Love Destiny - 12

3.3K 180 15
                                    

Happy Reading!!!

***

“Mas nunggu lama, ya? Maaf,” ringis Aruna tak enak hati begitu mendudukan diri di jok penumpang depan, bersampingan dengan Bian yang memegang kemudi.

Satu kecupan Aruna berikan seperti biasa, membuat Bian menarik kedua sudut bibirnya ke atas, lalu mengusak rambut Aruna gemas. Bian selalu suka dengan yang dilakukan Aruna setiap kali mereka bertemu. Perempuan itu tidak naif seperti kebanyakan perempuan, namun bukan berarti Aruna murahan. Tidak. Perempuan itu bersikap sewajarnya memperlakukan pasangan. Nilai plus yang Bian beri untuk sosok Aruna yang kini telah menjadi tunangannya, meskipun sempat dirinya sesali akibat kalimat Mario malam itu.

Tapi kini Bian tidak akan ragu lagi. Ia sudah memutuskan bahwa Aruna akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Lagi pula apa yang bisa Bian harapkan dari masa lalunya? Zinnia-nya telah bahagia. Dan Bian pun ingin merasakan itu juga. Bersama Aruna, Bian akan membangun kebahagiaan itu. Untuk mimpi sialannya, Bian akan berusaha mengabaikannya. Ia yakin lambat laun akan berhenti dengan sendirinya. Seperti beberapa tahun lalu.

“Gak apa-apa kok. Baru beberapa menit doang,” ucap Bian tidak sama sekali keberatan. Toh ia pernah menunggu lebih lama dari ini. Bahkan tanpa kepastian, hingga akhirnya dirasa tidak ada harapan lagi.

Tapi ya sudah lah, Bian tidak ingin mengenang masa lalu lagi. Sudah cukup. Saatnya sekarang Bian mengejar kebahagiaannya, seperti kebahagiaan yang sudah Zinnia punya. Walau jujur, ada setitik tak rela yang menghinggapi hatinya.

“Makan dulu apa mau langsung pulang?” tanya Bian seraya melajukan mobilnya meninggalkan latar parkir bank swasta yang menjadi tempat Aruna bekerja.

“Ayam bakar madu. Lapar banget aku,” jawab Aruna dengan nada manja seraya mengelus perut ratanya yang kebetulan berbunyi. Membuat Aruna meringis malu. Sementara Bian tertawa dan mengulurkan tangan untuk kembali mengusak gemas rambut sang tunangan. Menurutnya Aruna itu lucu. Sedikit kekanakan, dan tidak malu mempertontonkan kemesraan. Bian jadi merasa di banggakan. Meskipun Aruna tidak dengan sengaja memamerkannya.

Ah, entahlah, yang jelas Aruna itu menggemaskan. Bian jadi tidak merasa bosan setiap kali mereka bersama. Ada saja hal yang akan mereka bahas. Ada saja lelucon yang membuat mereka tertawa. Dan tak lupa kemesraan pun tidak hilang dari kebersamaan mereka. Seperti sekarang.

Setibanya di café yang menjual ayam bakar madu seperti yang Aruna inginkan, mereka tidak canggung melayangkan godaan dan saling suap-suapan. Membuat beberapa orang di café mencuri lirik, merasa iri dengan kebahagiaan sepasang manusia yang seakan lupa bahwa dunia bukan milik mereka saja.

Tatapan iri itu salah satunya di berikan Zinnia yang kebetulan berniat makan di sana juga. Tidak sendiri, melainkan bersama Ashlyn dan Mario yang setelah bertemu dengan Ashlyn tidak memutuskan untuk lari sebagaimana yang dilakukan Bian kemarin. Mario justru mendekat, mengajak gadis berusia sembilan tahun itu berkenalan, hingga kemudian mereka bermain bersama. Bahkan Mario sempat membantu Ashlyn mengerjakan pekerjaan sekolahnya. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk keluar mencari makan. Tidak menyangka di café yang ingin mereka kunjungi ada Bian dan tunangannya juga.

“Kita makan di tempat lain aja ya, Nak? Di sini penuh. Pasti lama nunggu makanannya,” bujuk Zinnia lembut pada anaknya.

“Tapi ayam bakar madu di sini enak, Ma,”

“Iya, lain kali aja makan ayam madunya. Sekarang kita makan yang lain dulu. Ashlyn mau makan apa? Mama bebasin deh untuk malam ini.” Yang penting pindah tempat. Zinnia tidak ingin lebih lama lagi menyaksikan dua orang di depan sana. Rasanya sesak. Hatinya tidak sekuat itu.

Dan Mario yang seakan paham perasaan Zinnia ikut membujuk Ashlyn, hingga akhirnya gadis itu setuju untuk makan di tempat lain meski sedikit terpaksa. Mungkin anak itu tahu bahwa di tempat ini dia akan bertemu dengan ayahnya. Sayangnya Zinnia sedang ingin egois, mementingkan perasaannya di bandingkan kebahagiaan anaknya. Tapi Mario memaklumi. Setelah mendengar semua cerita Zinnia dan kehidupannya sepuluh tahun ini, Mario tahu perempuan itu tidak baik-baik saja. Semakin tidak baik-baik saja dengan mengetahui fakta seseorang yang diharapkan sudah tidak lagi mengharapkannya.

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang