#25

15.2K 1.4K 57
                                    












Pagi yang luar biasa menjengkelkan.

Dokja terbaring dikasur, hanya celana pendek yang dipakai. Seluruh tubuhnya sakit dan dari pinggang kebawah, nyeri dan mati rasa menghampirinya seperti banteng yang mengamuk. Sementara Yoo Joonghyuk, sudah sedari pagi tadi beraktivitas, yang mana Dokja sedikit iri dengan kemampuannya untuk melakukan itu.

Dokja bersyukur dia membersihkan rumah, memasak sarapan, memandikan dan membersihkan sisa-sisa seks mereka, tetapi mengingat bahwa sebagian besar hal itu adalah hal yang sepantasnya dia lakukan setelah semua seks itu—Dokja tidak terkesan sama sekali.

Dia menitipkan pesan kepada pengurus rumah untuk menjaga Gilyoung untuk beberapa hari, dan itu cukup untuk membuat Dokja bernafas lega. Setidaknya Gilyoung tidak terlantar begitu saja karena absennya Dokja, tetapi,

Beberapa hari? Dasar licik. Dia pasti berniat melakukannya lagi setelah menghajar Dokja selama dua hari.

Benar, kalian tidak salah baca. Yoo Joonghyuk, menyetubuhinya selama 2 hari. That idiot!

"Profesor, aku kan sudah minta maaf." Joonghyuk tampak menyesali kelakuannya dua hari terakhir, setelah menyadari Dokja yang terus menatapnya dengan sengit.

"Karena aku memberimu izin kau jadi melakukannya sesukamu, ya," sindir Dokja.

"... aku janji akan hati-hati lain kali."

"Kau pikir akan ada lain kali?" Dokja berkata dengan nada ketus, sembari membaca jurnal yang belum sempat dia baca sampai habis demi melayani hormon Yoo Joonghyuk kemarin.

Yoo Joonghyuk tampak kecewa mendengarnya, dan kemudian menggerutu. "Itu karena profesor tidak pernah olahraga, jadi otot-ototmu terkejut semua begitu kau melakukan banyak gerakan sekaligus."

"Jadi? Kau mau bilang itu salahku?"

"Tidak, hanya saja, profesor memang butuh olahraga, sepertinya." Jelas Yoo Joonghyuk.

"Berhenti meledekku dan cepat pergi kerja. Katamu kau mau punya usaha."

Yoo Joonghyuk menganggukkan kepalanya, "Iya. Tapi setelah memastikan profesor cukup bugar."

Setelah berkata seperti itu, Yoo Joonghyuk kemudian menghampiri Kim Dokja yang sedang membaca buku di pondokan halaman belakang rumahnya dan membawa 2 buah salep.

"Apa itu?" Tanya Dokja.

"Ini salep. Maaf, Prof..." Yoo Joonghyuk menunduk. "Itu, pinggangmu..."

Oh, benar. Kemarin itu, Yoo Joonghyuk memegang pinggangnya kuat sekali demi memaju mundurkan penisnya kedalam Kim Dokja. Saat itu Yoo Joonghyuk memang terlihat sangat terangsang sampai-sampai genggamannya berbekas di pinggang kecil Dokja sampai sekarang.

"Percuma. Ini tidak bisa hilang pakai salep, kompres saja pakai air dingin." Dokja berkata dengan ekspresi lelah. Dia sudah memaafkan Yoo Joonghyuk, dan ekspresinya sekarang itu terlihat sangat sedih, mirip anak anjing yang kelaparan, dan dia tahu benar jika Kim Dokja lemah jika dia memasang wajah itu. Kim Dokja jadi tidak tega.

"Aku akan ambil kompres."

"Tunggu." Kim Dokja menahan lengan Yoo Joonghyuk yang sudah berdiri dan bersiap untuk pergi, lalu menyuruh cowok itu untuk duduk kedalam pondokan tempat Dokja bersantai.

"Prof?" Yoo Joonghyuk hanya mengernyit heran, dan kemudian, memerah malu saat profesornya berkata.

"Buka bajumu."

"Tidak."

"Apa?" Dokja mengerjap tidak menyangka.

"Aku tidak mau buka baju."

YJH 0.9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang