Pembalasan Kemarin

105 18 18
                                    

"ris bayarin gue dulu dong gue belom gajian, kalo udah gajian gue bayar deh" minta Amara dengan wajah memelas, ia tak berbohong, ia benar-benar tak punya uang saat itu.

"ah nggak ah" tolak Risa tanpa basa-basi sedikitpun, Amara hanya bisa terdiam lesu karena ketiga sahabatnya tak mau meminjamkan uang kepadanya, padahal ia tau jika mereka butuh pasti ia kan meminjamkan uangnya, bahkan tak pernah ia meminta uangnya dikembalikan.Sampai akhirnya Alea tiba di meja geng Karen,mereka membayar uang kas satu persatu kecuali Amara. ia menatap acuh kepadanya seolah ia tak akan berbelas kasih kepadanya. "lo kurang lima ribu lagi"

"gue nggak punya uang anjir, itu doang" ketus Risa.

"oo beneran? gue denger-denger lo baru dapet warisan banyak lo, tiap habis sekolah lo juga nonton bareng Karen, masak sih lima ribu doang nggak bisa bayar?"

"D-dari mana lo tau, kok bisa lo tau?" tanya Risa tak menyangka, padahal ia tau yang mengetahui hal itu hanya mereka berempat, bagaimana Alea mengetahui semua itu.

"nggak penting gue tau dari mana, yang penting lo bayar. nggak lucu kan orang kaya, tapi nggak bisa bayar lima ribu" sindir Alea, tak lupa ia tersenyum dengan penuh kemenangan seolah ia sudah membalas kejadian kemarin saat di taman.

   Mau tak mau ia harus memberikan uang lagi dari pada ia malu " ck nih nih, beban banget sih lo"

"lo yang beban kali, nunggak mulu sampai harus gue yang nagih. kali-kali kalo mau berangkat sekolah itu ngaca dulu. punya kaca kan?" sindir Alea sambil menyeringai mengejek Risa hanya dengan ekspresi wajahnya.

"KURANG AJAR YA LO!!"

"nggak usah ngajak ribut dulu deh gue sibuk dan nggak mood ngurusin lo" tegas Alea disertai sorot matanya yang seketika berubah menjadi dingin membuat Risa mengurungkan niatnya untuk beradu mulut.

"duit kas" tagih Alea kini beralih kepada Amara. gadis itu nampak terdiam sesuai dugaannya namun ia menunggu penjelasan walaupun ia sudah tau jawabannya.

"gue belom punya uang"

"kalo udah punya uang bayar, paling lambat sampe minggu depan" Jawab Alea sambil menghitung uang yang sudah ia dapatkan tadi. Amara mendongak ke arahnya dengan tatapan kaget, bukan hanya dia, namun satu geng Karen ikut kaget karena tak mungkin seorang Alea meloloskan orang yang tak membayar kas, apa lagi dengan alasan Amara yang tidak punya uang.

"kok lo pilih kasih sih" kata Karen emosi, Alea hanya meliriknya sekilas lalu fokus menghitung uang.

" heh budeg, gue ngomong sama lo ya"

"oh gue,serarusnya lo seneng dong temen lo gue bebasin, kok malah marah" sindir Alea lagi dengan senyuman liciknya, entah mengapa ia sangat ingin melihat mereka tersulut emosi.

"nggak gitu lah, yang lain lo paksa bayar, tapi kenapa Amara nggak hah" sentak Karen kecang sampai seluruh murid di kelas memandangi mereka.

    Alea tak terlihat ketakutan sedikitpun pada saat itu, ia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya seolah heran dengan sikap karen yang tak paham, padahal dulu ia tau gadis itu paling pandai mengamati situasi. ia meletakkan bukunya di meja lalu menatap karen tanpa rasa takut " itu karena mereka cuma alesan aja, beda sama Amara"

"maksud lo?"

"masak lo nggak tau kehidupan Amara? padahal kalian udah temenan sama Amara udah lumayan lama, tapi kenapa kalian masih nggak ngerti?" kata Alea dengan berakting dengan polos, namun di dalam hatinya ia merasa sangat senang melihat ekspresi Karen yang terlihat sangat kesal.

    Alea memegang bahu gadis itu lalu mendekatkan wajahnya sambil berbisik "keknya lo nggak beneran sahabatan satu sama lain ya,mungkin sebentar lagi salah satu dari kalain akan keluar"

"LO!!"

   Alea mundur sambil tersenyum lagi, kali ini tatapannya sanggup mengintimidasi Karen." bisa dong bedain orang yang beneran yang nggak punya duit sama yang alesan doang" ia langsung berbalik menuju bangkunya, masa bodoh dengan apa yang dikatakan Karen, yang penting hari ini ia sudah melaksanakan tugasnya.

"bagus Al" puji Saga bangga, walaupun agak menyakitkan.

"hm?"

"nggak juga, gue cuman nggak suka persahabatan yang toxic kayak gitu, untung kita udah keluar ya" ucap Alea lega, dulu mereka harus mengikuti dimana pun mereka ingin pergi, padahal ia tau jika Afra dan dirinya termasuk strict parents.

"trus ketemu cogan-cogan kek kita kan" ucap Eza sok kepedean dan parahnya lagi Saga ,Ryan dan Tara ikut berpose ala-ala jamet.

   Alea dan Afra melihat kelakuan yang semakin hari semakin aneh seketika menatap mereka sinis, kenapa juga mereka berdua harus bertemu dengan keempat cowok yang modelnya seperti mereka. "temen lo makin aneh si Al"

"dih temen lo juga ya maemunah"

    Sepulang sekolah Alea sedang menunggu Mareta yang sedang mengurus beberapa tugas yang belum tuntas, ia menunggu di depan lab komputer sambil membaca buku untuk mengusir kebosanannya. " loh belom pulang Alea" ia menatap ke depan dan mendapati sesorang gadis bertubuh berisi sedang berdiri di depannya, tanpa meminta izin dia langusung duduk di samping sampingnya

"ni kenapa juga si Dela duduk disini" batin Alea kesal, namun sebisa mungkin ia mengendalikan ekspresinya supaya tak terlihat jelas.

"eh tadi gue denger ya Amara nggak bisa bayar duit kas?" tanya Dela.

"iya" jawab Alea singkat, niatnya supaya Dela tidak mengajak bicara lagi, karena ia tau jika mereka terus-terusan meladeni omongan cewek itu pasti semakin lama akan membicarakan seseorang dan tentunya bukan tentang yang baik, namun keburukan maupun kekurangan seseorang.

"si Amara ternyata miskin ya, bayar duit kas lima ribu doang nggak bisa" sudah Alea duga Delia pasti mengatakan itu, ia tak tau kenapa cewek itu sering sekali mengejek kekurangan seseorang,seharusnya ia berkaca karena setiap orang juga punya kekurangan masing-masing.

"dia belum gajian" bela Alea yang sudah kesal dengan ocehan Dela yang tak ada gunanya, ia juga tak tau mengapa bibirnya tiba-tiba membela Amara, seharunya ia senang mendengar itu, tapi kenyataanya dari dalam lubuk hatinya ia tak suka jika ada yang menjelek-jelekan Amara.

"what dia kerja? pfft berati dia beneran miskin dong, sampe dia kerja. ckckck beban kelas ya" jawab Delia dengan gelak tawa yang seolah mengejek keadaan Amara saat ini, ingin sekali ia menyumpal mulut gadis itu dengan batu bata supaya bisa diam, namun tak mungkin ia melakukan itu di dalam sekolah.

"gue masuk dulu mau nemenin Mareta dulu" pamit Alea, itu hanya alasan belakangnya saja supaya bisa pergi dari sana, rasanya ia tak bisa menahan emosinya jika ia terus-terusan berada disamping cewek itu.

"sebentar Al"

"apa" tanpa menunggu lama Delia mendekat kearahnya sambil berbisik " mendingan lo nggak usah temenan sama Mareta deh kalo saran gue, nanti ketularan miskin lho" ucap Delia lalu langsung pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.

   Alea menatap punggung Dela dari belang dengan tatapan penuh dendam, tangannya mengepal seperti menahan amarahnya "Kurang Ajar" ucapnya, untung saja akal sehatnya masih ada, kalau tidak mungkin saat ini ia akan melompat lalu menendang kepala cewek itu supaya bisa kembali berpikir dengan apa yang dilakukan selama ini.

"lho Al tadi ngomong sama siapa?" tanya Mareta. ia terkejut saat cewek itu tiba-tiba saja sudah muncul di daun pintu, ia berharap sahabatnya tak mendengar apa yang dikatakan Dela. ia tak ingin sahabat yang paling ia sayang sakit hari hanya karena ucapan omong kosong dari mulut Dela.

"aha nggak kok, udah kan? pulang yok" aja Alea untuk mengalihkan pembicaraan.

   Lalu pada saat jalan menuju jalan besar sialnya ia berpapasan dengan Delia, ia metap Alea dan Mareta dengan tatapan kasian, ia tau bukan hanya kasian yang ia pikirkan, namun tersirat sebuah penghinaan dalam tatapan itu."gue nggak akan tinggal diem, liat apa yang gue lakuin kalo lo melampaui batas"

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang