Pukul 2 dini hari, Umi Fatimah keluar dari kamarnya untuk mengambil minum. Saat melewati kamar sang putra, beliau mengerutkan alisnya kala mendengar gumaman dari dalam.
Umi membuka pintu kamar Gus Afzal, lalu menyalakan lampu agar bisa melihat keadaannya.
"Zila, maaf," gumam Gus Afzal.
Umi meletakkan punggung tangannya ke kening Gus Afzal. "Astaghfirullah, mas, badan mas panas banget," ujar Umi.
"Mas, bangun. Buka dulu matanya." titah beliau.
Gus Afzal berusaha membuka matanya yang terasa saat berat. Saat melihat Umi, air matanya lolos begitu saja.
"Umi, hiks, pusing,"
Umi mengusap lembut kepala Gus Afzal. Sedikit memijitnya pelan. "Mas kenapa?"
"Umi Zizil nyuekin Afzal, hiks,"
"Zizil marah sama Afzal, Umi,"
Umi ternganga. Ternyata, perubahan sifat Asya sangat berpengaruh kepada Gus Afzal. Bagaimana bisa putranya demam hanya karena di cuekin Asya?
"Umi, bantuin Afzall, Umi,"
"Umi, kalau Afzal ga dimaafin Zizil gimana? Nanti Afzal gabisa gangguin Zizil lagi,"
"Umii, umi kok diem aja sihh!"
"Umi, jodohin Afzal sama Zizil, umi,"
Umi menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Hey, ayolah kenapa putranya ini menjadi cerewet sekaliii?!
"Umi, Afzal mau Zizil," gumam Gus Afzal.
Plakk
"Istighfar kamu, Mas!"
"Kemarin-kemarin kemana? Di suruh ceoet khitbah malah gamau. Giliran sekarang minta Zahra! Karepmu ki kepiye to, mas,"
Gus Afzal menekuk wajahnya mendengar omelan Umi. "Yaudah ayo khitbah Zizil sekarang."
"Bilang sekali lagi, coba mas."
"Umiiiiiiii! Mau Zizilll!" rengeknya.
"Innalillahi, anaknya Arifin,"
"Anak umi juga!"
Umi diam. Tidak menanggapi ocehan anak sulungnya. Tangannya masih setia memijat kepala sang putra guna mengurangi rasa pusingnya. Lama keheningan melanda, hingga akhirnya Gus Afzal kembali berbicara.
"Umi, jodohin Afzal sama Zizil, dong,"
"Minta abimu sana mas."
"Abi belum pulang. Kalau nunggu abi lama, Umi,"
"Astaghfirullah, terserah kamu, Mas."
Gus Afzal diam. Menyembulkan bibir bawahnya, pertanda bahwa sedang merajuk. Umi hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.
"Umi, kalau Zizil ga mau maafin Afzal, gimana?"
"Derita kamu, Mas."
***
Adzan subuh berkumandang. Seorang gadis cantik berdiri dari duduknya untuk mengambil wudhu lagi. Dia Asya. Sejak kejadian hari itu, Asya memilih untuk tidur di Asrama, tentunya dengan izin Umi dan Abuya.
"Assalamu'alaikum, Asya!" panggil mbak Lusi, salah satu abdi ndalem.
"Wa'alaikumussalam, enten nopo mba?"
"Ditimbali Umi, Sya. Biasa disuruh ke ndalem." kata mbak Lusi.
"Emm... Gus'e ada mba?" tanya Asya.
![](https://img.wattpad.com/cover/332316061-288-k588367.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL!
Novela Juvenil"Saya hanya gadis biasa yang gemar menulis, gus. Jadi, maaf jika saya hanya bisa mengabadikan sosok gus Afzal dalam sebuah tulisan." *** Nazillasya Az-Zahra. gadis biasa yang sangat suka dengan sastra. gadis dengan banyak rahasia dibalik senyumnya...