Chapter 24

12 2 0
                                    

Raka menunggu Riani sadar dengan sabar. Matahari mulai naik tetapi Riani belum membuka matanya. Dokter mengatakan dirinya hanya perlu menunggu Riani sadar.

Infeksi usus Riani kembali meradang. Raka semakin merasa bersalah setelah mengetahuinya. Tidak dipungkiri ini pasti karenanya. Melihat Riani yang terus menunggunya hingga tertidur di luar sudah cukup membuktikan Riani mengabaikan kesehatan dirinya sendiri. Yang seharusnya selalu menjadi prioritasnya.

Ponsel Raka berkedip. Telepon dari Gani.

"Raka kamu tidak ke kantor?"

"Riani masuk rumah sakit, Kak."

"Riani kenapa?"

"Sakit."

"Terus gimana keadaannya sekarang?"

"Masih nunggu sadar, dia pingsan semalam."

"Ya sudah, nggak papa, nggak usah ke kantor, urusan kantor gampanglah, jangan dipikir. Yang penting Riani sehat dulu."

"Beneran, Kak?"

"Iya."

"Makasih banyak, Kak."

"Iya, tapi jagain Riani yang bener loh."

"Ya kak." Raka menyudahi teleponnya dengan Gani.

Raka berdiri dan mengambil resep obat di meja.

"Ku tebus obatnya dulu ya, Ri." Pamit Raka.

Raka kembali dari apotek dengan membawa obat-obatan untuk Riani. Ia berpapasan dengan Rama yang diwajahnya masih tersisa memar dan perban yang membalut sebagian lukanya. Mereka saling tatap begitu lama.

"Ram" Raka mengawali, ia merasa ia yang harusnya lebih dewasa disini.

"Gue minta maaf buat apa yang gue lakuin ke lo."

Rama menatapnya tajam.

"Lo jadi ke rumah sakit, karena itu kan, Riani-"

"Lo ngapain disini?" Balas Rama tajam.

"Buat siapa itu obat-obatan? Lo tinggal sama orang lain selain Riani?"

"Buat Riani."

"Sialan lo!" Rama mencengkeram kera Raka dan Raka tak melakukan perlawanan apapun.

"Gue-"

"Gue nggak butuh penjelasan lo. Riani sakit pasti gara-gara lo, Sialan!"

"Bang Vico, ngebesarin Riani bukan buat lo seret kayak kemarin!"

"Gue rela dipukulin demi Riani, bukan biar lo bisa bentak-bentak dia!"

Rama berbisik dengan nada mengancam disamping telinga Raka.

"Gue gak ngelakuin perlawanan ke lo, bukan berarti gue kalah. Lo selamat karena Riani cinta sama lo."

"Tapi sekali aja, Riani bilang, dia sakit hati karena lo, gue dengan senang hati rebut Riani dari lo. Gue nggak peduli disebut bajingan asal itu demi Riani."

"Inget kata-kata gue!"

Rama melepaskan cengkramannya.

"Sejak awal Riani milik gue, lo cuma pendatang." Tegasnya lagi

Rama meninggalkan Raka begitu saja dan Raka pun juga hanya bisa terdiam ditempat.

Tak lama ia kembali ke ruangan Riani. Ia masih saja terdiam, pikirannya dipenuhi dengan perkataan Rama. Ia mungkin dimaafkan oleh Riani, tapi perbuatannya tetap tidak termaafkan.

White TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang