#07

17.5K 2.1K 94
                                    




"Profesor, untuk sementara aku tidak akan pindah kemanapun." Joonghyuk memutuskan itu sesaat setelah kedatangan anak bernama Gilyoung itu kerumahnya Dokja.

Sementara Dokja, menatapnya dengan riang dan menjawab, "Benarkah? Itu bagus! Sebenarnya sepi juga sendirian dirumah ini. Tinggallah selama yang kau mau, Joonghyuk."

Setelah mengatakan itu, Dokja kembali memusatkan perhatiannya ke buku yang dibacanya. Sementara Joonghyuk yang datang dengan teh hangat kemudian duduk didekat Dokja. Menikmati sofa yang mengarah langsung ketaman, udara sejuk dan sinar yang nyaman.

Pantas Dokja sering duduk dan membaca disini.

"Profesor, Kau tidak penasaran?" Tanya Joonghyuk, kemudian.

"Soal apa?"

"Soal kemampuan yang aku kembangkan sendiri itu." Setelah mendengar ucapan Joonghyuk, tangan yang sedang membaca itu terlihat tersentak dan Joonghyuk menyadari itu. "Kita berdua tahu, kalau kemampuan semacam pendeteksi lokasi, terbang, dan pandangan jarak jauh itu bukan buatanmu."

Sembari membutuhkan kecamatanya, Dokja kemudian meletakkan bukunya disamping dirinya. Kini dirinya fokus pada Joonghyuk sepenuhnya. "Sebenarnya aku juga kaget." Dokja mengakui. "Itu proyek yang masih dalam tahap awal dan berupa sketsa kasar semata. Tapi kau mampu menyelesaikannya dan menerapkannya didalam dirimu sendiri."

"Diluar dugaan, aku mengerti konsepnya. Apa yang ingin kau buat, imajinasimu, aku mengerti semuanya, Prof." Joonghyuk berucap dengan nada datarnya.

Dokja menyatukan tangannya dengan pelan, wajahnya terlihat sangat tenang. "Aku tidak ingin siapapun tahu aku membuat monster."

"Itu sebabnya kau diam saja saat Han Sooyoung bertanya apa kau membuatkanku semua fitur hebat itu." Sambung Joonghyuk, lagi.

"Ya. Bahkan akupun, entahlah. Joonghyuk, kalau memikirkan dirimu yang dulu kubuat mampu membuat dirimu jadi seperti ini sendirian, aku jadi takut kalau pada akhirnya ini akan jadi berlebihan dan tak bisa aku kontrol." Itu wajar jika Dokja takut. Penemuan semacam robot yang secerdas Joonghyuk saja sudah gila. Ditambah lagi, dia bisa membuat mesin baru dengan sistemnya sendiri, menerapkannya kedalam tubuhnya dan memiliki sistem itu seperti layaknya bagian dari tubuhnya. Apa yang lebih menyeramkan dari robot yang tidak butuh manusia lagi?

Dan Joonghyuk tahu benar kalau dia sudah berkembang menjadi sesuatu yang bisa jadi buruk ataupun baik. Ini tantangan untuk Kim Dokja, bagaimanapun, dia harus mencegah semuanya mengarah pada sesuatu yang buruk. Sembari menjaga YJH 0.9

"Biar aku bertanya satu hal, Profesor." Joonghyuk menghadapkan tubuhnya pada Dokja. "Apa kau kecewa karena aku seperti ini? Karena aku menjadi monster?"

"Aku tidak pernah kecewa, Joonghyuk. Aku sudah membuatmu jadi manusia, jadi selanjutnya, mau kau jadi monster atau manusia biasa, itu pilihanmu. Aku harus menanggung resiko dari apa yang aku mulai."

"Profesor... apa kau tahu apa yang bisa kulakukan dengan semua ini? Apa kau juga bahkan tahu apa yang aku punya didalam otakku ini?" Joonghyuk tersenyum tipis. Hampir seperti seringai.

"Joong—"

"Dirimu." Joonghyuk menjawab dengan cepat. "Profesor, karena aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, itu sebabnya aku mengembangkan hal-hal semacam itu didiriku. Fitur pelacak lokasi dan yang lainnya, agar aku tidak terus memikirkanmu."

"Kenapa... kau memikirkan aku?"

Joonghyuk kemudian berdiri. Berjalan menghadap Dokja yang terkejut. Sinar matahari sukses ditutupi oleh tubuh tingginya Joonghyuk, dan Dokja bisa melihat robot itu menatap Dokja dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Aku benar-benar... ingin menyentuhmu, Profesor."

"Joonghyuk..." Dokja tercekat begitu melihat tangan kekar itu mengungkungnya disofa,

Tatapan tajam dari matanya Joonghyuk membuat nafasnya jadi tersendat, dia bahkan tidak mampu memikirkan apapun. Terintimidasi oleh tatapan dan gestur mengurung dari Joonghyuk.

"Sejak pertama kali aku dibuat, aku selalu ingin menyentuhmu. Tapi kau, kau tidak pernah memintaku melakukannya jadi aku tidak bisa melakukannya. Lalu sekarang, karena aku sudah punya perasaan, aku tidak tahan jika aku tidak bisa menyentuhmu. Aku kesal dan marah jika orang lain menyentuhmu, padahal aku belum bisa melakukannya. Oleh karena itu..."

Dokja melihat tangan Joonghyuk kemudian mampir dipipinya. Rahang pria itu mengeras dan dua menatap Dokja dengan mata lapar itu. "Biarkan aku menyentuhmu, Profesor."

***

Gilyoung sudah tertidur, tapi Joonghyuk dan Dokja masih belum. Setelah menyetujui permintaan Joonghyuk, Dokja kemudian hanya berpasrah saat Joonghyuk mencium dirinya didalam hari itu, dikamar milik Dokja sendiri.

Syaratnya adalah, Joonghyuk harus berhenti disaat Dokja memintanya. Selebihnya, dia bisa menyentuh Dokja sebanyak yang dia mau, sampai akhirnya Dokja menghentikannya.

Joonghyuk terlihat bersemangat. Mencium Dokja adalah sesuatu yang selalu dia bayangkan, ia penasaran bagaimana rasanya, atau bagaimana perasaannya setelahnya.

"Profesor..." Joonghyuk bergumam pelan, sebelum akhirnya dia menempelkan bibirnya pada Dokja, tatapan semangat yang tadi tergambar dimatanya tidak tampak lagi. Matanya berubah. Joonghyuk menyipit, kedua tangannya meraih wajah Dokja yang terlihat kesulitan dengan ciuman mereka, dan kemudian menekannya masuk.

Saat ia merasakan bibir Dokja untuk pertama kalinya, Joonghyuk itu terkejut. Rasanya diluar dugaan, sangat memuaskan. Tidak, malah, dia menikmatinya. Saat Dokja tidak sengaja membuka mulutnya, lidahnya yang bertemu dengan gigi rapi milik Dokja, mulai membuat dirinya sedikit menegang. Seolah dirinya dirasuki sesuatu.

Bunyi kecupan terdengar, dan suara Dokja yang melenguh membuat Joonghyuk jadi hilang akal.

"Hmmh... ngh."

"Profesor, aku... menyukai ini."

Joonghyuk terus merasa jika dia ingin lagi. Dia ingin lebih lagi. Ia memegang dagu Dokja, dan sedikit mengangkatnya keatas,

Sialan,

Sialan,

Joonghyuk tidak bisa berhenti mencoba rasa dari bibir dan lidah ini.

Apalagi saat dia melihat wajah Dokja yang memerah, kehabisan nafas, tersengal namun tidak mampu melepas ciumannya karena tenaga luar biasa Joonghyuk, pria itu kemudian tersentak saat Dokja menjerit minta berhenti.

Joonghyuk berhenti. Matanya terbelalak dan kaget. Dokja dengan rakus menghirup oksigen. Joonghyuk sama sekali tidak membiarkannya menarik nafas,

Tapi yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah, saat melihat wajah Joonghyuk yang berkeringat dan ekspresinya yang tidak bersemangat seperti sebelumnya.

Apa dia kecewa karena aku payah berciuman? Pikir Dokja. Meski sedikit sakit hati, dia lega karena sepertinya Joonghyuk tidak akan penasaran lagi tentangnya.

Namun, saat dia melihat kebawah, kemana Joonghyuk melirik sedari tadi,

Dia meneguk ludah. Dokja terkesiap.

Bagian bawah Joonghyuk, bagian spesial miliknya yang dibuat Dokja penuh perhatian dan secara tidak berguna dibuat sangat besar—

Kini menonjol dan wajah Joonghyuk terlihat tidak bahagia tentang itu.

"Sialan." Joonghyuk mengumpat. "Padahal Profesor sudah bilang waktunya untuk berhenti, tapi aku ingin lebih. Sial."

Dokja meneguk ludah.

YJH 0.9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang