Kuy berangkat

76 16 21
                                    

" kalo itu mah gue setuju ra, tololnya pake banget" bukan rahasia lagi jika ketololan Alea saat menyukai seseorang. Ternyata memang benar adanya jika jatuh cinta bisa membuat orang itu bodoh, contohnya adalah Alea.

"sstt udah deh mendingan buru pulang, udah panas" alasan saja Alea untuk mengalihkan pembicaraan mereka saja, gatal juga telinganya jika terus mendengar mereka membicarakannya, entah apa mereka tak bosan memberikan ceramah kepadanya.

 Sudah setengah jam mereka sampai di rumah Rani, namun para laki-laki itu tak kunjung datang, curiga mereka berkeliling di suatu tempat terlebih dahulu. Untung saja mereka tiba setelah makanan sudah disajikan. Alea baru menyadari Saga menggunakan kemeja hitam, untung saja ia mengurungkan niatnya menggunakan kemeja hitam.

"eh ke Demak yuk" hampir saja mereka tersedak sate berjamaah karena ajakan Rani yang tak masuk akal, walaupun perjalanan tak memakan waktu yang lama namun mengingat masih dalam rangka hari raya tentu saja masih banyak orang yang sedang mudik, dan bisa dipastikan jalanan akan macet.

"nggak ah panas" protes Enggar melihat cuaca yang begitu teriknya, ia tak ingin pulang-pulang wajah dan tubuhnya gosong karena perjalanan panjang itu.

"ayolah yang" pujuk Rani yang tak lupa mengeluarkan jurus imutnya, memang saat-saat ini lah jurus imutnya akan keluar, walaupun biasanya ia selalu mengusili pacarnya.

"ck iya deh iya" Enggar hanya bisa pasrah menyetujui permintaan Rani dari pada mereka harus bertengkar, rasanya merinding jika melihat Rani yang sedang marah, sudah cukup mereka bertengkar hebat satu tahun yang lalu.

"yaudah yuk" jawab Okta yang begitu antusias, biasalah ia sangat suka jika main yang sekalin jauh.

"bentar bentar gue masih capek" jawab Saga seraya merebahkan tubuhnya di samping Yasha yang sudah tertidur sejak tadi. Entah dari mana saja laki-laki itu sampai nafasnya yang tak beraturan itu.

"istitahat dulu Ran, kasian para cowok juga baru sampek" pinta Alea, itu hanya alasannya supaya laki-laki itu bisa beristirahat lebih lama lagi, namun ia mengatasnamakan para cowok, ia tak ingin mereka tau bahwa ia terlalu mengistimewakan satu orang secara istimewa.

  Rani hanya bisa menuruti permintaan Alea, sambil menunggu Saga yang masih tertidur mereka melakukan kesibukan mereka sendiri masing-masing, apa lagi jika bukan pacaran. Afra yang memilih keluar di samping sungai sambil berbincang-bincang dan , Ara dan Tara yang masih sibuk berfoto di depan rumah Rani, Okta yang sedang vidio call dengan pacarnya meninggalkan Alea, Amara, Eza dan Saga.

" cie ehem mau clbk kah" goda Alea sat melihat kedua orang itu sedang bercanda satu sama lain, ia masih ingat betul sebelum mereka bertengkar Amara sempat pdkt dengan Eza.

"apa sih lo Al, cuma bercanda doang tau" sangkal Amara, tak mungkin juga ia mejalin hubungan dengan teman sendiri.

"siapa tau kan cinta bersemi kembali ye kan" ujar Alea, siapa tau kan mereka bisa saling suka.

" nggak nggak gue masih setia sama sama pak ketos seorang" mungkin Amara nasibnya hampir sama dengan Alea yang menyukai seseorang untuk waktu yang sangat lama, walaupun ia sudah berulang kali berganti pacar namun tetap saja hatinya masih dimiliki sang ketua osis. Berbeda dengan Alea yang tak pernah sekalipun menggantikan laki-laki itu dengan yang lain.

" suka sama pacar orang iya" sindir Alea mengingat ketua osis sudah memiliki pacar, namun tetap saja Amara tak bisa menghapus rasa ini dengan mudahnya.

"ih kan dulu dia nggak punya pacar"

"Udah kesiangan lho ni"

 Entah dari mana asalnya munculnya Yasha yang tiba-tiba muncul dari belakangnya bersama dengan Afra. Kasian juga jika mereka menunggu laki-laki itu yang sedang terlelap dalam tidurnya terlalu lama.

"yaudah Yas, tapi banguninnya pelan-pelan" pinta Alea kepada Yasha, karena ia tahu hanya laki-laki itulah yang masih berakhlak diantara para cowok lainnya setelah Ryan.

"Sag bangun weh kita udah mau berangkat" ucap Yasha pelan sambil menepuk pelan pundak laki-laki itu. Beruntung si pemilik nama itu langsung terbangun tanpa harus ada ritual untuk membangunkan khusus layaknya mak mak pada masanya.

 Saga terduduk sambari mengembalikan nyawanya ke dalam tubuhnya, sesekali laki-laki itu menggosok-gosok kelopak matanya. "udah mau berangkat? "

"yeu sebenernya kita udah mau bangunin lo dari awal, tapi Alea yang nyuruh jangan bangunin lo " kata Yasha yang bermaksud untuk menggoda sahabatnya, dan benar saja gadis itu langsung melotot kearahnya seolah memberi peringatan untuk tak berbicara lebih panjang lagi.

 Dengan senyuman sadis Alea mendekat sambil berkata "lo nggak usah cepu ye lo Yas, Lama-lama gue gampar juga lo" ancamannya namun laki-laki itu hanya tertawa nantang seolah-olah ancamannya tak berguna bagi Yasha.

 Dari ujung matanya ia melihat Tara yang tadinya di luar bersama Ara kini berjalan mendekat ke arahnya, ia hanya terdiam memandangi gelagat laki-laki itu yang sudah terlihat jelas dimatanya "apa? " tanya Alea dingin.

"em itu Al, Ara gue boncengin ya" pinta Tara

"nggak" Jawab Alea sambil memainkan poselnya.

"loh kok gitu si? sama gue aja" minta Tara lagi yang masih bersikeras.

"kenapa juga sama lo? " tanya Alea

"kan tadi Amara udah berangkat kerja, Ara sama siapa dong?" -Tara

"lah kan ada Okta, sama Okta lah" -Alea

  Entah sejak kapan Tara pindah ke belakang punggungnya sambil memijat-mijat dengan tujuan merayu Alea, biasalah Tara akan berlaku super baik kalo ada maunya "ayo lah Al, gue kan jarang main sama Ara" masuk akal juga dengan apa yang dikatakan Tara. Ara yang super sibuk karena menjadi ketua OSIS dan Tara yang sedang mempersiapkan ujian sekolah.

"hm"

"yes makasih kakak iparku"

"dih" kata Alea dengan tatapan julidnya. entah mungkin ia belum terbiasa dengan Tara yang biasanya bersikap jahil terhadapnya kini berubah menjadi penurut membuatnya lumayan syok dengan perubahan itu.

 Setelah bersiap-siap mereka pun pergi menuju tempat tujuan mereka, dan yah seperti biasa Alea dan Saya selalu berada di urutan paling belakang dari lainnya, entahlah ia hanya menurut pada yang menyetir, bisa kasus kalau ia banyak mau, bisa bisa ia diturunkan ditengah jalan. "lo pernah ke Demak Al? " tanya Saya yang membuyarkan lamunannya.

"belum la" tentu ia belum pernah bepergian sejauh ini, boro-boro main ke luar kota, ia pergi saja sudah di berikan pertanyaan berjibun dan tentu saja tak boleh pulang larut malam.

"lo pernah? " abahnya ia malah menanyakan pertanyaan yang jelas jawabannya, orang Saga lahir di sana, mana mungkin laki-laki itu tak pernah main kesana.

"pernah, pas lomba adzan" kata-kata yang lagi-lagi membuatnya tertampar. namun jika dipikir ia tak perlu terlalu insecure, toh dia dulu juga sering mengikuti lomba.

 Alea kembali memandangi jalan yang mereka lalui, walaupun jalan yang sebelumnya macet. apa lagi cuaca yang begitu menyengat membuatnya ingin mengeluh, beruntung sangat angin menyapanya untuk memberi kesejukan.

"lhoh"

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang