#13

14.7K 1.7K 72
                                    









"Bocah banget mainnya. Bodoh, ya? Masih sekolah atau ga pernah?"

Tak tak tak tak

"Ey, Namwoon. Kenapa kau lari sendirian kesana? Bawa orang lain, nanti mati lagi bisa ribet, tau?"

"Astaga, berisik, aku lagi cari buff. Critical hitku masih kurang!"

"Nanti lagi ngebuff dasar tolol. Cepat bantu Jihye di mid lane!"

"Sabar!"

Tak tak tak


"Profesor Kim, kau suka nonton yang seperti ini?" Dokja sedikit tersentak ketika mendengar suara seseorang.

Ternyata dia itu Uriel, investor wanita yang paling semangat jika itu tentang penemuan. Dia jadi fans berat Dokja sudah sejak lama. Katanya penemuan-penemuan Dokja itu kreatif dan selalu baru. Jadi, dia suka sekali menggelontorkan semua uangnya untuk penemuan baru Dokja.

Dokja jadi tidak bisa mengusir wanita ini dari lab-nya, karena dia adalah salah satu dari sedikit orang yang membelanya soal penemuan mesin memasak itu. Jika bukan karena Uriel, dia mungkin harus benar-benar membuat mesin memasak dan serving plate ala restauran bintang lima, beserta pengantarannya langsung kepada di pemilik mesin. Membuat orang semakin malas saja. Dia tidak mau.

"Bu," ucap Dokja, pelan. Terpaksa mengalihkan pandangannya dari salah satu channel live streamer yang sedang bermain game dari sana itu.

"Siapa dia? Kenalanmu?" Tanya Uriel.

"... bukan," jawab Dokja, pelan.

"Benarkah? Tapi kenapa kau melihatnya seperti itu?" Tanya Uriel.

"Seperti apa?"

Wanita itu tampak berpikir sebentar, lalu berkata, "Hmm, seperti... apa ya? Mirip di sebuah drama yang kutonton... dimana pemeran prianya menolak si pemeran pria lainnya demi kebaikan mereka berdua?"

"Ha?" Dokja tidak habis pikir setelah mendengarnya. "Pemeran utama pria dan pemeran utama pria lainnya? Film macam apa yang anda tonton itu? Ck."

Uriel terkekeh dengan suara lembut, "Drama homo, tentu saja."

"Dasar gila," Gumam Dokja.

Uriel selalu suka membuat Dokja kesal begini. Meskipun dia selalu diumpati, sih. "Tapi didrama yang kutonton itu, pemeran pria yang menolak cinta pemeran utama pria lainnya selalu menyesal, lho."

"Apa yang coba anda katakan?"

"Maksudku, karena wajahmu itu tadi terlihat sangat menyedihkan, aku jadi ingin mengatakan kata-kata keren ini..." Uriel menarik nafas sebentar. "Kalau memang secemas itu, maka temui saja dia dan lakukan seks."

"Apa?!" Dokja berteriak sebal. Padahal dia hampir saja terharu dengan nasihatnya Uriel, tapi kenapa ujung-ujungnya malah seks? Bukannya ada kata yang lebih tepat untuk itu?!

"Hei, hei~ wajahmu kenapa begitu profesor Kim~ ah, jangan bilang kau masih virgin padahal sudah hampir kepala tiga?!" Uriel ini memang sangat menyebalkan.

"Tutup mulutmu!"

"Kau bahkan tidak menggunakan bahasa formal lagi, baiklah, baiklah~ aku mengerti~"

"Sudah kubilang aku tidak kenal pria itu!" Dokja berteriak sangat marah,

Dan Uriel tertawa-tawa sembari berjalan kearah pintu keluar lab dengan riang, "Oke, oke, aku percaya kok~ aku percaya kalau kau tidak kenal dia. Tapi cuma suka sepihak, ya?!"

"DASAR CEWEK GIL—" Dokja terduduk sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya karena merasa bagian belakang lehernya jadi kaku karena berteriak. Sialan, apa penyakit tua ini sudah mulai menyerangnya?

Dasar Uriel sialan. Pasti dia salah satu orang yang membuat Dokja jadi stres dan cepat marah begini.

Huft...

Dia harus banyak bersabar.

***

"Huff... hufff... profe—sor..."

Yoo Joonghyuk pasti sudah gila. Padahal live streamnya baru saja selesai, tapi begitu dia meletakkan kepalanya di sandaran kursi, bayangan profesor Dokja terbayang dikepalanya dan tidak mau lepas. Hingga,

Momen yang paling dia sukai itu muncul dipikirannya,

Dokja dengan bibirnya yang manis, basah dan penuh liurnya dan menatap Yoo Joonghyuk dengan wajah memerah. Matanya yang sayu, dan bibirnya yang terbuka itu,

Sukses membuat Yoo Joonghyuk horny.

Fucking Horny!

Jadi disinilah ia, memberikan hand job untuk dirinya sendiri sembari membayangkan profesor Dokja melakukan itu untuknya,

"Profesor.. sedikit, agh... huft." Ia memompa penisnya keatas dan kebawah, berusaha membuat dirinya cum sesegera mungkin,

Ia frustasi,

Tapi maninya hanya keluar sedikit dan sisanya tertahan begitu saja. Profesor Dokja memang hebat, demi membuatnya tampak seperti manusia biasa, dia bahkan sampai membuat sistem reproduksi testosteron ini. Selain fakta bahwa organ tubuhnya itu bekerja dengan mesin,

Selebihnya Joonghyuk itu,

Memang seperti manusia.

Dan Joonghyuk yang seperti itupun tidak bisa menahan dirinya untuk masturbasi ketika memikirkan orang yang dia suka.

Tapi ia masih belum puas,

Mata pria itu berair, lelah, tapi sungguh sangat frustasi.

Dia merindukan profesornya. "Prof... aku... ingin kembali ketempatmu, haa...."

Tangannya memompa penisnya dengan semakin cepat, bergumam sembari mendesah dengan seksi. "Prof, aku mohon, jangan usir... hah... sial, profesor, im so high just by thinking about you."

Tidak ada yang tahu betapa frustasinya Yoo Joonghyuk. Dilanda kerindua saat masturbasi, hampir menangis karena  ingin memasukkan penisnya ini ke mulut profesor Dokja yang kecil, atau bagian bawahnya...

Akh!

"Prof..."

Sejak kapan Yoo Joonghyuk jadi seperti ini?

Tangannya berhenti memompa penisnya, kepalanya menengadah dengan ekspresi yang lelah bercampur kesal. "Profesor Kim, aku harap aku tidak tahu hukum dan moral."

"Dengan begitu, kau akan memaafkanku kalaupun aku memasukkan penisku kedalammu sekarang, kan?"

Joonghyuk sudah gila.

YJH 0.9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang