunyiin semuanya, ini menyangkutku Mas, aku ada hubungannya dengan ini, dan disini hanya aku yang nggak tahu. HANYA AKU!"

"Pantas saja Papa terlihat tidak menyukaiku. Pernikahan kita nggak ada restu dari Papa—"

"Tidak, Ri, jangan berpikir seperti—"

"TENYATA AKU SELAMA INI SEPERTI ORANG BODOH, hanya aku, hanya aku yang tidak tahu apa-apa." Air mata Riani mengalir perlahan.

Raka mencoba mendekati Riani dan memegang tangannya. Tetapi Riani bergerak mundur.

"Kenapa Mas? Kenapa? Kenapa kamu melakukan ini, Mas? Kenapa kamu harus jadi orang lain demi aku, KENAPA?"

"Kenapa kamu harus merelakan masa depanmu hanya demi aku? Kamu harusnya melanjutkan pendidikanmu, lalu menikah dengan orang yang mau menerimamu apa adanya, menerima mimpi-mimpimu. BUKAN AKU!"

"Ri, dengerin aku, aku bukan menjadi orang lain tapi dengan ini aku jadi diriku sendiri."

"APANYA?! Jangan memutar balikkan fakta, Mas. Faktanya ini, ini, ini!" Riani memungut foto-foto Raka di akademi.

"Ini dirimu yang sebenarnya, Mas. Bukan Raka yang berangkat pagi pulang sore, pakai jas, duduk depan komputer."

"Kalau kamu terpaksa bilang saja terpaksa, kenapa bertahan?"

"RIANI" Raka meninggikan suaranya untuk menghentikan Riani. Tetapi, Riani sudah kehilangan rasa takutnya. Segala perasaannya yang mengebuh ingin dikeluarkan lebih besar daripada rasa takutnya.

White TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang