Love Destiny - 3

4.6K 199 5
                                    

Happy Reading!!!

***

Bian tidak pernah tahu apa rencana Tuhan untuk kehidupannya. Namun sepuluh tahun hidupnya terasa monoton, kini akhirnya ada perubahan, yang meski tidak besar, tapi tetap Bian syukuri. Atau memang patut dirinya apresiasi?

Kehadiran Aruna yang belakangan mengisi kekosongan hati membuatnya sedikit demi sedikit mau membuka diri, meskipun hingga saat ini kejombloan yang kerap menjadi ledekan teman-temannya belum sepenuhnya bisa Bian lepaskan. Tapi setidaknya kini ada yang berubah dari hidupnya. Tidak lagi datar seperti sebelumnya. Tidak lagi berputar seputar pekerjaan dan kumpul-kumpul bersama teman. Menghabiskan waktu luang dengan bersenang-senang, walau sejujurnya tidak begitu Bian nikmati. Tapi demi mempertahankan kewarasan, Bian ikuti kegilaan teman-temannya.

Sekarang perasaannya tidak lagi merasa sepi karena kehadiran Aruna berhasil menariknya dari kesunyian. Suara merdu Aruna seakan menjadi simponi baru yang memberinya secercah cahaya, petunjuk jalan untuknya keluar dari kegelapan. Hingga kini Bian merasa kembali memiliki tujuan. Tujuan untuk meraih kebahagiaan yang beberapa tahun ini sempat padam.

Namun sebelum itu masih ada harapan untuk bertemu dengan sosok dari masa lalunya. Ada perasaan yang harus dirinya selesaikan agar kelak tidak menjadi beban. Ah, lebih tepatnya agar dirinya tidak terbebani. Sebab ternyata itu membuatnya tidak berani mengambil langkah semakin jauh untuk memberi kejelasan mengenai hubungan yang ingin sekali dirinya mulai dengan Aruna, yang beberapa bulan ini telah dirinya pertimbangkan.

Tapi sepertinya Bian memang tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Bukan hanya Aruna yang butuh kejelasan, hatinya pun mendorong untuknya mengambil tindakan. Tindakan yang entah nanti akan di sesalinya atau justru dirinya syukuri.

Namun dengan adanya dukungan dari orang tua membuat Bian akhirnya memutuskan untuk mengajak Aruna pacaran. Dan itu sudah berlangsung satu bulan dari tiga bulan mereka saling mengenal.

Kebahagiaan tentu saja Bian rasakan. Tapi jauh di sudut hati terdalam ada kosong yang tidak bisa di gapai oleh Aruna.

Bian tahu kekosongan itu, hanya saja Bian berusaha mengabaikannya, memilih menjalani hari seperti yang dirinya ingini. Lagi pula tidak mungkin Bian harus berhenti di sini, di saat sebuah harapan telah dirinya berikan. Bian tidak ingin mengecewakan Aruna, tidak pula ingin membuat orang tuanya murka karena bertindak berengsek dengan menyakiti perempuan sebaik Aruna. Toh Bian yakin, lambat laun kekosongan itu akan hilang. Terganti dengan kenangan baru yang tercipta dengan Aruna, sang fajar yang telah berhasil menembus kebekuan hatinya dengan kehangatan yang perempuan itu miliki.

“Mas Bian, yang ini bagus gak?”

Suara lembut itu menyadarkan Bian dari lamunannya, membuat kepalanya segera mendongak, dan Bian sontak di buat terpesona oleh sosok Aruna yang berbalut gaun hitam sederhana yang menampilkan pundak sempitnya yang putih dan mulus. Belum lagi lekuk tubuhnya yang sempurna dengan beberapa tonjolan di tempat yang tepat. Bian sampai sulit menelan ludahnya sendiri yang tiba-tiba terasa keras. Namun untuk membuang segala pikiran tak sopannya, Bian berdeham pelan, lalu memberikan acungan jempol demi mengutarakan penilaiannya.

“Cantik.”

Dan pujiannya itu berhasil menghadirkan semburat merah di wajah Aruna yang semakin bertambah cantik. Bian selalu suka melihatnya. Sayangnya kali ini ia tidak bisa melancarkan ciuman gemasnya seperti biasa mengingat butik yang disinggahinya ini cukup ramai oleh pelanggan. Bian hanya harus puas memujinya dengan kalimat saja untuk saat ini.

“Kalau gitu aku pilih yang ini aja, ya?” tanyanya seakan meminta persetujuan.

Bian tentu saja mengangguki. Lagi pula Bian penasaran akan sesempurna apa penampilan kekasihnya di hari ulang tahun perempuan itu sabtu malam nanti. Bian sudah menyiapkan kejutan. Dan ia berharap bahwa malam itu akan menjadi malam spesial untuk Aruna juga dirinya sendiri.

Usianya yang hampir menginjak angka tiga puluh –dua tahun lagi, membuat Bian merasa bahwa bukan lagi waktunya untuk main-main. Ia ingin hubungan yang serius. Maka dari itu, rencananya di hari ulang tahun Aruna nanti Bian akan mengutarakan keinginannya mengikat perempuan itu dalam sebuah pertunangan sebelum membicarakan lebih lanjut hubungan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Bian berharap bahwa Aruna tidak keberatan dirinya persunting secepat ini.

Selesai melakukan pembayaran untuk gaun yang akan Aruna kenakan di hari ulang tahunnya nanti, Bian melajukan kendaraannya menuju restoran sebelum kemudian memutuskan mengantar kekasihnya itu pulang. Hari sudah malam, dan lelah semakin terasa, karena sebelum mengunjungi butik mereka harus berkutat dengan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja, mengingat baik Bian maupun Aruna hanyalah karyawan di perusahaan milik orang lain, yang mana mereka tidak bisa seenaknya maminta izin hanya untuk sekadar mencari gaun.

Beruntung saja Aruna tidak begitu ribet dalam memilih pakaian. Perempuan itu termasuk sosok yang simple, membuat mereka tidak perlu keluar masuk dari satu butik ke butik lain untuk sekadar mencari yang cocok. Toh selama ini Bian merasa Aruna cocok-cocok saja mengenakan apa pun. Perempuan itu selalu terlihat cantik dan memesona di setiap harinya. Hal yang membuat Bian tidak rela perempuan itu dimiliki pria lain jika dirinya terlalu lama menggantung ketidak jelasan status diantara mereka.

Sekarang Bian sudah sedikit lebih lega karena Aruna telah menjadi kekasihnya, meskipun sadar bahwa tikungan selalu ada di mana-mana. Tapi selama hati mereka tertaut, tidak perlu ada yang mereka khawatirkan ‘kan?

“Udah sampai,” kata Bian sedetik setelah mobilnya berhenti di depan pagar rumah Aruna yang sepi. Mungkin penghuni lainnya sudah istirahat mengingat ini sudah lewat jam sembilan malam.

“Iya. Kalau gitu aku turun, ya? Terima kasih untuk gaunnya, dan terima kasih udah antar aku pulang,” ucapnya dengan tulus seraya memberikan satu kecupan di pipi Bian seperti yang biasa selalu dilakukan saat mereka bertemu atau ketika akan berpisah, atau hanya untuk sekadar ungkapan terima, lalu diakhiri dengan senyum lembut yang menjadi favorite Bian sejak pertama kali mereka bertemu.

Senyum yang terlihat begitu cantik, hingga membuatnya enggan berpaling. Bahkan Bian tertarik pada Aruna karena senyum itu. Alasan yang membuatnya mau mempertimbangkan keinginan sang mama untuk mengenal perempuan itu lebih jauh. Padahal sebelum-sebelumnya Bian hanya akan bertemu sekali, setelahnya ia akan mengatakan bahwa dirinya tidak tertarik pada perempuan yang coba ibunya kenalkan. Tapi Aruna berbeda. Bian langsung memberi penilaiannya yang terkesan, meskipun tidak langsung mengutarakan ketertarikan. Tapi nyatanya Bian tidak menyudahi pertemuan mereka setelah pertemuan siang itu, karena selanjutnya ada pertemuan-pertemuan lain yang kebetulan sampai yang mereka rencanakan. Hingga kini hubungan mereka memiliki status meskipun baru pacaran sebulan.

Jangan di tanya bagaimana respons orang tuanya ketika Bian menceritakan pertemuannya dengan Aruna hari itu. Sang mama berbinar semangat mendengar penilaiannya tentang Aruna. Alin bahkan sampai mencibirnya yang sempat mengatakan tidak tertarik sebelum benar-benar bertemu dengan sosok Aruna yang ibunya kata begitu cantik.

Ah, ibunya itu kadang-kadang memang menyebalkan. Atau mungkin lebih keseringan menyebalkannya? Entahlah yang jelas untuk pertama kalinya Bian tak jengah dengan sindirian wanita setengah abad kesayangannya itu.

Berterima kasih lah pada Aruna yang berhasil membuatnya tertarik. Karena andai tidak, Bian pastikan sampai hari ini, menghindar dari Alin adalah kegiatan yang akan selalu Bian lakukan sesering ibunya itu merongrongnya perihal pasangan dan pernikahan. Bian juga meyakini bahwa sang ibu tidak akan berhenti untuk menyodorkan anak perempuan teman-teman arisannya hingga Bian mengatakan 'ya' pada pilihan ibunya.

Sebenarnya selama ini perempuan yang ibunya kenalkan cantik-cantik, berpendidikan dan menarik. Tapi tidak ada yang membuat Biar tertarik seperti dirinya tertarik pada Aruna. Mungkin karena saat itu Bian masih begitu dalam terjebak pada masa lalunya hingga ia tidak berusaha sedikitpun untuk mencoba membuka diri. Sementara ketika bertemu dengan Aruna, sedikit demi sedikit Bian sudah mulai menyadari bahwa dia yang memilikinya di masa lalu telah meninggalkannya jauh, dan mungkin telah bahagia dengan kehidupannya yang baru.

Bian tidak bisa menunggu dalam ketidak pastian terus menerus. Sepuluh tahun telah berlalu, sudah saatnya Bian membuka lembaran baru dengan sosok yang baru pula. Dan Aruna menjadi semoga yang mulai hari ini Bian sebutkan dalam doa.

***

Sampai di sini bagaimana guys, sudah mulai nyaman dengan ceritanya? Atau justru belum?

Aku harap kalian gak memutuskan untuk berhenti, ya 🥺

See you next part!!

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang