Sesuai perintah Abuya. Malam ini gus Afzal menemani dua cewek yang bernotabe sebagai adik dan santriwatinya itu keluar area pondok.
Melihat ning Kinar dan Asya yang berjalan lebih dulu, sembari bercanda gurau, gus Afzal menghela napasnya. Sepanjang jalan, gus Afzal tidak berhenti menggerutu.
"Sudah ditemani, ditinggal pula. Untung, sayang. Coba kalau gak, ud--"
"Gus cepetan dong! Lama banget sih jalannya. Keburu habis telur gulungnya!"
Gus Afzal mengusap dadanya sembari beristighfar. "Astaghfirullah, sabar Zal, sabar. Innallaha ma'as shobiriin."
"Iyaa. Ini juga jalan. Kamu duluan sana kalau tidak mau kehabisan. Saya jaga dari belakang." sahut Gus Afzal.
Asya yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya. Lalu kembali berjalan dengan ning Kinar.
"Resiko nemenin cewek. Udah ditinggalin, dimarahin juga. MasyaAllah, untung saya sabar." gumamnya pelan.
Setelah kurang lebih 10 menit berjalan, Gus Afzal, ning Kinar, dan Asya sampai ditempat yang dituju. Asya dan ning Kinar langsung memesan 20 tusuk telur gulung.
Sembari menunggu, netra Asya menatap kedai ice cream di seberang yang terlihat begitu ramai. Ia menghela napasnya pelan. Ia menginginkan ice cream, tapi, melihat antrian yang panjang, membuat Ia terpaksa mengurungkan keinginannya.
Gus Afzal yang melihat itu pun menyunggingkan senyum tipisnya. "Mau ice cream?" tanyanya.
Asya mendongakkan kepalanya. Lalu kembali mengarahkan tatapannya kearah kedai. Ia mengangguk, lalu menggelengkan kepalanya. Membuat gus Afzal terkekeh.
"Ramai, gus. Asya malas, antriannya panjang banget,"
"Saya belikan. Mau rasa apa? Coklat?"
Asya menatap gus Afzal yang kini tersenyum simpul. Lalu kembali mengalihkan pandangannya.
"Gausah, deh. Ngerepotin, nanti." tolak Asya tak enak.
Gus Afzal tidak menyahuti ucapan Asya. Beliau malah berjalan menghampiri ning Kinar.
"Dek," panggilnya.
"Astaghfirullah, gus!"
"Ngagetin tau ga?! Kenapa?" tanya ning Kinar.
Gus Afzal terkekeh pelan. "Mas mau ke seberang. Kamu mau ice cream ga?"
Mata ning Kinar langsung berbinar.
"MAUUUUU! Yang rasa stroberi ya, mass.""Iya. Kamu disini saja sama Zizil. Jangan kemana-mana. Ntar mas susah nyarinya." peringat gus Afzal.
"Iya, masss."
Gus Afzal mengusap lembut puncak kepala adiknya. Lalu berjalan menuju kedai ice cream yang sedang ramai pengunjungnya.
Sampai disana, ternyata antrian benar-benar panjang. Dan Ia, mendapat antrian no 2 dari belakang.
5 menit mengantri. Gus Afzal sama sekali belum bergerak dari tempatnya, membuat Ia jengah sendiri. Hingga akhirnya beliau tersenyum tipis.
Ya Tarim ya Tarim
Syailillah SyailillahBaldatun al auliya'
Syailillah syailillahBijahi ba 'alawi
Syailillah syailillahYa Tarim ya Tarim
Syailillah syailillahHabibunal--
"MasyaAllah, ada gus Afzal toh." ujar sang pemilik kedai. Gus Afzal hanya tersenyum dan mengangguk sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL!
Teen Fiction"Saya hanya gadis biasa yang gemar menulis, gus. Jadi, maaf jika saya hanya bisa mengabadikan sosok gus Afzal dalam sebuah tulisan." *** Nazillasya Az-Zahra. gadis biasa yang sangat suka dengan sastra. gadis dengan banyak rahasia dibalik senyumnya...