Senyuman Saga

108 18 11
                                    

 Matanya terbelalak lebar saat barang yang dicari-carinya dari tadi tiba-tiba muncul di depan matanya,tak mungkin jika dinalar es batu muncul dari langit, apa lagi ada tangan yang muncul dari samping. Ia terkejut jika orang itu adalah Saga " Cari ini?"

"Eh iya,lo dapet dari mana?" Tanya Alea bingung, namun laki-laki itu hanya diam setelah memberikan sekantong es batu itu. Alea terdiam dalam kebingungan,bagaimana cowok mendapatkan es batu itu padahal sudah dari tadi ia mencarinya.

"Heh gue dari tadi tanya lho,kok nggak di jawab"

"Oh sorry nggak denger"

"Nggak denger,gila aja jarak segini dia nggak denger,budek kali ya" Batin Alea. Tapi memang cowok sering sekali tak mendengarkan suara di sekitarnya saat sedang melamun.

"tadi udah gue cari di kantin nggak ada, jangan-jangan lo minta sama penjual batagor di depan sekolah ya. Laki-laki itu tertawa geli mendengar dugaan gadis di sampingnya yang terdengar aneh.

"ppfftt lo kok lawak banget si. Tanya jual es batu ke tukang batagor,orang batagor digoreng, make minyak,kalo pake air Namanya di rebus Alea... " geli Saga saat mendengar cewek sampai tanya jual es batu ke tukang batagor, Ia tak habis pikir dengan pikiran random dari cewek yang berjalan di sampinya sekarang.

   Alea hanya terdiam membiarkan Saga tertawa dengan lepasnya. Sangat jarang ia bisa melihat senyuman cowok itu yang biasanya terkesan datar. " indah banget"

"hm? lo bilang apa tadi Al?"

"nggak" bohongnya,senyuman yang manis merekah di wajah laki-laki itu membuat jantungnya berdebar,ingin sekali ia berteriak gembira sambil mengatakan begitu manisnya senyuman seorang Saga. Di sepanjang jalan menuju UKS ia habiskan untuk menyimpan senyuman laki-laki itu dalam ingatannya.

UKS

"lho kok Saga disini" reflek Eza sambil menunjuk Saga dan Alea yang baru saja membuka tirai.

"dia yang bantu cari es batu" jawab Alea santai.

" enak ajak lo berduaan sama Alea ,nggak baik berduaan di tempat tertutup"

" dih ganggu aja" bisiknya pelan namun masih bisa di dengar oleh mereka berdua. Jelas sekali raut wajah Eza yang kurang bersahabat, berbeda dengan Saga yang terlihat menyeringai senang seolah ia sedang memenangkan sesuatu.

"eh tapi gue masih kepo. Lo dapet dimana sih" sengaja Alea menanyakan pertanyaan yang belum Saga tadi walaupun itu tak terlalu penting. Tapi dari pada mereka tegang mulu kan dilihatnya juga tak enak. melihat wajah Eza yang ditekuk kusut seperti itu, apa lagi melihat Saga yang matanya berubah menjadi julid.

" dari kutub utara" jawab Saga santai yang sukses buat Alea tersenyum penuh arti.tebak gimana reaksi Eza gimana?  Yap wajahnya tegang sambil melihat Alea dan Saga secara bergantian.

" beh kayaknya si Saga mau ditimpuk biar benjol juga nih. Biar kembaran sama lo Za,bedanya lo kepentok pintu, kalo Saga pake es batu. Ni lumayan loh sekali lempar langsung benjol satu. Gimana?"Ucap Alea sambil menunjukan ekspresi psikopatnya.

   Bahkan mereka berdua tak sadar kalau es batu yang tadi di bawa Saga sekarang udah direbut sama Alea dan sekarang siap untuk terjun bebas kearah jidat Saga dalam hitungan detik. Dengan cekatan Eza merebut es batu yang tadi hendak di lempar Alea " lo tu Sag,udah tau Alea itu sabarnya setipis Tisu, masih aja lo cengengesan" heran sekali dengan Saga walaupun wajahnya yang cuek tapi kalau sudah mode jail, apa lagi soal jailin plus bikin emosi Alea sebenarnya dia yang berhasil.

  Bahkan dalam hitungan detik bisa membuat emosi Alea langsung meledak tanpa intro. Tapi untungnya diantara Eza dan Saga kalau lagi mode jail tidak bersamaan, coba kalo dalam waktu yang sama bisa-bisa digantung di tiang bendera mereka bedua.

"haa... tadi aja kalo nggak ada es batu gue mau pake batu biar benjolnya ilang"ujar Alea yang berhasil membuat kedua cowok di depannya melotot kaget.

"Al.... Si Eza itu orang lho. Bukan besi"

" iya terus ngapa? kan biasanya buat ngeratain lempengan besi gitu di pukul biar rata kan "

"besi dipukul jadi gepeng. Lah gue, kempes nggak,tambah benjol iya" ngegas Eza yang tak habis pikir dengan pikiran cewek itu, yang lebih mengesalkan Alea hanya berekspresi polos tanpa berdosa

" akhirnya ketemu juga" reflek mereka berbalik kearah sumber suara. 

  Bet romawi sebelas yang menujukan dia adik kelas. Dia masih bediri di depan pintu dengan gagahnya, wajahnya yang tampan bagaikan boyband korea. Kakinya yang jenjang. Jaket merah darah yang melingkar di pinggangnya yang ramping. Sudah tak perlu di tanyakan lagi, jelas sekali dia anak dari ekstrakulikuler dance. "oh Devan. Gimana?"tanya Alea sambil menghampiri Devan yang masih berada di daun pintu.

" hari katanya pulang cepet soalnya guru-guru pada mau rapat,gimana kalo kita langsung ke Gedung dance buat nyambut member baru?" saran Devan.

"bagus juga ide lo Van, okeh deh"

"yaudah Devan nunggu di depan aja ya, di sini atmosfernya nggak enak" pamit Devan yang dari tadi merasakan aura tajam yang berasal dari belakang Alea. Siapa lagi kalo bukan Saga dan Eza.  Sudah dari tadi Devan datang, sorot mata mereka berdua sudah menatapnya sinis.

" heh Al. Itu siapa?" baru saja Alea kembali Eza sudah menanyainya.

" oh itu Devan"

" perasaan gue nggak pernah liat tuh orang" baru Eza yang tanya tadi, sekarang Saga gatian yang tanya dengan sorot matanya yang seolah mengintrogasinya.

"ya emang di jarang keluar,makanya lo nggak pernah liat. Buset ni gue berasa jadi tersangka aje sampe di introgasi segala. Udahlah gue mau cabut"

"heh heh Aleaaa,gue gimana nih masih benjol" cegah Eza sebelum Alea beranjak pergi.

" Saga aja tuh. Gue mau menyambut produk brondong terbaru. Assalamualaikum" jawab santai Alea lalu pergi dengan penuh semangat.

" waalaikumsalam" jawab kedua cowok itu secara bersamaan sambil memasang muka julid. Biasalah kaum julid sering iri.

   Ekstra Dance. Ekstrakulikuler yang paling populer di kalangan murid disana. bagaimana kalau bisa melihat cogan dan cecan berkumpul di satu tempat. Bisa cuci mata gratis. Tapi tak sedikit dari mereka yang mengundurkan diri, perlu diketahui mereka harus berlatih dengan sangat keras, bukan cuman cuci mata saja.

   Alea tidak pernah mengadakan seleksi, dia selalu memberikan kesempatan untuk mendaftar. Namun ia hanya menunggu siapa yang bertahan sampai akhir. Baginya tampan maupun cantik tidaklah cukup,tapi kerja keraslah yang paling utama. Seperti Devan. Dulu dia hanya dancer pemula yang selalu di remehkan oleh temannya, namun nyatanya Devanlah yang masih bertahan sampai saat ini diantara para temannya.

"pagi eh maksudnya siang. Nggak kerasa siang, soalnya wajah kalian masih fresh" canda Alea yang mendapat respon yang baik dari adek kelas. Dia datang dengan anggunnya membuat semua mata tertuju kearahnya dan Devan.

   Cowok maupun cewek masih terpukau begitu melihat Alea. Para cowok yang terpesona dengan parasnya yang rupawan,berambut hitam Panjang bergelombang, kulitnya yang putih dan tubuhnya yang indah bagaikan gitar yang menjadi impian para cewek disana. "SIANG KAK" seru mereka bersamaan. Alea bisa merasakan semangat mereka yang panas, tapi ia tak berharap terlalu lebih, ia masih berpikir mungkin jumlah yang sekarang ia lihat tak bertahan lama.

" wau semangat sekali ya. Kakak jadi tambah semangat nih. Oke selamat datang di ekstrakulikuler dance. Kenalin nama kakak Alea Felicia Zora, panggil aja kak Alea. Dan ini Namanya Devanda Putra, bisa dipanggil kak Devan" Ujar Alea sebagai perkenalan. Bahagianya ia saat mendapatkan respon positif dari adik kelasnya. Dibandingkan dengan adik kelas sebelum yang yang hanya punya niat bertemu kakak kelas yang cogan,tak punya daya Tarik sama sekali dan sombongnya minta ampun sama kakak kelas.

"karena hari ini hari pertama,kita mau buat game" ide Devan yang membuat mereka penasaran tertarik.

"game apa kak?"

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang