#10

14.3K 1.6K 62
                                    






Dokja punya beberapa teman. Meski mereka tidak sering bertemu, mereka rutin sekali bertelepon dan saling menanyakan kabar. Tidak seperti Han Sooyoung yang seperti burung merpati bebas, teman-teman Dokja yang lain kebanyakan sibuk dan mengabdi pada pekerjaannya— seperti Dokja.

Salah satunya adalah Sangah dan Heewon. Mereka adalah teman Dokja dari perguruan tinggi, perkumpulan pembaca yang saling merekomendasikan buku. Tapi sayangnya tidak banyak yang meminati perkumpulan itu, jadi yang tersisa hanya empat orang. Satu lagi adalah Hyunsung, tapi pria itu sedang memimpin barak militer di tepian kota, jadi sulit sekali menghubunginya.

Hyewon bilang dia membuat produk kosmetik baru, tapi dia tidak bisa mempromosikannya sendiri karena semua orang sudah tahu kalau dia bekerja di perusahan kosmetik PrettYs. Jadi perusahaannya meminta Hyewon mencari model baru.

Awalnya, Hyewon meminta tolong kepada Sangah untuk jadi modelnya, namun Sangah bilang dia ada tour keluar negeri. Jadi dia tidak bisa membantu.

Jadi pilihan terakhir Hyewon adalah Dokja— begitu katanya.

Dokja itu memang tidak tampan. Semua orang mengakui itu dan setuju, tapi karena fiturnya Dokja yang mudah didandani, seperti hidung kecil dan bibir yang plum yang manis, kulit yang putih seperti kanvas, membuat Dokja menjadi buku gambar Hyewon dan Sangah yang waktu itu suka sekali mencoba berbagai macam kosmetik.

Meski Dokja tidak tampan, dia lumayan populer dikalangan para pria (secara rahasia, tentu saja), karena fitur wajahnya itu. Hyunsung saja pernah kena. Atau mungkin... masih?

Hari ini Hyewon akan berkunjung. Jadi Dokja mulai saja memasakkan makanan kesukaan wanita itu. Dokja cukup perhatian kalau soal beginian, sih. Habis dia punya 3 teman cewek yang hobi sekali diet dari waktu ke waktu. Dan semuanya pernah terkena asam lambung karena diet berlebihan mengikuti standar kecantikan wanita korea itu.

Setiap kali itu terjadi, Dokja dan Hyunsung selalu pusing dibuatnya.

Saat Dokja sedang mengeluarkan kimchi dari kulkasnya untuk dihangatkan, Joonghyuk keluar dari ruang streamingnya dan menghampiri Dokja dengan wajah lesu.

"Ada apa?" Tanya Dokja.

"Profesor, aku kalah." Jelasnya.

Dokja tersenyum kecil. Jadi itu sebabnya Joonghyuk terlihat lesu seperti ini? "Kenapa bisa? Bukankah kau bilang kau itu pro gamer?"

"Tim lawannya tidak lebih hebat dariku, tapi mereka bekerja sama menjatuhkanku. Timku tidak bisa diandalkan dan tim lawan mengeroyokku. Aku lengah dan mereka menyerang baseku." Dari nada suaranya, Yoo Joonghyuk terlihat sangat tertekan. Astaga, sepayah apa timnya itu sampai-sampai membuat Joonghyuk tertekan begini?

"Lalu kenapa? Penontonmu menyorakimu?"

"Tidak. Mereka menghina timku, jadi timku keluar dari permainan dan meninggalkanku..."

Dokja menghentikan aktivitasnya memasak. Melihat Joonghyuk, yang meski wajahnya terlihat datar namun tersirat kesedihan itu. "Astaga... pantas kau kalah."

"Ya." Joonghyuk mengiyakan. "Harusnya aku tidak melakukan streaming. Aku tidak bisa menyalahkan mereka keluar karena ketikan orang-orang sangat jahat."

Dokja ingin sekali mengusap rambut Joonghyuk, saat itu. Tapi karena tangannya baru saja memegang cabai, dia jadi tidak bisa melakukannya dan hanya bisa melihat Joonghyuk menundukkan kepalanya.

"Baiklah. Kalau begitu, menurutmu apa yang harus kau lakukan agar kejadian itu tidak terulang lagi?" Tanya Dokja.

"Aku harus membentuk squad juga. Dan kemudian bermain bersama orang-orang yang mau jadi temanku, membentuk strategi dan kemudian..."

"Kalau begitu, buatlah teman." Dokja tersenyum manis. "Ajak mereka bertemu, berbicara dengan santai, dan kemudian ajak mereka masuk ke sesuatu yang kau bilang Squad itu."

Joonghyuk menatap Dokja yang meliriknya dengan ekspresi lucu. Sepertinya dia gemas melihat Joonghyuk yang lesu dan tidak punya teman, datang kepadanya dan meminta saran yang sebenarnya bisa dia pikirkan sendiri. Sebenarnya ia hanya ingin mengadu saja.

"Profesor, bisa gawat kalau kau terus melihatku begitu." Joonghyuk berucap kemudian. Nadanya terdengar sedikit datar, dan posisinya berubah menjadi dekat kearah Dokja yang tampak sedikit kaget karena ia mendekat.

"Hah?"

"Kau, yang melihatku dari bawah, tersenyum manis dengan mata dan bibirmu... bisa gawat jika kau terus menatapku seperti itu."

Dokja memasang wajah bingung. "Apa kau tidak suka karena aku memperlakukanmu seperti anak kecil?"

Yoo Joonghyuk mendengus. Tangan memegang bahu kecil Dokja dan mendorongnya dari depan kompor yang hidup. Sebelah tangannya mematikan kompor, dan setelahnya dipakai untuk menangkup wajah Dokja.

Dokja merasa seperti terintimidasi karena Joonghyuk memojokkannya ke dinding, dan lengan berat itu di bahunya seolah menghentikan seluruh pergerakannya.

Kulit Yoo Joonghyuk, tangan, kaki dan anggota tubuhnya dibuat semirip mungkin dengan manusia, jadi jika disentuhpun, orang-orang tidak akan sadar dia robot. Tapi bagaimana bisa, kulit tangan dan ototnya yang dibuat seperti manusia itu terasa sangat berat dan mengunci bahunya agar dia tidak bisa bergerak?

"Yoo Joonghyuk—"

"Profesor, aku ingin mencium bibirmu yang tersenyum kepadaku itu."

"Apa?"

"Pasti Manis sekali. Biarkan aku memilikinya," ujar Joonghyuk, alisnya berkerut dan matanya terlihat sebal, tapi kata-katanya sangat mengagetkan. "Biarkan aku... ini..." tangannya menyentuh bibir Dokja.

"Ini bukan sesuatu yang bisa kau miliki kalaupun kau mau..." ucap Dokja, pelan.

"Makanya. Karena meskipun aku ingin sekali memilikinya aku tidak bisa, aku jadi semakin ingin. Kemarin itu, saat kau membiarkanku mengecupnya, itu luar biasa... Profesor...  biarkan aku mencium ini."

Kenapa wajah Yoo Joonghyuk terlihat sangat frustasi? Apa yang membuat bibir ini terlihat begitu spesial sampai-sampai Yoo Joonghyuk tidak mampu menahan dirinya begini?

"Kalau kau sebegitu inginnya, kemarilah." Ia mengangkat tangannya keatas, dan mengangkat bahunya sedikit. Joonghyuk yang menyandera bahunya dengan mudahnya membiarkan Dokja memindahkan tangannya ke pinggang Dokja yang ramping.

"Jangan taruh tanganmu dibahuku, berat. Taruh disini saja." Ia kemudian mengarahkan satu tangan Joonghyuk yang menangkup wajahnya itu kepinggangnya, dengan menunjuk bahunya. dan kemudian...

Dokja dengan berani mengalungkan lengannya dileher Joonghyuk— tanpa menyentuh apapun tentu saja. Dia tersenyum tipis, "kalau mau cium, jangan biarkan aku mengangkat beban tubuhmu. Berat, Joonghyuk."

Tepat setelah Dokja berkata begitu, Joonghyuk langsung mengangkat pinggang Dokja dan menggendong Dokja ditubuhnya dengan satu tangannya. Sementara yang lain, memegang pinggang Dokja.

Sial, bahkan fakta bahwa pinggang Dokja cocok digenggam seperti ini membuat Joonghyuk ingin sekali membuka kaki Dokja dan melakukan apapun semaunya.

Tapi Joonghyuk tentunya sadar,

Hal seperti itu... belum bisa ia lakukan tanpa perintah dari profesor Dokja.

Sial, padahal dia ingin sekali.

YJH 0.9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang