Bukan Alea tapi Lea

81 18 19
                                    

 Alea nampak terkejut dengan penampilannya, ia mematung di depan cermin untuk sementara waktu, rasanya seperti ada gambar menempel di cerminnya, mana mungkin gadis didepan cermin adalah dia. " anda yakin yang didepan cermin adalah saya? " tanya Alea yang masih tak percaya.

 ia tak bisa berkata-kata sat melihat rambutnya yang tergerai dengan indahnya dihiasi dengan pita warna biru langit. ditambah lagi dress yang juga berwarna biru bergradasi hitam kesukaan membuatnya tak berhenti memandangi nya, dan yang paling membuatnya senang adalah kalung bulan sabit yang melingkar di lehernya.

" kesan polos dan lugu sangat cocok untuk nona, sehingga menampilkan kesan seperti boneka. Apa anda ingin berganti penampilan? sepertinya nuasa dewasa juga bagus untuk nona"

"ahaha jangan, gini aja udah bagus" tolak Alea pelan, walaupun sebenarnya ia juga ingin menggunakan baju yang membuatnya dewasa.

"kalau begitu mari kita menemui Tuan dan nyonya"

"okeh" Sesekali ia memandangi penampilannya di depan cermin setelah wanita itu keluar, lagi-lagi ia tak menyangka jika dia dirias ia tak terlalu kelihatan dingin, mungkin efek make-up membuatnya seperti boneka hidup.

-Restoran-

   Baru saja Alea tiba ia sudah disambut oleh beberapa pelayanan disana, ia berjalan mengikuti pelayanan itu sambil melihat-lihat sekitar. Pemandangan yang indah serta interiornya yang mewah membuat kedua kakinya gemetar seketika, mungkin seumur hidupnya ia tak akan pernah makan di restoran semewah ini.

" Lea... " panggil kedua suami istri itu dengan lembut.

"ayo kak Lea duduk samping Tigo" ucap anak laki-laki yang masih kecil itu.

"loh Tigo udah bisa bahasa Indonesia tan? " tanya Alea yang masih syok mendengar sepupunya yang notabenya tinggal di luar negeri dan menggunakan bahasa Inggris. ia masih ingat betul tahun lalu ia tak bisa berkomunikasi kasi dengan sepupu lucunya ia karena keterbatasan bahasa.

"oiya dong, tante sendiri yang ngajarin Tigo belajar bahasa Indonesia dong, biar bisa komunikasi sama kamu"

Ia menengok Anak laki-laki blesteran itu dengan gembiranya, ia bahkan tak henti-hentinya mencubit pipi anak laki-laki itu saking gemasnya " Tigo pinter banget deh, kakak jadi sayang deh "

"Tigo juga sayang banget sama kakak" ucap Tigo yang masih belum fasih, maklum saja bagi anak yang masih kecil belum bisa berbicara fasih, belajar dua bahasa saja sudah luar biasa bagi Alea.

"Alea... " panggil pria itu dengan lembut.

"ya om? "

"kamu disini bukan Alea, tapi Lea " kata pria itu disertai dengan senyuman yang penuh arti.

 Alea yang sudah mengerti maksud omnya membuat raut wajahnya berubah menjadi tajam dan dingin. Lea adalah kepribadian yang diciptakan oleh Alea dan keluarga itu saja. " seharusnya begitu masuk kamu langsung bersikap seperti Lea saja, biar tak ada yang meremehkanmu tadi" ucap wanita itu yang tadi menyadari raut wajah pelayan itu seperti meremehkan keponakannya.

"ah Lea lupa dengan identitas saya yang ini, rasanya sudah lama tidak memakai kepribadian ini" ucap Alea sambil menyeringai.

"kamu pesan lah apa yang kamu mau" ucap wanita itu.

"hm sebenarnya pengen wine, karena mood Lea sedang nggak bagus, mending pesen es krim aja deh"

"okeh, pelayanan" panggil pria itu, langsung salah satu pelayan yang berdiri di belakang mereka menghampiri mereka.

"oke sambil nunggu Lea mau tanya, kenapa tiba-tiba Om dan tante manggil Lea? "

"hm seperti biasa kamu selalu tanggap ya" kata wanita itu sambil meminum wine yang sudah ia pesan sejak tadi.

" bagaimana keadaan ayahmu? " tanya wanita itu yang berhasil mengubah ekspresi Lea yang santai kini berubah menjadi ekspresi dengan penuh dendam.

" bukankah sudah jelas? jarang pulang, main tangan. hah.. sampai aku mikir buat apa aku hidup dengan ayah yang seperti itu. Bahagia nggak, tersiksa iya" jawab Alea kesal, apa lagi mengingat kelakuan ayahnya yang selalu membentak dan menyalahkannya walaupun itu bukan salahnya.

"yah itu kan ayahmu" kata wanita itu.

"yey, kakak siapa tuh? kakak tante lah"

"mana aku tau bakal kek gitu"

"sudah-sudah dari pada bertengkar. Gimana kalo kamu pindah ke rumah om sama tante" ajak pria itu yang mengkhawatirkan keponakannya jika terus-terusan bersama dengan kakak iparnya.

"HAH" pekik Alea kaget, untuk aja hari itu restoran itu sudah disewa oleh omnya jadi hanya pelayan yang mendengar mereka.

"nggak usah kaget gitu. mending kamu ikut tante sama om aja ke Belgia, dari pada disini disiksa sama kakak tante mulu" ajak Wanita itu yang sama halnya khawatir, ia tak bisa membayangkan bagaimana gadis itu melewati harinya dengan kondisi rumah yang berantakan.

"tapi.... "

"Lea jangan khawatir. om bakal bawa ibu sama adek kamu juga. om bakal bayarin kuliah kamu disana, dan tentunya kamu bisa bekerja di perusahaan om setelah lulus kuliah" tawar pria itu. tawaran itu nampaknya sudah membuat gadis itu tertarik, tawaran itu sudah lebih dari cukup untuk membawa ibu dan adiknya pergi dari ayahnya.

 Tapi ada satu yang mengganjal di dalam hatinya, ia harus meninggalkan para sahabat, dan tentu saja ia harus pergi jauh dari laki-laki itu. " Lea nggak bisa pergi tante om, Lea nggak bisa jauh dari seseorang "

 Kedua suami istri itu tak marah, malah tersenyum kepadanya. "kami udah tau pasti kamu bakal bilang gitu, nggak papa kami bisa memahami keadaanmu. Tapi sebagai gantinya om bawa seseorang yang bakal nemenin kamu buat jagain kamu"

"hm? siapa? " tanya Alea.

 Tiba-tiba seorang laki-laki muncul dari belakangnya. ia bisa melihat kaki jenjang yang berdiri tepat di depannya sekarang, pundak yang lebar membuat nyali gadis itu menciut seketika. Bagaimana bisa ada seseorang yang seperti ini di dunia. Ia langsung tertegun saat melihat paras laki-laki itu yang rupawan, rambut pirang bak pangeran dalam dongeng, hidung mancung yang indah, rahang yang tajam ditambah bola mata tajam seperti tipe Alea. ia kira laki-laki itu hanya di dalam dongeng, namun ternyata sudah ada tepat di depannya.

"hello" ucap laki-laki itu dengan lembut, sudah Alea duga pasti laki-laki itu berasal dari luar negeri.

"hah.. gue nggak bisa bahasa Inggris jadi mending kita nggak usah ngomong, karena ngga bakal nyambung.

" aku bisa kok Bahasa Indonesia "

"!! "

"lo bisa? " laki-laki itu hanya tersenyum hangat ke arah nya.

"iya dong dia satu tahun less biar bisa ngomong sama kamu loh Lea" goda pria itu sambil menyenggol lengan laki-laki di sampingnya dengan jahilnya.

"hah? ngapain juga mau ngobrol sama Lea, kena mental nanti ni orang" jawab Alea santai, biar saja laki-laki melihat sisinya yang kasar dan seenaknya sendiri, toh setelah ini pasti laki-laki itu ilfil dengannya.

"loh dia malah udah kenal lo sama kamu"

"hah? beneran om? wah lo stalker ya? atau psikopat yang ngincer mangsanya? "

"bukannya om dan tante yang bilang begitu dulu"

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang