Firasat Aneh

78 17 32
                                    

Seketika Alea mengerutkan alisnya heran, ia sudah naik dari tadi kenapa laki-laki itu tak merasakannya. "udah"

Saga langsung melajukan motornya begitu saja tanpa mejawabnya. " ngantuk ngggak?"ia menatap punggung laki-laki tu dengan tatapan sinis.

"iya, ngantuk" jawab Alea yang entah mengapa pertahanan yang sudah ia bangun runtuh dengan hitungan detik. Ingin sekali ia mengomel dengan hatinya sendiri kenapa hatinya mudah sekali terbuai dengan tutur lembut laki-laki itu, apa hatinya semudah itu untuk diluluhkan.

"nggak papa, dari pada gue yang ngantuk kacau " -Saga

"lah gimana, gue aja yang bawa motor? biar nyungsep bareng-bareng" canda Alea yang sudah membuang rasa kecewa itu jauh-jauh, memang benar apa yang dikatakan orang-orang , cara menyembuhkan luka dari seseorang adalah orang itu sendiri yang menyembuhkannya.

Mereka kembali membisu lagi satu sama lain. Yang lebih mengesalkan lagi para sahabatnya menyalip mereka berdua sambil pamer kemesraan. Rani yang memeluk Enggar dengan mesranya, Ara yang mengggunakan Hodie milik Tara dan tentu saja Afra yang sedang meletakkan dagunya di pundak Yasha. Melihat keuwuan semua itu Alea hanya terdiam, bohong jika ia tak iri dengan mereka,berbeda dengan Saga yang memandangi mereka dengan ekspresi datar.

Dalam kesunyian diantara mereka berdua Alea mendengar laki-laki di depannya sedang bergumam, senyuman itu mengembang begitu saja saat mendengar lantunan sholawat dari laki-laki itu, rasanya sudah lama ia tak mendengar lantunan itu. "lebih baik dari pada dia berhenti sholawat" batin Alea. jika diminta memilih mengobrol atau mendengarkan sholawat mungkin ia langsung memilih mendengarkan sholawat laki-laki itu.

Mereka pulang sedang selamat, walaupun baju mereka basah kuyup karena hujan yang tiba-tiba turun. Tapi bagi Alea itu adalah pengalaman yang terbaik yang pernah ia rasakan, karena untuk pertama kali ia pergi jauh tanpa ditemani ibunya, yah untung saja ibunya tak marah.

Setelah hari raya mereka kembali ke kehidupan mereka sebagi murid, apa lagi melihat hari ini nilai semesteran mereka akan segera dibagi oleh bu Julia, siapa yang tak tegang ketika namanya dipanggil satu-persatu dan yang lebih menegangkan lagi saat daftar rangking sepuluh besar.

"Selamat pada Saga yang menempati posisi pertama" Semua bertepuk tangan kecuali Delia yang memandangi Saga dengan ekspresi benci yang terlihat jelas dari raut wajahnya.

Bel pulang sudah berdering sejak tadi, mereka pun juga sudah berhamburan keluar sejak tadi kecuali Saga yang masih di dalam bersama Bu julia. Alea masih disana untuk menguping pembicaraan mereka " bagus Saga, tingkatkan lagi ya" tutur Bu julia lembut.

"baik bu, kalau begitu saya pamit dulu" -Saga

"lhoh lo kok masih ada disini? bukaknya lo ada ekstra kan?" tanya Saga heran, biasa Alea langsung pergi ke ruang lukis begitu bel pulang berbunyi.

"hehe mau bareng saja" Alibi saja Alea, ia terlalu khawatir dengan laki-laki itu, entah mengap perasaannya jadi tak menentu setelah melihat gelagat aneh Delia.

"ada-ada aja lo, yok"- Saga

Alea langsung mengibrit
senang karena bisa berjalan berdampingan dengan Saga. "selamat ya, cie rangking satu" Puji Alea.

"wkwk makasih, i'm just doing my best" - Saga

"Wkwkwk kan usaha nggak mengkhianati hasil" Ucapnya, dalam hatinya ia benar-benar bangga melihat pencapaian prestasi laki-laki itu, tentu saja ia bangga laki-laki itu mendapatkan peringkat paling atas dari pada yang lainnya.

"lo kan juga dapet rangking kan" -Saga

"hah apaan rangking lima doang" ucap Alea tak terima, padahal keinginan terbesarnya adalah tepat dibawah rangking Saga, karena ia tau seberapa keras ia berusaha untuk mengalahkan laki-laki itu tak akan pernah berhasil, mungkin itu hanya mimpi baginya.

"itu udah bagus loh,masuk lima besar" -Saga

Sambil mengepalkan tangannya Alea bertekad sambil berkata "pokoknya semester dua gue harus lebih baik lagi, rangking 4 besar " Ucap Alea dengan penuh semangat, melihat Saga yang begitu tinggi membuatnya bersemangat untuk menyusul laki-laki itu.

"Tiga besar bisa"Kata Saga, Alea menatap Saga sejenak, dalam hatinya apakah laki-laki itu percaya bahwa ia bisa masuk tiga besar.

" Dari bertahap dulu dong, sampe akhirnya gue di bawah lo" -Alea

"kok dibawah? kenapa nggak diatas gue?"

"haha bercanda lo" sebuah candaan yang garing jika Saga berniat untuk melawak.

"kok bercanda si" Jawab Saga enteng, enak bener laki-laki berkata-kata, sementara otak Alea tak bisa dibandingkan dengan otak berlian milik Saga.

"ih lo tau nggak sih ngalahin lo itu susahnya minta ampun, kek nggak mungkin tau nggak si"

Sudah beberapa kali ia berusaha mengalahkan laki-laki itu, tapi apalah hasilnya yang selalu tak sesuai ekspetasi.

"nggak ada yang nggak mungkin Al di dunia ini kalo Allah menghendakinya, lagi pula gue cuma manusia biasa"

"hm... iya dah. eh tapi tumben si Delia nggak ngomel-ngomel ya, biasanya kan kalo rangkinya turun tu orang ngomel mulu, ini tumben lo dia diem"

"udah deh... jangan gibah mulu, dosa"

"ih gue tu khawatir tau" sekeras apapun ia mengabaikannya, tapi tetap saja ekspresi Delia yang ia lihat tadi bukanlah ilusi, ekspresi itu bahkan lebih mengerikan dari pada ekspresi yang pernah ia lihat.

"khawatir apaan"

"ah udah deh lo tu emang nggak peka"

Alea melajukan langkahnya lebih cepat untuk mendahului Saga, percuma saja ia jika berbicara dengan laki-laki itu. sesekali ia bertanya bagimana ada laki-laki yang sangat tak peka seperti Saga. "hah... mungkin itu itu cuma perasaan gue kali ya, inget kata Saga Al jangan suuzon gitu sama orang"

Tetap saja Alea tak bisa menghilangkan khawatirnya, ia diam-diam keluar dari ruang lukis bergegas pergi menuju mushola begitu selesai. Dan benar saja dari kejauhan ia melihat Delia menatap Saga dengan tatapan kebencian yang sama seperti ia lihat tadi. cepat-cepat Alea merangkul Saga untuk menghindari berinteraksi dengan Delia "em maaf ya Del Saga balik sama gue" ucap Alea yang tak melepaskan rangkulannya sama sekali.

"oh nggak kok gue mau ngomong sebentar sama Saga di suatu tempat berdua" jawab Delia yang sepertinya tak ingin menyerah begitu saja.

"haha maaf banget ya del Saga mau ngedate bareng gue, jadi jangan diganggu bye" ketus Alea langsung menarik Saga tanpa ekspresi.

Alea tak melihat ke belang sama sekali, ia berjalan semakin cepat karena takut gadis itu akan menyusul mereka. Saga menahan tangannya ditengah jalan, laki-laki itu menatap gelagat Alea yang tak seperti biasanya " lo sebenernya kenapa si Al? Delia mau ngomong apa tadi sama gue kenapa lo larang"

"GUE MOHON KALI INI AJA DENGERIN GUE!!" tanpa sadar Alea berteriak kepada Saga, otaknya begitu kacau sampai tak bisa mengatur intonasi suaranya dengan baik.

"Al...." panggil Saga lirih

"please.. ayo kita cepet pulang" pinta Alea dengan lirih.

Saga hanya bisa menuruti permintaan gadis itu, ia pun tak tau sebenarnya apa yang telah terjadi sampai gadis ini bisa setakut itu, bahkan tangan gadis itu masih menarik hoodienya dengan kuat "lo tadi liat apa? " tanya Saga lembut.

"gue tadi liat pas dia ngomong sama lo, di tangannya dia bawa suntikan"

"mungkin dia lagi praktek di lap aja kali"

"praktek dari mana sih, orang kita kan udah nggak ada praktek lagi. suntikan apa coba gitu" Cibir Alea kesal

"nggak buat apa apa kali, dia gabut aja"

"lo nggak tau apa ekspresi si Delia pas lo dapet rangking satu? wajahnya kek benci banget sama lo" ia tak berbohong dengan apa yang ia lihat, ia merasa ada yang tak beres dengan Delia setelah Saga mendapat rangking satu.

"nggak mungkin la Al dia sampe ngelakuin kayak gitu, ini di sekolah, ya kali dia berani" Alea merasa kesal dengan laki-laki itu, bisa bisanya laki-laki itu selalu berpikir positif sementara ia masih memikirkan kemungkinan yang ada.

"tapi gue khawatir Sag"

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang