Ngilu sedikit

82 17 16
                                    

 Ujar Alea sambil menunjuk segerombolan yang sedang bertamasya seperti mereka. " ternyata masih ada juga ya yang kayak kita, temenan sama lawan jenis" -Saga

"iya masih lah kocak. hm tepi gue yakin deh satu diantara mereka pasti ada yang suka sama sahabatnya sediri" -Alea

"apa lagi kalo misal awalnya temenan, terus pacaran, terus putus, pasti kebanyakan nggak bakal temenan lagi. Kita bisa kehilangan orang kita sayang sekaligus temen sendiri" walaupun ia tak pernah sekalipun merasakan apa itu pacaran, apa lagi dengan teman sendiri, tapi ia sering melihat orang-orang disekitarnya yang menjadi asing setelah putus.

" nah itulah berteman sama cowok tanpa melibatkan perasaan itu mustahil, kalaupun nggak pasti sulit. awalnya si pacaran, tapi kalo putus resikonya?  hah... ya gitu pertemanan yang awalnya baik-baik aja jadi buyar" kata-kata yang terucap dari bibir Saga memang benar adanya, tapi entah kenapa hatinya serasa digores dengan sebilah pisau.

"pertanyaannya gimana temenan sama cowok tanpa melibatan persaan" tanya Alea yang mungkin saja solusi dari sumbernya sendiri bisa membuatnya berhenti.

"ya.. niatnya temenan, nggak lebih" Jawab Saga santai, tapi jawabannya tanpa sadar membuat hati gadis disampingnya ikut tergores. Alea sempat terhenti beberapa saat untuk mendongak ke arah atas supaya air matanya tak jatuh. Belum sempat Saga bertanya kenapa ia berhenti, ia sudah menyamakan langkahnya dengan laki-laki itu lagi.

" iya kalo bisa gitu. Tapi kan ada yang niatnya awal temenan tapi seiring berjalannya waktu,ujung-ujungnya ada rasa" jawab Alea yang tak terima dengan pendapat Saga, karena banyak sekali ia melihat orang-orang yang terjebak friendzone walaupun awalnya hanya ada niat berteman, namun hati juga tak bisa dipaksakan kapan akan jatuh hati, semua terjadi begitu saja.

 Saga hanya menyunggingkan bibirnya setelah mendengar jawaban Alea "seiring berjalannya waktu? ya kembali lagi ke niatnya, walaupun suatu saat perasaan pasti bakal ilang sendiri kok. tapi tergantung sama orangnya" seenaknya jidatnya saja Saga berucap didepan Alea yang sudah berusaha mati-matian untuk menghapus perasaannya tapi hasilnya selalu zong.

"lah kalo nggak bisa? seiring waktu jidat lo, nggak semudah itu menghapus rasa, kalo susah move on berati tu orang setia" - Alea

"kalo nggak bisa ya kembali lagi ke pribadi masing-masing, yang ngambil langkah kan dia"

 Lagi-lagi Alea berhenti di tengah jalan, kali ini ia menatap Saga dengan sendu. Entah kesalahan apa yang telah ia ucapkan sampai air mata menggenang di kelopak gadis itu. " gimana kalo orang itu suka dari awal ketemu? bahkan sebelum mereka berteman, apa dia juga harus menghapus rasa itu?" tanya Alea dengan suara bergetar.

  Saga hanya terdiam menatapnya, entah ia tak mengerti apa yang salah dengan perkataannya atau laki-laki itu peka namun hanya tak peduli saja. Dengan rasa kecewa Alea pergi mendahului Saga terlebih dahulu, percuma saja ia berkata panjang lebar sementara laki-laki tak memahaminya.

"weh tunggu" dengan cepat Afra menarik Alea yang berjalan terlalu jauh.

"cepet banget sih kalian" -Afra

"kalian yang lama"- Alea.

   Alea menaikan alisnya heran , kenapa Afra diam sambil menatapnya seolah sedang menganalisa raut wajahnya sekarang ini, gadis itu memegang pundaknya untuk melihat wajahnya lebih dekat lagi. "lo diapain dia lagi" tanya Afra yang kini beralih menatap Saga.

"oh mata gue? kelilipan tadi" dustanya, mana mungkin kelilipan bisa membuat kedua matanya sembab.

"kita perlu bicara" -Afra

 Afra dan para cewek lainnnya langsung membawa gadis itu untuk segera naik perahu, mereka memisahkan gadis itu supaya tidak satu perahu dengan Saga. Entah mengapa saat menaiki perahu rasa takutnya hilang begitu saja, melainkan rasa kosong yang sedang mengusai otaknya.

 Ara yang sudah merasakan perubahan ekspresi dari kakaknya pun menduga pasti ada yang tidak beres saat mereka berkalan berdua tadi. Ingin rasanya ia melempar Saga ke air, biarlah ia tau rasanya tenggelam dalam kesedihan. Sesampainya disana mereka langsung membawa Alea ke tempat lain sementara para cowok menunaikan sholat. "apa sih Af" apalah yang mereka ingin tau sampai menyeretnya sampai sejauh ini.

"dia pasti bikin lo sedih lagi kan?" tanya Afra yang sudah kesal, jika bukan sahabatnya pastilah Saga sudah ia buang ke jurang. Geram sekali ia sekarang.

"ternyata usaha gue selama ini nggak ada gunanya ya, nama gue nggak pernah terbesit dibenak dia" tuturnya dengan senyuman sendu, setidaknya itulah cara supaya supaya ia tak terlihat begitu menyedihkan.

  Ekspresi yang paling mereka benci adalah ketika Alea berpura-pura baik-baik saja, senyuman bisa Alea kelabuhi dengan mudahnya, tapi tidak dengan tatapan gadis itu yang tak pernah berbohong." udah biasa kan kalo dia bikin kecewa gue? tenang aja gue udah kebal, udah gue plester ni hati pake semen" canda Alea cupaya mereka kembali seperti biasanya, namun candaan itu tak berguna sama sekali.

"hah.. sebenernya apa sih yang lo suka dari dia, dia itu udah nyakitin lo mulu tapi kenapa lo masih suka sama dia, masih banyak cowok yang lebih baik dari dia di luar sana, tapi kenapa lo tetep aja milih dia" cibir Rani yang tak habis pikir dengan apa yang Alea pikirkan. apa alasannya gadis itu begitu bersikukuh untuk tak ingin melepaskan laki-laki itu, sementara dari sudut mereka tak ada yang menarik dari laki-laki itu.

"udah Al, berhenti lo suka sama tu orang. gue nggak mau lo sakit hati lagi gara-gara dia" titah Okta. ia saja sudah lelah dengan kelakuan laki-laki itu, tapi kenapa sahabatnya masih saja bertahan.

"keknya kepala lo perlu gue pukul atau gue hantam ke dinding aja kak" kata Ara yang tak kalah kesal dengan dengan kakaknya, kakaknya yang selalu melakukan apapun dengan sempurna dan terencana, tapi kenapa saat urusan cintanya kakaknya begitu bodoh dalam memilih.

"hus Ara jangan gitu, itu kakak lo lho"- Afra.

"bodoamat kalo itu kakak gue, di sekolah pinter, ngelakuin apa-apa juga bisa, tapi kenapa lo nggak bisa ngelepas satu orang yang kek gitu?" ingin sekali ia membuka mata kakaknya lebar-lebar supaya tau ada yang lebih baik dari dari laki-laki itu di luar sana.

" yo balik" ajak Engar yang sudah muncul di depan mereka, untung saja yang muncul adalah Engar bukan yang lain.

"iya ni, perut gue juga sakit" bisik Saga kepada Tara, Alea tak habis pikir dengan laki-laki itu bagaimana bisa tersenyum saat sedang sakit.    Mereka langsung ke parkiran menuju tempat motor mereka masing-masing. Cepat-cepat Alea mengambil helmnya sediri sebelum Saga tiba, entah mengapa ia ingin menghindari laki-laki itu sementara waktu. Aneh. Motor itu tak kunjung melaju walaupun ia sudah naik, seolah laki-laki itu sedang menunggu sesuatu"udah naik?"

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang