Ba'da Isya', setelah ratiban, Umi melangkah menuju kamar gus Afzal. Ia tersenyum melihat sang putra yang lebih dulu keluar dari kamarnya.
"Loh, Umi?"
"Assalamu'alaikum, Gus,"
"Wa'alaikumussalam, Mi."
"Ada apa Umi? Tumben banget langsung nyamperin Afzal?" tanya Gus Afzal.
"Masuk dulu, yuk. Masa ngobrol sambil berdiri? Di depan pintu lagi." ujar Umi.
Gud Afzal lantas membuka pintu kamarny lebar-lebar. Mempersilahkan sang Umi untuk masuk ke dalam. Umu tersenyum hangat, lalu menarik lengan Gus Afzal, agar masuk bersama.
"Umi ad--" belum semoat menyelesaikan ucapannya, Umi lebih dulu memeluk tubuh tegap gus Afzal. Membuat sang empu keheranan.
"Umi? Kenapa?" tanyanya sembari membalas pelukan Umi.
"Gapapa, Gus. Umi cuman kangen meluk anak cowoknya Umi aja." sahut Umi sembari tersenyum lembut.
Cukup lama Umi memeluk gus Afzal, hingga suara celetukkan dari ambang pintu membuat Umi melepaskan pelukannya.
"Gitu yaa, pelukan ga ngajak-ngajak. Okee kita musuhan, Mi, Mas," celetuk Ning Kinar.
Gus Afzal tertawa pelan melihat wajah suram Ning Kinar. Bibirnya mengerucut seperti bibir bebek. Lucu sekali.
"Gausah sok-sok an ngambek. Sini kalau mau ikut." ujar Gus Afzal yang kembali memeluk Umi.
Ning Kinar mencibir. Tak urung juga ikut masuk ke dalam pelukan hangat Umi Fatimah yang sedari tadi tersenyum manis.
"Ning, Zahra mana? Tadi kamu sama Zahra, kan?" tanya Umi setelah pelukannya merenggang.
"Tadi di samperin Ustadz Rizal, Mi. Katanya, ada urusan gitu." sahut Ning Kinar.
"Berdua doang?" bukan, bukan Umi yang bertanya, melainkan, gus Afzal, yang sudah menampakkan raut datarnya.
Umi terheran melihat perubahan wajah sang putra. Beliau menatap ning Kinar yang hanya mengangkat bahunya.
"Nar, jawab Mas."
"Ha? Apa mas?"
"Asya sama Ustadz Rizal cuman berdua?" tanya Gus Afzal sekali lagi.
Ning Kinar manganggukkan kepalanya pelan. Wajah gus Afzal saat ini sudah memerah. Ia lalu menjatuhkan badannya ke tempat tidur dengan posisi terlungkup. Membenamkan wajahnya di bawah bantal.
"Gus?" panggil Umi.
"Umi sama Kinar keluar aja. Afzal mau tidur." kata Gus Afzal.
Ning Kinar terkikik geli kala menyadari sesuatu. Ia pun langsung berjalan ke luar kamar. Meninggalkan Umi yang sedang menatap heran anak sulungnya.
Umi duduk di pinggir kasur. Mengusap punggung gus Afzal lembut.
"Gus," panggil Umi, lagi.
"Tidurnya yang bener, gabaik tidur tengkurap begitu." ujar Umi yang masih tidak mendapat sahutan dari Gus Afzal.
"Gus, umi disini loh. Masa di diemin sih."
Gus Afzal menghela napasnya pelan. Ia kemudian mengambil posisi tidur miring, dengan paha Umi yang dijadikan bantal.
Umi tersenyum. Beliau mengusap penuh sayang kepala gus Afzal, membuat Gus Afzal semakin memejamkan matanya.
"Gus, kamu suka ya sama Zahra?" tanya Umi dengan senyumnya.
"Kenapa tiba-tiba tanya gitu, Mi?"
"Gapapa. Kan, umi cuman nanya,"
"Ngga. Afzal gasuka sama Zahra."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL!
Novela Juvenil"Saya hanya gadis biasa yang gemar menulis, gus. Jadi, maaf jika saya hanya bisa mengabadikan sosok gus Afzal dalam sebuah tulisan." *** Nazillasya Az-Zahra. gadis biasa yang sangat suka dengan sastra. gadis dengan banyak rahasia dibalik senyumnya...