Hai guys, mau curhat bentar.
Ceritaku yang judulnya (Not) Sugar Baby di plagiat orang.
Ceritanya dia ubah jadi boy love, tapi isi ceritanya percis sama.
Mulai dari blur dan semua episodenya.
Bantu laporkan ya, biar para plagiat gak memiliki panggung. Biar jera juga.
untuk akun dan judulnya kalian cek di lapak (Not) Sugar baby. Aku udh cantumkan akun yg plagiatnya.
Bisa kalian nilai juga seberapa mirip ceritanya dengan cerita punya aku.Terima kasih
Happy Reading!!!!
****
Beberapa hari ini Zinnia sedang senang berdiri di depan jendela lantai dua rumah orang tuanya. Bukan tanpa alasan Zinnia melakukannya, karena tentu saja ada objek yang membuatnya melakukan itu. Dan ini sudah hari ke lima Zinnia melakukannya. Berdiri di depan jendela ruang keluarga yang ada di lantai dua. Ruangan yang dulu selalu digunakan keluarga Ferninand menghabiskan waktu bercengkerama bersama, tapi ruangan itu tidak lagi dengan fungsi yang sama seperti bertahun-tahun lalu. Sebab kini lantai satu lah yang sering di gunakan. Apalagi dengan kondisi sang kakek yang sudah tidak segagah dulu. Pria tua itu malas jika harus naik turun, sekalipun lift tersedia di rumah tiga lantai ini.
Sejak kembali ke rumah ini, Zinnia menggunakan ruangan luas itu untuk bersantai sambil membaca atau menonton drama-drama yang membuatnya penasaran. Sejak tidak lagi menjual bunga, Zinnia memang jadi memiliki banyak waktu luang. Dan itu cukup membuat Zinnia merasa bosan. Terlebih ketika Ashlyn pergi sekolah, kakeknya istirahat, dan ibunya meninjau beberapa usaha yang dimiliki wanita paruh baya itu. Sementara ayah dan adiknya tentu saja pergi ke kantor dengan kesibukan yang menggunung.
Namun sekarang Zinnia bukan ada untuk membaca atau menonton tv seperti biasanya. Tidak juga karena dirinya kesepian gara-gara tidak ada teman. Ashlyn berada di kamar mengerjakan tugas sekolah, sementara yang lainnya berada di lantai bawah. Bercengkerama setelah menyelesaikan makan malam mereka.
Sebenarnya alasan Zinnia tidak ikut duduk bersama keluarganya adalah untuk menemani Ashlyn mengerjakan tugas sekolahnya. Tapi yang Zinnia lakukan malah justru berdiam diri di dekat jendela. Menatap sosok yang ada di luar pagar sana. Bian. Pria itu belakangan ini jadi sering datang. Berdiri di sana sambil sibuk menghubunginya.
Beberapa kali Bian juga meminta satpam menyampaikan tujuannya untuk bertemu Zinnia. Tapi tidak pernah ada yang berani melakukan itu tanpa persetujuan sang tuan rumah, bahkan membukakan gerbang pun tidak dilakukan sebelum ada titah dari dalam rumah.
Namun ketika Ashlyn menghampiri, Bian hanya akan masuk sampai teras depan. Anak dan ayah itu akan bermain di sana sejenak untuk melepas rindu. Lalu setelahnya Bian akan pamit pulang ketika di rasa waktu semakin beranjak malam, dan Bian tahu anaknya harus masuk lalu istirahat.
Bian tidak pernah berani menerobos masuk, pria itu juga tidak melakukan pemaksaan apa-apa untuk bertemu dengan Zinnia. Bian melakukannya dengan memohon lewat surat yang selalu Ashlyn sampaikan padanya. Berharap Zinnia luluh dan mau nememuinya dengan sukarela. Namun Zinnia tidak pernah menghampirinya.
Bukan tidak ingin, Zinnia hanya tidak mampu jika harus membuat ayahnya kembali kecewa. Zinnia ingat apa yang ayahnya katakan ketika ia kembali pulang ke tengah-tengah keluarganya. ‘Janji sama Papi ya, Zi? Jangan menemui laki-laki itu lagi. Janji sama Papi untuk tidak berurusan lagi dengan laki-laki itu. Urusan dia cukup hanya sekadar Ashlyn saja. Kamu … tidak ada lagi hubungannya dengan dia.’ Dan Zinnia sudah menyetujuinya. Maka dari itu, Zinnia tetap diam sekalipun raganya ingin sekali berlari dan berhambur ke dalam pelukan Bian.
Sejak malam di mana ibu Bian datang dan meminta maaf padanya, Zinnia semakin memiliki keinginan untuk memeluk Bian. Dan restu yang Alin berikan membuat Zinnia ingin sekali menemui kekasih masa remajanya itu. Tapi Zinnia menahan diri untuk itu, tidak peduli Alin mengatakan bahwa keadaan Bian belakangan ini benar-benar menyedihkan. Zinnia sudah terlanjur janji, dan ia tidak ingin membuat ayahnya kecewa lagi. Jadilah Zinnia memilih mengurung diri di dalam rumahnya, sekali pun ibu dan kakeknya membuju untuk menemui Bian barang sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
General FictionDiawali dengan kenikmatan, lalu berakhir dengan kekecewaan semua orang. Cinta itu kadang menyesatkan. Hadirnya bukan semata untuk memberi kebahagiaan, sebab derita pun menjadi bagian di dalamnya. Banyak hal yang Zinnia korbankan. Banyak pula penderi...